
BAB III


PEMBENIHAN IKAN
KAKAP PUTIH
(Lates calcarifer)
I. BIOLOGI IKAN KAKAP
(Lates calcarifer)
Beberapa sifat
biologis ikan Kakap putih yang penting kaitanya dengan usaha pembenihan adalah:
-
Bersifat Euryhaline
-
Larva sampai dengan ukuran 15 cm bersifat kanibal
-
Dewasa kelamin setelah umur 4 tahun atau lebih.
-
Jenis ikan predator yang bersifat carnivora.
II. MANAGEMENT INDUK
A. Pengadaan /Pemeliharaan
Induk
Untuk mendapatkan
calon induk yang memenuhi persyaratan, ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu
menangkap langsung dari laut/alam dan melakukan pemeliharaan dikurung apung
yang dikendaki (hasil pembesaran selama 2-3 tahun).
Untuk
pemeliharaan dan pematangan kelamin, induk dipelihara di dalam kurungan apung
dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 2,5 m3 . Padat penebaran adalah 25 – 30
ekor/jaring. Induk ikan diberi makanan berupa ikan rucah segar seperti ikan
Sardinella atau ikan Selar. Pemberian pakan dilakukan sehari sekali
sebanyak 3 - 5 %/BB/hari.
Untuk
pemeliharaan calon induk pada bak beton dengan ukuran min 100 m3 . dengan kedalaman 2 –
2,5 meter, kepadatan 1,5 kg/m3 , air sebaiknya mengalir terus
menerus. Pakan yang diberikan adalah pellet 3 – 5 %/BB, ikan Rucah/cumi-cumi
sebanyak 1 – 2 %/BB, pemberian pakan dilakukan satu hari sekali. Perbandingan antara jantan dan betina adalah
1:1(ukuran yang sama).
B. Persyaratan Induk
Ikan Kakap putih
yang dapat digunakan sebagai induk/calon induk harus memiliki kriteria tertentu
sebagai berikut:
-
Umur : ± 4 tahun
-
Berat badan : >
3kg
-
Sehat tidak cacat, tidak luka
-
Matang gonad
Pemilihan induk
untuk pemijahan harus dilakukan satu bulan sebelum pemijahan alami berlangsung
untuk memungkinkan ikan terbiasa dengan lingkungan pemijahan. Biasanya
dilakukan menjelang bulan gelap atau bulan terang. Untuk mengetahui induk
betina matang telur dilakukan pengambilan contoh telur dengan cara canulasi,
sedangkan jantan yang matang gonad dicirikan dengan keluarnya sperma yang
berwarna putih susu.
III. PEMIJAHAN
A. Pemijahan
Secara Alami
Pemijahan alami
di alam biasanya terjadi sekitar bulan purnama (1- 6 hari) sebelum dan sesudah
bulan purnama. Parameter lingkungan tempat pemijahan adalah sebagai berikut:
-
Suhu air : 28
– 34 0C
-
Salinitas :
28 – 32 ppt
-
Perairan cukup dalam
-
Bersamaan pasang tinggi
-
Pada petang hari (18.00 – 22.00)
Pemijahan alami
yang diusahakan pada bak-bak pemijahan juga berpedoman pada pemijahan secara
alami di alam dengan cara manipulasi lingkungan.
Pemindahan induk dari kurung apung
atau pada bak pematangan/pemeliharaan induk dilakukan ± 1 bulan menjelang musim pemijahan. Akan tetapi jika
digunakan Hormon kematangan gonad, maka pemindahan induk tersebut dapat
dilakukan 1 hari menjelang bulan purnama.
-
Kepadatan induk :
1 – 1,5 kg/m3
-
Sex ratio :
1 : 1
-
Pakan ikan segar :
1 %/BB/hari
-
Sirkulasi air :
100 % - 150%/ hari
-
Salinitas :
30 ppt
-
Suhu air :
27 – 29 0C
-
D.O :
± 6 ppm
-
pH air :
7,5 – 8,5
B. Pemijahan Secara Hormonal
Seringkali dijumpai
ikan yang sudah mencapai ukuran ideal untuk induk tidak mau memijah pada waktu
musim pemijahan tiba. Untuk mengatasi hal semacam itu, dilakukan penyuntikan
hormon dengan dosis dan cara sebagai berikut:
1. Untuk merangsang perkembangan gonada digunakan:
-
MIH ( Maturating Inducting Hormon) yang berasal dari
hipopisa, dengan dosis 8 – 10 mg Hipopisa /kg/BB
-
17£ Methyl
Testosteron (untuk ikan jantan) dengan dosis 0,1 mg/kg BB, tiap 3 hari sekali,
dicampurkan ke dalam pakan.
