BIOLOGI KEPITING BAKAU
(Scylla serrata)
A. Klasifikasi Kepiting Bakau
Fillum : Arthropoda
Klass : Crustacea
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Branchyura
Famili : Fortunidae
Sub
famili : Lipulinae
Genus :
Scylla de Haan
Spesies : serrata
(Forskal)
B. Ciri Morfologi
Ciri khas
yang dimiliki oleh kepiting adalah karapasnya berbentuk pipih atau agak cembung
dan berbentuk heksagonal atau agak persegi. Ujung pasangan kaki terakhir
mempunyai bentuk agak pipih dan berfungsi sebagai alat pendayung pada saat
berenang.
Kepiting
bakau memiliki karapas berwarna seperti warna lumpur atau sedikit kehijauan,
pada kiri kanannya terdapat sembilan buah duri tajam, dan pada bagian depannya
di antara kedua tangkai matanya terdapat enam buah duri. Dalam keadaan normal sapit
kanannya lebih besar dari sapit kirinya dengan warna kemerahan pada
masing-masing ujung capit. Memiliki 3 kaki pejalan dan satu kaki perenang. Kaki
renangnya terdapat pada bagian ujung perutnya, dan ujung kaki perenang
dilengkapi dengan alat pendayung.
Jenis
kelamin kepiting sangat mudah ditentukan, yaitu dengan mengamati alat
kelaminnya yang ada di bagian perut. Kepiting jantan umumnya terdapat organ
kelamin berbentuk segitiga yang sempit dan agak meruncing di bagian depan.
Sedangkan alat kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan bagian
depannya agak tumpul.Alat kelamin jantan terdiri dari sebuah Testis berwarna
putih dan terletak dibawah Sinusparicardi dan organ kelamin betina berupa
ovarium yang tempat dan bentuknya menyerupai Testis (Gambar I)
![]() |
![]() |
||

Alat Kelamin Jantan Alat Kelamin Betina
Gambar 1. Alat
Kelamin Kepiting jantan dan Betina
C. Habitat dan Daur Hidup
Kepiting bakau dalam
menjalani hidupnya beruaya dari pantai ke laut. Kemudian induk dan anak-anaknya
akan berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai atau hutan bakau untuk
mencari perlindungan, mencari makan atau membesarkan diri.
Kepiting
bakau yang siap melakukan perkawinan akan memasuki perairan bakau. Setelah
perkawinan berlangsung secara
perlahan-lahan kepiting betina akan beruaya ke pantai dan akhirnya menuju laut
untuk melakukan pemijahan. Setelah melakukan pemijahan telur akan menetas
menjadi Zoea1 dan terus menerus berganti kulit menjadi megalopa, pada stadia
ini sudah mulai beruaya pada dasar perairan lumpur menuju pantai, muara sungai
kemudian keperairan hutan bakau sampai dewasa, lalu melakukan perkawinan lagi.
PENGADAAN INDUK
A. Penangkapan
Induk
Untuk mendapatkan
calon induk dapat ditempuh dua jalan yaitu dengan melakukan seleksi di areaI
budidaya kepiting atau pembesaran dan dapat pula dengan melakukan penangkapan
induk bertelur di alam. Induk kepiting bertelur dapat ditangkap dengan alat
Trawl-dasar berukuran kecil, jaring insang apung atau jaring dasar atau dengan
perangkap kepiting (Crab pot).
Alat-alat tangkap ini sebaiknya dipasang agak jauh dari pantai di depan
perairan bakau karena Kepiting petelur yang akan memijah biasanya beruaya dan
berada jauh dari pantai


Ambau Bubu, Rakkang, dan Pengait
Gambar 2.
