Friday, April 10, 2015

PEMBENIHAN IKAN KAKAP PUTIH




BAB  III





















 PEMBENIHAN IKAN KAKAP PUTIH
(Lates calcarifer)

I. BIOLOGI IKAN KAKAP
(Lates calcarifer)

Beberapa sifat biologis ikan Kakap putih yang penting kaitanya dengan usaha pembenihan adalah:
-       Bersifat Euryhaline
-       Larva sampai dengan ukuran 15 cm bersifat kanibal
-       Dewasa kelamin setelah umur 4 tahun atau lebih.
-       Secara alamiah memijah sekitar bulan purnama
-       Jenis ikan predator yang bersifat carnivora.

II. MANAGEMENT INDUK
A. Pengadaan /Pemeliharaan Induk
Untuk mendapatkan calon induk yang memenuhi persyaratan, ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu menangkap langsung dari laut/alam dan melakukan pemeliharaan dikurung apung yang dikendaki (hasil pembesaran selama 2-3 tahun).
Untuk pemeliharaan dan pematangan kelamin, induk dipelihara di dalam kurungan apung dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 2,5 m3 . Padat penebaran adalah 25 – 30 ekor/jaring. Induk ikan diberi makanan berupa ikan rucah segar seperti ikan Sardinella atau ikan Selar. Pemberian pakan dilakukan sehari sekali sebanyak     3  - 5 %/BB/hari.
Untuk pemeliharaan calon induk pada bak beton dengan ukuran min      100 m3 . dengan kedalaman 2 – 2,5 meter, kepadatan 1,5 kg/m3 , air sebaiknya mengalir terus menerus. Pakan yang diberikan adalah pellet 3 – 5 %/BB, ikan Rucah/cumi-cumi sebanyak 1 – 2 %/BB, pemberian pakan dilakukan satu hari sekali.  Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1(ukuran yang sama).

B. Persyaratan Induk
Ikan Kakap putih yang dapat digunakan sebagai induk/calon induk harus memiliki kriteria tertentu sebagai berikut:
-       Umur              : ± 4 tahun
-       Berat badan  : > 3kg
-       Sehat tidak cacat, tidak luka
-       Matang gonad
Pemilihan induk untuk pemijahan harus dilakukan satu bulan sebelum pemijahan alami berlangsung untuk memungkinkan ikan terbiasa dengan lingkungan pemijahan. Biasanya dilakukan menjelang bulan gelap atau bulan terang. Untuk mengetahui induk betina matang telur dilakukan pengambilan contoh telur dengan cara canulasi, sedangkan jantan yang matang gonad dicirikan dengan keluarnya sperma yang berwarna putih susu.
III. PEMIJAHAN
A. Pemijahan Secara Alami
Pemijahan alami di alam biasanya terjadi sekitar bulan purnama (1- 6 hari) sebelum dan sesudah bulan purnama. Parameter lingkungan tempat pemijahan adalah sebagai berikut:
-       Suhu air        : 28 – 34 0C
-       Salinitas        : 28 – 32 ppt
-       Perairan cukup dalam
-       Bersamaan pasang tinggi
-       Pada petang hari (18.00 – 22.00)
Pemijahan alami yang diusahakan pada bak-bak pemijahan juga berpedoman pada pemijahan secara alami di alam dengan cara manipulasi lingkungan.
Pemindahan induk dari kurung apung atau pada bak pematangan/pemeliharaan induk dilakukan ± 1 bulan menjelang musim pemijahan. Akan tetapi jika digunakan Hormon kematangan gonad, maka pemindahan induk tersebut dapat dilakukan 1 hari menjelang bulan purnama.
-       Kepadatan induk                 : 1 – 1,5 kg/m3
-       Sex ratio                                : 1 : 1
-       Pakan ikan segar                 : 1 %/BB/hari
-       Sirkulasi air                           : 100 % - 150%/ hari
-       Salinitas                                : 30 ppt
-       Suhu air                                : 27 – 29 0C
-       D.O                                         : ± 6 ppm
-       pH air                                     : 7,5 – 8,5


B. Pemijahan Secara Hormonal
Seringkali dijumpai ikan yang sudah mencapai ukuran ideal untuk induk tidak mau memijah pada waktu musim pemijahan tiba. Untuk mengatasi hal semacam itu, dilakukan penyuntikan hormon dengan dosis dan cara sebagai berikut:
1. Untuk merangsang  perkembangan gonada digunakan:
-       MIH ( Maturating Inducting Hormon) yang berasal dari hipopisa, dengan dosis 8 – 10 mg Hipopisa /kg/BB
-       17£ Methyl Testosteron (untuk ikan jantan) dengan dosis 0,1 mg/kg BB, tiap 3 hari sekali, dicampurkan ke dalam pakan.