2. Untuk mempercepat kematangan
gonada (pemijahan) digunakan:
-
OIH (Ovulation Inducting Hormon) atau Gonadotropin,
disuntikan 2 x, dengan dosis sbb:
I.
250 IU Gonadotropin/kg B.B atau 50 MU Hog Puberogen/kg BB
II.
500 IU Gonadotropin/kg BB atau 50 MU Puberogen/kg BB
-
Terwal waktu penyuntikan adalah 24 jam.
-
Penyuntikan hormon OIH dilakukan pada induk yang matang
gonad
-
Pagi hari, sesaat sebelum dimasukkan ke bak pemijahan (jika dilakukan pemijahan
alami)
-
Pemijahan secara stripping dapat dilakukan pada induk
yang sudah matang gonad.
3. Pemijahan rangsangan dengan
penyuntikan hormon digunakan:
-
HCG (Human Chorioniuk Gonadotropin)
-
Puberogen
-
Penyuntikan dilakukan dua kali dengan selang waktu 24 jam
-
Penyuntikan I 250 IU HCG + 50 RU Puberogen/kg BB ikan
-
Penyuntikan II 500 IU HCG + 100 RU Puberogen/kg BB ikan
-
Induk jantan disuntik bersamaan dengan penyuntikan induk
betina
-
Penyuntikan dilakukan secara intramuscular di bawah sirip
punggung
-
Tempat pemijahan
menggunakan bak fiber glass kapasitas 8 ton
IV. PENANGANAN
TELUR
A. Pengumpulan Telur
Setelah terjadi
pemijahan telur, segera dikumpulkan dengan menggunakan plankton net (diameter
0,2 mm) pada keesokan harinya. Telur yang baik (dibuahi) mengapung dipermukaan
air dan berwarna jernih, sedangkan yang tidak dibuahi akan tenggelam di dasar
dengan warna putih keruh.
B. Penetasan Telur
Telur yang telah
dikumpulkan segera ditreatment dengan larutan Acriflavin 5 ppm selama 1 menit.
Kemudian dicuci dengan air laut bersih ( 2- 3 kali), dan dimasukkan ke dalam
bak penetasan dengan kepadatan 40.000 – 50.000 butir/ton.
Waktu yang
diperlukan dari telur dibuahi sampai menetas menjadi larva ikan adalah 13 -15
jam pada suhu 27 – 28 0C dan salinitas 30 pormil dengan tingkat
penetasan 23 – 76 %.
Tattanon dan
Maneewongsa (1982) mengatakan bahwa waktu yang diperlukan dari pembuahan sampai
menetas menjadi larva dipengaruhi suhu. Pada suhu 27 0C telur menetas setelah
17 jam, sedangkan pada suhu 30 -32 0C telur menetas setelah 12 – 13 jam.
V. PEMELIHARAAN LARVA
A. Penebaran
Setelah telur
menetas, larva segera dipindahkan ke bak pemeliharaan larva. Media pemeliharaan
larva (terutama salinitas), padat tebar, jenis dan frekuensi pemberian pakan,
sangat bervariasi tergantung pada umur dan ukuran larva. Pemeliharaan larva
ikan dilakukan pad bak beton atau pada bak fiber glass. Dengan padat tebar:
-
20.000 – 30.000 ekor/m3 sampai larva umur 15 hari
-
5.000 – 7.000 ekor/m3 sampai larva umur 30 hari
-
600 – 1.000 ekor/m3 untuk larva berumur lebih dari 30
hari
B. Pemberian Pakan
Pemberian pakan
larva disesuaikan dengan tingkat pertumbuhanya, yaitu Rotifera (Brachionus
plicatilis), Artemia dan cacahan daging ikan. Alga bersel satu (Tetraselmis)
mulai diberikan pada larva umur 1 hari. Tetraselmis sp ini berfungsi ganda
sebagai pengendali kualitas air pada bak pemeliharaan dan sebagai pakan
Rotifera. Tetraselmis dipertahankan pada kepadatan 7 – 10 x 103
sel/ml sampai hari ke 15. pada hari ke dua (sore) larva mulai sudah membuka
mulut walaupun cadangan makanan belum terserap habis. Sejumlah Rotifera
ditambahkan dalam bak pemeliahraan dipertahankan pada kepadatan 5 -15 ekor/ml
sampai harik ke 15. pada hari ke dua bersamaan dengan Rotifera ditambahkan
sejumlah naupli Artemia yang baru menetas dengan kepadatan 200 ekor/liter. Selama
periode ini dilakukan penggantian air sebanyak 10 - 30 %/ hari.
Mulai hari ke 16
sampai hari ke 25 jumlah Artemia yang diberikan ditambah hingga 1.000 – 2.000
ekor/liter, penggantian air sebanyak
40-50 %/hari.Sejak larva berumur
26 hari diberi pakan artemia setengah dewasa sampai ikan dapat makan cacahan
daging ikan rucah segar.
Penggantian air
pada bak pemeliharaan sebanyak 80 – 100 % setiap harinya.
Selama
pemeliharaan larva ikan mengalami 3 stadia perubahan warna yang merupakan masa
kritis kehidupannya, yaitu :
1.
Ketika baru menetas sampai umur 7 hari warna transparan.
2.
Berwarna belang hitam keabuan sampai umur warna 25 hari.
3.
Berwarna putih keperakan setelah berumur 25 hari.
Parameter kualitas air pada media
pemeliharaan, yaitu :
- Umur 1 – 7 hari :
. Salinitas : 15 – 20 permil
. ph : 7-8
. D.O : ≤
4 ppm
. Suhu : 25 – 26 0C.
- Umur 8 – 30 hari
. Salinitas : 20 – 28 permil
. ph : 7,5 – 8,1
. D.O : 4 – 5,6 ppm
. Suhu : 26 -27 0C.
- Umur > 30 hari
. Salinitas : 28 – 32 permil
. ph : 7,8 – 8,2
. D.O : 5,6 – 7,3 ppm
. Suhu : 27 – 29 0C.
Setiap pagi
dilakukan pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dan dilakukan
penggantian air sebanyak 10 – 100 %/ hari.Penggolongan ( grading ) dilakukan
setiap minggu sekali sejak larva berumur 20 hari.
Tingkat
kehidupan larva ( survival rate ) adalah :
-
Sebesar 50 -60% sampai larva umur 15 hari.
-
1 – 7% mulai larva umur 16 – 30 hari.
-
70 – 80% sesudah larva berumur lebih dari 30 hari.
Kematian banyak
terjadi pada masa-masa kritis yaitu :
1). Pada saat larva mulai habis cadangan
makanannya, mulut mulai membuka dan siap mencari makan yaitu hari ke – 3
sampai hari ke – 4.
2). Pada saat larva berubah warna dari belang hitam keabuan menjadi putih
keperakan yaitu hari ke – 25 sampai 28. Pada periode ini larva sangat sensitif
terhadap lingkungan yang sifatnya mendadak.
Apabila terjadi
peubahan – perubahan pada tubuh ikan antara lain nafsu makan menurun, warna
tubuh berubah menjadi keabuan, terdapat bintik – bintik putih pada tubuh dan
kemerahan pada ujung sirip – siripnya. Pengobatan dapat dilakukan dengan
merendam larva ikan dalam bak dengan salinitas 20 permil, kemudian dimasukkan
larutan formalin 20 ppm selama 10 -12 jam.Dilakukan berulang kali selama 3e -4
hari sampai ikan normal kembali.
Perlakuan lain
dengan menggunakan MGO 0,1 ppm ditambahkan 25 ppm formalin selama 24 jam dan
diulang 2 -3 kali berturut – turut.
PERTANYAAN:
- jelaskan ciri-ciri induk Kakap putih
- jelaskan proses pemijahan ikan Kakap putih
- jelaskan fase kritis dalam pemeliharaan larva ikan
Kakap
- jelaskan sistem pengangkutan induk ikan Kakap
- jelaskan teknik penanganan telur ikan Kakap
TUGAS
- Lakukan seleksi calon induk Kakap
- lakukan pemeliharaan induk ikan kakap
- lakukan pemijahan buatan pada ikan Kakap
makasih pak atas postingannya..
ReplyDeleteterima kasih pak materinya...
ReplyDeletemakasih pak
ReplyDeleteMakasih pak. Sngat bermanfaat...
ReplyDeleteMakasih pak
ReplyDeleteby maharani
assalamu alaikum wr.wb
ReplyDelete#DIANDRA
makasih pak
ReplyDelete#siti nur indahsari
assalamu alaikum pak
ReplyDelete#idul surianto
assalamualaykum wr.wb
ReplyDelete#muh.kherul nizam
slamat sore pak trimah kasih pak materinya
ReplyDelete#deby sampe tangnga
makasih pak...
ReplyDelete#adrianti
Assalamualaikum pak,kalau bisa dicantumkan juga daftar pustakanya pak
ReplyDelete