Alat Tangkap Kepiting (Crab pot)
B. Seleksi Induk
Kegiatan seleksi
induk bertujuan untuk mendapatkan calon induk yang berkualitas sesuai dengan
persyaratan teknis. Adapun syarat-syarat induk kepiting yang baik adalah:
- Umur kepiting minimal 12 bulan
- Berat minimal 300 gr
- Panjang carapas minimal 12 cm
- Sehat dan tidak terinfeksi penyakit
- Organ tubuh lengkap ( tidak cacat)
- Matang Gonad (bertelur)

Gambar 3. morfologi kepiting betina

Gambar 4. kepiting bertelur
C. Pengangkutan Induk
Induk hasil
seleksi maupun penangkapan dari alam yang hendak dibawa ke tempat penetasan
(hatchery), apabila jaraknya dekat (30 menit) dapat ditempatkan dalam
kotak-kotak plastik atau kotak-kotak polyester berisi 5 sampai 10 liter air
laut untuk seekor induk. Bila suhu air di atas 30 0C dapat
ditambahkan es batu ke dalam kotak pengangkutan.
Tetapi untuk
pengangkutan induk ke tempat penetasan yang memerlukan waktu 1-5 jam, harus
digunakan tanki air atau bak fiber glass berbentuk persegi panjang dengan
kapasitas 1 ton, diaerasi atau ditambahkan oksigen. Bila capit (Chelae) diikat untuk menghidari
perkelahian sesama induk, maka pengangkutan induk dapat dilakukan dalam
kepadatan tinggi.
D. Aklimatisasi Induk
Induk yang baru
tiba di lokasi penetasan segara dilakukan aklimatisasi, untuk menyesuaikan
kondisi air pengangkutan dengan air pemeliharaan. Aklimatisasi dilakukan dengan
cara menambahkan air pemeliharaan ke dalam media pengangkutan, penambahan ini
berlangsungsung secara perlahan-lahan sampai kondisi suhu dan salinitas air
pengangkutan sama dengan suhu dan salinitas air pada bak pemeliharaan atau bak pemijahan.
PEMELIHARAAN INDUK
A. Persiapan Bak
Bak yang digunakan sebagai bak pemijahan dapat berupa bak beton dengan kapasitas 1- 5
ton atau tergantung dari kegiatan usaha tersebut, bentuk bak bisa bundar atau
persegi. Sebelum digunakan bak pemeliharaan dicuci terlebih dahulu dengan
menggunakan air tawar ditambahkan deterjen atau dapat pula dengan menggunakan
chlorin. Selesai pencucian bak, dilanjutkan dengan pemasangan aerasi, tujuannya
adalah sebagai suplai oksigen dengan sumber utama adalah blower. Kemudian dilakukan
pengisian air setinggi 30 cm.
B. Pemberian pakan
Induk kepiting
yang telah diaklimatisasi dimasukkan ke dalam bak pemijahan. Dengan padat tebar
1-3 ekor/m2 . bahkan dengan perbandingan jantan dan betina 1:1.
Selama dalam bak pemijahan induk kepiting diberi pakan berupa potongan daging
kerang, cumi-cumi atau udang. Dosis makanan yang diberikan berkisar 3% dari
berat total Kepiting yang hendak dipijahkan.
C. Pengelolaan kualitas air
Untuk menjaga
kondisi kualitas air pemeliharaan/pemijahan tetap stabil maka dilakukan
beberapa kegiatan antara lain dengan melakukan pergantian air, diupayakan
sistim pergantian air dengan menggunakan metode air mengalir. Sisa pakan yang
terdapat di dasar bak sebaiknya segera dibersihkan agar tidak menyebabkan
timbulnya proses pembusukan yang dapat menurunkan kualitas air dalam bak
pemijahan. Pembersihan sisa pakan dapat dilakukan dengan cara penyifonan, yaitu
menyedot sisa pakan dengan menggunakan slang plastik.
ABLASI
Secara
singkat ablasi diartikan sebagai pemotongan atau penghilangan salah satu bola
mata dengan tujuan merangsang aktifitas
reproduksi dan perkembangan gonadanya. Prinsip yang digunakan adalah pada bola
mata Kepiting terdapat satu organ yang
di beri nama ” X ” organ yang salah satu fungsinya adalah menghasilkan Gonad Inhibiting Hormon ( GIH ). Dalam aktifitasnya GIH menghambat aktifitas reproduksi Kepiting
sehingga udang tidak bisa mengalami kematangan telur akibat terhambatnya perkembangan
gonad juga tidak mau melakukan perkawinan. Secara tidak langsung GIH juga menghambat aktifitas Y organ
yang terletak dibagian kepala. Y organ dalam aktifitasnya merangsang
pembentukan sperma pada individu jantan dan sel telur pada individu betina.