2. Untuk mempercepat kematangan gonada (pemijahan) digunakan:
-       OIH (Ovulation Inducting Hormon) atau Gonadotropin, disuntikan 2 x, dengan dosis sbb:
I.              250 IU Gonadotropin/kg B.B atau 50 MU Hog Puberogen/kg BB
II.            500 IU Gonadotropin/kg BB atau 50 MU Puberogen/kg BB
-       Terwal waktu penyuntikan adalah 24 jam.
-       Penyuntikan hormon OIH dilakukan pada induk yang matang gonad
-       Pagi hari, sesaat sebelum dimasukkan  ke bak pemijahan (jika dilakukan pemijahan alami)
-       Pemijahan secara stripping dapat dilakukan pada induk yang sudah matang gonad.
3. Pemijahan rangsangan dengan penyuntikan hormon digunakan:
-       HCG (Human Chorioniuk Gonadotropin)
-       Puberogen
-       Penyuntikan dilakukan dua kali dengan selang waktu 24 jam
-       Penyuntikan I 250 IU HCG + 50 RU Puberogen/kg BB ikan
-       Penyuntikan II 500 IU HCG + 100 RU Puberogen/kg BB ikan
-       Induk jantan disuntik bersamaan dengan penyuntikan induk betina
-       Penyuntikan dilakukan secara intramuscular di bawah sirip punggung
-       Tempat pemijahan  menggunakan bak fiber glass kapasitas 8 ton

IV. PENANGANAN TELUR

A. Pengumpulan Telur
Setelah terjadi pemijahan telur, segera dikumpulkan dengan menggunakan plankton net (diameter 0,2 mm) pada keesokan harinya. Telur yang baik (dibuahi) mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih, sedangkan yang tidak dibuahi akan tenggelam di dasar dengan warna putih keruh.

B. Penetasan Telur
Telur yang telah dikumpulkan segera ditreatment dengan larutan Acriflavin 5 ppm selama 1 menit. Kemudian dicuci dengan air laut bersih ( 2- 3 kali), dan dimasukkan ke dalam bak penetasan dengan kepadatan 40.000 – 50.000 butir/ton.
Waktu yang diperlukan dari telur dibuahi sampai menetas menjadi larva ikan adalah 13 -15 jam pada suhu 27 – 28 0C dan salinitas 30 pormil dengan tingkat penetasan 23 – 76 %.
Tattanon dan Maneewongsa (1982) mengatakan bahwa waktu yang diperlukan dari pembuahan sampai menetas menjadi larva dipengaruhi suhu. Pada suhu 27 0C telur menetas setelah 17 jam, sedangkan pada suhu 30 -32 0C telur menetas setelah 12 – 13 jam.

V. PEMELIHARAAN LARVA

A. Penebaran
Setelah telur menetas, larva segera dipindahkan ke bak pemeliharaan larva. Media pemeliharaan larva (terutama salinitas), padat tebar, jenis dan frekuensi pemberian pakan, sangat bervariasi tergantung pada umur dan ukuran larva. Pemeliharaan larva ikan dilakukan pad bak beton atau pada bak fiber glass. Dengan padat tebar:
-       20.000 – 30.000 ekor/m3  sampai larva umur 15 hari
-       5.000 – 7.000 ekor/m3  sampai larva umur 30 hari
-       600 – 1.000 ekor/m3 untuk larva berumur lebih dari 30 hari