Jika X- organ dihilangkan dengan pemotongan tangkai mata, maka GIH tidak terbentuk. Berarti tidak ada
yang menghambat aktifitas reproduksi induk. Disamping itu karena GIH tidak ada, Y-organ aktif
menghasilkan GSH ( Gonad Stimalating Hormon ) yang aktif merangsang pembentukan sperma dan telur.
Kegiatan
ablasi dilakukan umumnya apabila induk yang digunakan berasal dari hasil
budidaya di tambak, berbeda apabila induk yang digunakan adalah induk dari hasil tangkapan di alam, umumnya
induk dari alam sudah matang gonad
sehingga tidak perlu dilakukan ablasi. Teknik ablasi yang umum dilaksanakan
adalah dengan menggunakan teknik penjepitan dengan gunting yang matanya bergerigi
yang telah dipanaskan(Gambar 5)

Gambar 5. Gunting Penjepit untuk ablasi
PEMIJAHAN
Sebelum pemijahan
berlangsung, induk Kepiting betina biasanya akan mengalami ganti kulit (molting). Bersamaan dengan itu tubuh
induk betina akan mengeluarkan sejenis hormon (Pheromone). Pheromone merupakan perangsang yang kuat bagi jantan
agar segera mendekati betina. Pada saat terangsang oleh pheromone induk jantan
akan segera matang gonad.
Tingkat
kematangan gonad Kepiting jantan dianggap terbaik setelah 3 hari menerima
rangsangan. Induk jantan yang menerima rangsangan akan menaiki (menggendong)
tubuh induk betina kurang lebih 4 hari, hingga proses molting selesai. Sebelum
turun dari tubuh induk betina, induk jantan akan mengeluarkan spermanya.
Proses
pengeluaran sperma (Kopulasi)
dilakukan dengan jalan induk jantan membalikkan tubuh induk betina dan
menyisipkan sperma ke dalam ovarium. Kegiatan ini berlangsung setelah molting
dan terjadi 7 – 12 jam. Sekali melakukan proses pemijahan, sperma dapat
digunakan untuk membuahi telur sebanyak
2 periode.Bila proses pemijahan selesai segera induk dipindahkan kedalam bak
penetasan.
PENETASAN
A. Pemeriksaan Perkembangan telur
Bak peneluran
sebelum digunakan terlebih dahulu disiapkan, mulai dilakukan pencucian sampai
dengan pemberian subtrat, dalam hal ini dapat diberikan pasir pada dasar bak
dengan ketebalan 10 cm. Padat tebar pada bak peneluran 1-3 ekor/m2.
Selama dalam proses penetasan pergantian air dilakukan dengan sistim air
mengalir sedalam 30-50 cm.
Perkembangan
embrionik dari mulai memijah sampai menetas biasanya berlangsung 20 - 25 hari
dan keadaannya harus diperiksa setiap hari. Perubahan warna mulai dari berwarna
orange sampai coklat atau hitam. Warna hitam antara lain berasal dari mata fasot embrio. Bintik mata hitam serta
denyutan jantung sangat jelas terlihat. Bila bintik-bintik ungu kemerahan sudah
terlihat menandakan sekitar 3 hari lagi penetasan akan berlangsung. Sebaiknya
pada keadaan demikian induk tersebut segera dipindahkan dalam satu bak, dan air
bak diisi penuh.
B. Proses Penetasan
Pada prinsipnya
untuk menetaskan telur Kepiting pada dasarnya tidak berbeda dengan penetasan
telur udang windu, karena keduanya berasal dari kelas yang sama yaitu Crustacea. Semua keperluan yang berkaitan
dengan penetasan dan pemeliharaan larva harus sudah di siapkan. Keberhasilan
penetasan telur dan kelulus hidupan larva ditentukan oleh kesiapan dalam
menyediakan seluruh keperluan penetasan.
Saat akan
berlangsungnya penetasan dapat ditandai dengan tingkah laku induk Kepiting
biasanya induk lebih sering berdiri pada kaki jalan (Priopoda) dengan massa telur ditempelkan pada subtrat. Pada saat
demikian penggantian air ciukup dilakukan separuh bagian saja dan dilakukan
dengan sangat hati-hati, volume air sebaiknya memenuhi seluruh bak.
Penetasan yang
normal biasanya berlangsung diantara jam 8 pagi dan malam hari, umumnya sebelum
matahari terbit. Bila penetasan telah berlangsung dengan sempurna yang dapat
diamati dari telah melipatnya abdomen
induk segera induk dipindahkan ke bak
pemijahan kembali.
PEMELIHARAAN LARVA
A. Persiapan bak
Bak untuk
pemeliharaan larva dapat digunakan dari berbagai ukuran dan berbagai desain,
tergantung dari besarnya usaha yang dilaksanakan. Bak pemeliharaan dapat
berukuran 3 -10 ton ditempatkan di luar maupun di dalam ruangan. Bak-bak
berbentuk bulat lebih baik digunakan karena tidak adanya pojok-pojok dimana
larva, makanan, dan detritus berakumulasi.
Bak pemeliharaan
sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan pencucian bak dengan menggunakan
chlorin, sesudah dibilas bak dikeringkan. Selanjutnya aerasi dipasang sebagai
sumber oksigen terlarut. Kemudian dilakukan pengisian air. Air yang akan
digunakan harus air laut bersih yang telah dilakukan filterisasi maupun
penyinaran serta chlorinisasi, semuanya ini bertujuan untuk mencegah
berkembangnya bibit penyakit.

Gambar
6. Bak pemeliharaan larva kepiting
B. Penebaran
Untuk mencegah
kematian yang terlalu tinggi sebaiknya larva kepiting dibiarkan hidup di dalam
bak penetasan hingga berumur 5 hari. Pemindahan yang dilakukan kurang dari 5
hari dikhawatirkan akan mengakibatkan stres pada larva Kepiting. Larva kepiting
yang baru menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. Agar tidak terjadi
perubahan kondisi lingkungan yang mendadak, pemindahan larva Kepiting ke
wadah-wadah kecil atau waskom yang telah diisi air laut sebaiknya dilakukan
bersama air aslinya. Tujuan pemindahan larva ini adalah untuk mengurangi padat
tebar larva Kepiting, sehingga akan mengurangi kemungkinan terjadinya kematian
pada larva Kepiting. Padat tebar yang disarankan adalah10 - 20 larva/liter
C. Perkembangan Larva Kepiting.
Stadia zoea merupakan stadia awal dari
perkembangan larva kepiting, stadia zoea ini berlangsung dari stadia zoea1 sampai
zoea 5 dengan waktu perubahan 3 - 5 hari, selanjutnya zoea akan berubah menjadi
tingkatan Megalopa. Pada tingkatan
ini larva membutuhkan waktu perubahan 11 - 12 hari. Fase Kepiting muda berawal setelah Megalopa berganti kulit menjadi fase Kepiting muda, kedua dan
seterusnya sampai ke tingkat 16 atau 17 yaitu fase terakhir kepiting muda
dengan panjang karapas 10 cm

Gambar 7.
Perkembangan Telur, Zoea 1 – Zoea 5
![]() |
Gambar 8. Stadia Megalopa dan Juwana
D. Pemberian Pakan
Larva Kepiting
yang baru menetas bersifat planktonis. Jenis makanan yang cocok untuk stadi
zoea 1 - 4 adalah Rotifera (Brachionus plicatilis) dengan kepadatan
3 -10/ml. Selain Rotifera ditambahkan
juga naupli Artemia salina yang baru
menetas sampai fase Megalopa. Dosis Artemia
pada stadia (Z 1-2) awal cukup dalam jumlah kecil, kemudian pada
stadia Z3 sampai Z5 100 - 300 ekor/ml
Pada larva
tingkat akhir Z 3-4 sudah dapat ditambahkan hancuran daging
cumi-cumi, ikan, kerang-kerangan atau udang kecil. Namun dalam pemberian
hancuran daging dari berbagai organisme laut perlu hati-hati karena belum tentu
cocok untuk larva. Bila hancuran tidak dimakan dapat menyebabkan pembusukan dan
mencemari air pemeliharaan.
Pada tingkat
Megalopa makanan sudah dapat diawali sama dengan makanan Kepiting dewasa. Yaitu cumi-cumi, ikan, kerang-kerangan atau
udang kecil dengan jumlah 150-200
gram/ton. Pemberian pakan ini cukup 1 kali dalam sehari.
PANEN DAN PENGANGKUTAN
A. Panen
Panen dilakukan
setelah larva kepiting mencapai ukuran benih yaitu 1,5 – 3 cm atau dengan berat
kurang dari 60 gram. Atau tergantung dari pesanan konsumen. Adapun cara panen
dapat dilakukan dengan cara mengeringkan kolam pemeliharaan larva, kemudian
menangkap benih Kepiting dengan menggunakan serok , lalu menampungnya pada
wadah yang telah disiapkan.
B. Pengangkutan Benih
Pengangkutan
benih dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara pertama apabila jarak
pengangkutan dekat benih Kepiting cukup dimasukkan ke dalam wadah plastik tanpa
air. Tapi apabila jarak yang ditempuh jauh maka dapat menggunakan kantong
plastik yang tebal dan diberi air serta ditambahkan oksigen, lama perjalanan
sebaiknya tidak lebih dari 2,5 jam. Apabila jarak pengangkutan lebi jauh sampai
5 jam perjalanan maka wadah pengangkutan sebaiknya bak fiber yang diisi air dan
dilengkapi sumber oksigen berupa aerator.
PERTANYAAN
- Jelaskan proses pemijahan pada Kepiting
- jelaskan penanganan induk kepiting
- jelaskan proses pemeliharaan larva
TUGAS
- Lakukan Penanganan induk Kepiting
- lakukan ablasi pada induk Kepiting
- lakukan Pengangkutan induk Kepiting
Salam sejahtera, saya memerlukan personal yang bisa membantu kami dan memberi tunjuk ajar dalam perusahaan budidaya pembenihan kepiting di Malaysia. sila email..m.fair.76@gmail.com
ReplyDeletethanks atas infonya,, pak..
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletethanks informasinya pak
ReplyDeletemakasih pak informasinya
ReplyDeletekak boleh tau dari mana refrensinya tentang ablasi itu ?
ReplyDeletesaya perlukan bantuan untuk bibit kepiting, gajian lumayan untuk kerja 7 juta perbulan , siapa bisa buat pemmbenihan kepiting
ReplyDeleteemail saya noordinsaian1214@gmail.com
makasih pak atas bantuannya dari dedy muhammad iqbal tingkat 2 tbp 2
ReplyDeletemakasih pak informasinya dari nadia regita cahyani tingkat 2 tbp2
ReplyDeleteTerima Kasih informasinya salam sukses pak
ReplyDeleteBerapa bulan dari larva menjadi kpiting dewasa ukuran 5cm
ReplyDeleteassalamualaikum pak #Maharani
ReplyDeleteAssalamualaikum pak,
ReplyDeleteby; whiwy aminarty
assalamualaikum pak by muh. ishak
ReplyDeletemksih pak by muh. rayhan
ReplyDeletemksih pak (wahdaniatul amin)
ReplyDeletemakasih informasinya pakk
ReplyDeletenurfahmi.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMakasih ilmunya pak
ReplyDeletemakasih pak
ReplyDelete#Husnifia Hidayat
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMakasih atas bantuannya pak;)
ReplyDelete#Risma(2 Apapl 3)
Makasih pak
ReplyDelete#Diandra
assalamualaikum pak
ReplyDeletemakasih pak
Terimakasih infonya cukup lengkap
ReplyDeleteJadi pengen coba
Jelas sekali
ReplyDeletesy di desa punya lahan sangat cocok untuk budidaya kepiting.tapi tak punya modal untuk budidaya
ReplyDeleteterimakasih pak semoga sukses selalu
ReplyDelete