B. Pemberian Pakan
Pemberian pakan larva disesuaikan dengan tingkat pertumbuhanya, yaitu Rotifera (Brachionus plicatilis), Artemia dan cacahan daging ikan. Alga bersel satu (Tetraselmis) mulai diberikan pada larva umur 1 hari. Tetraselmis sp ini berfungsi ganda sebagai pengendali kualitas air pada bak pemeliharaan dan sebagai pakan Rotifera. Tetraselmis dipertahankan pada kepadatan 7 – 10 x 103 sel/ml sampai hari ke 15. pada hari ke dua (sore) larva mulai sudah membuka mulut walaupun cadangan makanan belum terserap habis. Sejumlah Rotifera ditambahkan dalam bak pemeliahraan dipertahankan pada kepadatan 5 -15 ekor/ml sampai harik ke 15. pada hari ke dua bersamaan dengan Rotifera ditambahkan sejumlah naupli Artemia yang baru menetas dengan kepadatan 200 ekor/liter. Selama periode ini dilakukan penggantian air sebanyak 10 -  30 %/ hari.
Mulai hari ke 16 sampai hari ke 25 jumlah Artemia yang diberikan ditambah hingga 1.000 – 2.000 ekor/liter, penggantian air sebanyak  40-50  %/hari.Sejak larva berumur 26 hari diberi pakan artemia setengah dewasa sampai ikan dapat makan cacahan daging ikan rucah segar.
Penggantian air pada bak pemeliharaan sebanyak 80 – 100 % setiap harinya.
Selama pemeliharaan larva ikan mengalami 3 stadia perubahan warna yang merupakan masa kritis kehidupannya, yaitu :
1.    Ketika baru menetas sampai umur 7 hari warna transparan.
2.    Berwarna belang hitam keabuan sampai umur warna 25 hari.
3.    Berwarna putih keperakan setelah berumur 25 hari.
 Parameter kualitas air pada media pemeliharaan, yaitu :
- Umur 1 – 7 hari :
. Salinitas             : 15 – 20 permil
. ph                       : 7-8
. D.O                     : ≤ 4 ppm
. Suhu                   : 25 – 26 0C.
- Umur 8 – 30 hari
. Salinitas             : 20 – 28 permil
. ph                       : 7,5 – 8,1
. D.O                     : 4 – 5,6 ppm
. Suhu                   : 26 -27 0C.
- Umur > 30 hari
. Salinitas              : 28 – 32 permil
. ph                        : 7,8 – 8,2
. D.O                      : 5,6 – 7,3 ppm
. Suhu                    : 27 – 29 0C.
Setiap pagi dilakukan pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dan dilakukan penggantian air sebanyak 10 – 100 %/ hari.Penggolongan ( grading ) dilakukan setiap minggu sekali sejak larva berumur 20 hari.
Tingkat kehidupan larva ( survival rate ) adalah :
-       Sebesar 50 -60% sampai larva umur 15 hari.
-       1 – 7% mulai larva umur 16 – 30 hari.
-       70 – 80% sesudah larva berumur lebih dari 30 hari.
Kematian banyak terjadi pada masa-masa kritis yaitu :
1). Pada saat larva mulai habis cadangan  makanannya, mulut mulai membuka dan siap mencari makan yaitu hari ke – 3 sampai hari ke – 4.
2). Pada saat larva berubah warna dari belang hitam keabuan menjadi putih keperakan yaitu hari ke – 25 sampai 28. Pada periode ini larva sangat sensitif terhadap lingkungan yang sifatnya mendadak.
Apabila terjadi peubahan – perubahan pada tubuh ikan antara lain nafsu makan menurun, warna tubuh berubah menjadi keabuan, terdapat bintik – bintik putih pada tubuh dan kemerahan pada ujung sirip – siripnya. Pengobatan dapat dilakukan dengan merendam larva ikan dalam bak dengan salinitas 20 permil, kemudian dimasukkan larutan formalin 20 ppm selama 10 -12 jam.Dilakukan berulang kali selama 3e -4 hari sampai ikan normal kembali.
Perlakuan lain dengan menggunakan MGO 0,1 ppm ditambahkan 25 ppm formalin selama 24 jam dan diulang 2 -3 kali berturut – turut.
               
            


PERTANYAAN:

  1. jelaskan ciri-ciri induk Kakap putih
  2. jelaskan proses pemijahan ikan Kakap putih
  3. jelaskan fase kritis dalam pemeliharaan larva ikan Kakap
  4. jelaskan sistem pengangkutan induk ikan Kakap
  5. jelaskan teknik penanganan telur ikan Kakap

TUGAS
  1. Lakukan seleksi calon induk Kakap
  2. lakukan pemeliharaan induk ikan kakap
  3. lakukan pemijahan buatan pada ikan Kakap





12 comments: