Friday, April 10, 2015

PEMBENIHAN KEPITING BAKAU

BIOLOGI KEPITING BAKAU
(Scylla serrata)

A. Klasifikasi Kepiting Bakau

Fillum                :  Arthropoda
Klass                 :  Crustacea
Ordo                  :  Decapoda
Sub ordo          :  Branchyura
Famili                :  Fortunidae
Sub famili         :  Lipulinae
Genus               :  Scylla de Haan
Spesies                        :  serrata (Forskal)

B. Ciri Morfologi

Ciri khas yang dimiliki oleh kepiting adalah karapasnya berbentuk pipih atau agak cembung dan berbentuk heksagonal atau agak persegi. Ujung pasangan kaki terakhir mempunyai bentuk agak pipih dan berfungsi sebagai alat pendayung pada saat berenang.
Kepiting bakau memiliki karapas berwarna seperti warna lumpur atau sedikit kehijauan, pada kiri kanannya terdapat sembilan buah duri tajam, dan pada bagian depannya di antara kedua tangkai matanya terdapat enam buah duri. Dalam keadaan normal sapit kanannya lebih besar dari sapit kirinya dengan warna kemerahan pada masing-masing ujung capit. Memiliki 3 kaki pejalan dan satu kaki perenang. Kaki renangnya terdapat pada bagian ujung perutnya, dan ujung kaki perenang dilengkapi dengan alat pendayung.
Jenis kelamin kepiting sangat mudah ditentukan, yaitu dengan mengamati alat kelaminnya yang ada di bagian perut. Kepiting jantan umumnya terdapat organ kelamin berbentuk segitiga yang sempit dan agak meruncing di bagian depan. Sedangkan alat kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan bagian depannya agak tumpul.Alat kelamin jantan terdiri dari sebuah Testis berwarna putih dan terletak dibawah Sinusparicardi dan organ kelamin betina berupa ovarium yang tempat dan bentuknya menyerupai Testis (Gambar I)












               Alat Kelamin Jantan                                  Alat Kelamin Betina

Gambar 1. Alat Kelamin Kepiting jantan dan Betina
C. Habitat dan Daur Hidup

Kepiting bakau dalam menjalani hidupnya beruaya dari pantai ke laut. Kemudian induk dan anak-anaknya akan berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai atau hutan bakau untuk mencari perlindungan, mencari makan atau membesarkan diri.
Kepiting bakau yang siap melakukan perkawinan akan memasuki perairan bakau. Setelah perkawinan berlangsung  secara perlahan-lahan kepiting betina akan beruaya ke pantai dan akhirnya menuju laut untuk melakukan pemijahan. Setelah melakukan pemijahan telur akan menetas menjadi Zoea1 dan terus menerus berganti kulit menjadi megalopa, pada stadia ini sudah mulai beruaya pada dasar perairan lumpur menuju pantai, muara sungai kemudian keperairan hutan bakau sampai dewasa, lalu melakukan perkawinan lagi.


PENGADAAN INDUK


A. Penangkapan Induk

Untuk mendapatkan calon induk dapat ditempuh dua jalan yaitu dengan melakukan seleksi di areaI budidaya kepiting atau pembesaran dan dapat pula dengan melakukan penangkapan induk bertelur di alam. Induk kepiting bertelur dapat ditangkap dengan alat Trawl-dasar berukuran kecil, jaring insang apung atau jaring dasar atau dengan perangkap kepiting (Crab pot). Alat-alat tangkap ini sebaiknya dipasang agak jauh dari pantai di depan perairan bakau karena Kepiting petelur yang akan memijah biasanya beruaya dan berada jauh dari pantai

         
                  Ambau                                          Bubu, Rakkang, dan Pengait

Gambar 2. Alat Tangkap Kepiting (Crab pot)
B. Seleksi Induk

Kegiatan seleksi induk bertujuan untuk mendapatkan calon induk yang berkualitas sesuai dengan persyaratan teknis. Adapun syarat-syarat induk kepiting yang baik adalah:
  1. Umur kepiting minimal 12  bulan
  2. Berat minimal 300 gr
  3. Panjang carapas minimal 12 cm
  4. Sehat dan tidak terinfeksi penyakit
  5. Organ tubuh lengkap ( tidak cacat)
  6. Matang Gonad (bertelur)











Gambar 3. morfologi kepiting betina












Gambar 4. kepiting bertelur


C. Pengangkutan Induk

Induk hasil seleksi maupun penangkapan dari alam yang hendak dibawa ke tempat penetasan (hatchery), apabila jaraknya dekat (30 menit) dapat ditempatkan dalam kotak-kotak plastik atau kotak-kotak polyester berisi 5 sampai 10 liter air laut untuk seekor induk. Bila suhu air di atas 30 0C dapat ditambahkan es batu ke dalam kotak pengangkutan.
Tetapi untuk pengangkutan induk ke tempat penetasan yang memerlukan waktu 1-5 jam, harus digunakan tanki air atau bak fiber glass berbentuk persegi panjang dengan kapasitas 1 ton, diaerasi atau ditambahkan oksigen. Bila capit (Chelae) diikat untuk menghidari perkelahian sesama induk, maka pengangkutan induk dapat dilakukan dalam kepadatan tinggi.

D. Aklimatisasi Induk

Induk yang baru tiba di lokasi penetasan segara dilakukan aklimatisasi, untuk menyesuaikan kondisi air pengangkutan dengan air pemeliharaan. Aklimatisasi dilakukan dengan cara menambahkan air pemeliharaan ke dalam media pengangkutan, penambahan ini berlangsungsung secara perlahan-lahan sampai kondisi suhu dan salinitas air pengangkutan sama dengan suhu dan salinitas air pada bak  pemeliharaan atau bak  pemijahan.


PEMELIHARAAN INDUK


A. Persiapan Bak

 Bak yang digunakan sebagai bak pemijahan  dapat berupa bak beton dengan kapasitas 1- 5 ton atau tergantung dari kegiatan usaha tersebut, bentuk bak bisa bundar atau persegi. Sebelum digunakan bak pemeliharaan dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan air tawar ditambahkan deterjen atau dapat pula dengan menggunakan chlorin. Selesai pencucian bak, dilanjutkan dengan pemasangan aerasi, tujuannya adalah sebagai suplai oksigen dengan sumber utama adalah blower. Kemudian dilakukan pengisian air setinggi 30 cm.

B.  Pemberian pakan

Induk kepiting yang telah diaklimatisasi dimasukkan ke dalam bak pemijahan. Dengan padat tebar 1-3 ekor/m2 . bahkan dengan perbandingan jantan dan betina 1:1. Selama dalam bak pemijahan induk kepiting diberi pakan berupa potongan daging kerang, cumi-cumi atau udang. Dosis makanan yang diberikan berkisar 3% dari berat total Kepiting yang hendak dipijahkan.

C. Pengelolaan kualitas air

Untuk menjaga kondisi kualitas air pemeliharaan/pemijahan tetap stabil maka dilakukan beberapa kegiatan antara lain dengan melakukan pergantian air, diupayakan sistim pergantian air dengan menggunakan metode air mengalir. Sisa pakan yang terdapat di dasar bak sebaiknya segera dibersihkan agar tidak menyebabkan timbulnya proses pembusukan yang dapat menurunkan kualitas air dalam bak pemijahan. Pembersihan sisa pakan dapat dilakukan dengan cara penyifonan, yaitu menyedot sisa pakan dengan menggunakan slang plastik.
ABLASI

Secara singkat ablasi diartikan sebagai pemotongan atau penghilangan salah satu bola mata  dengan tujuan merangsang aktifitas reproduksi dan perkembangan gonadanya. Prinsip yang digunakan adalah pada bola mata Kepiting  terdapat satu organ yang di beri nama ” X ” organ yang salah satu fungsinya adalah menghasilkan Gonad Inhibiting Hormon ( GIH ). Dalam aktifitasnya GIH menghambat aktifitas reproduksi Kepiting sehingga udang tidak bisa mengalami kematangan telur akibat terhambatnya perkembangan gonad juga tidak mau melakukan perkawinan. Secara tidak langsung GIH juga menghambat aktifitas Y organ yang terletak dibagian kepala. Y organ dalam aktifitasnya merangsang pembentukan sperma pada individu jantan dan sel telur pada individu betina.
Jika X- organ dihilangkan dengan pemotongan tangkai mata, maka GIH tidak terbentuk. Berarti tidak ada yang menghambat aktifitas reproduksi induk. Disamping itu karena GIH tidak ada, Y-organ aktif menghasilkan GSH ( Gonad Stimalating Hormon ) yang aktif merangsang pembentukan sperma dan telur.
Kegiatan ablasi dilakukan umumnya apabila induk yang digunakan berasal dari hasil budidaya di tambak, berbeda apabila induk yang digunakan adalah  induk dari hasil tangkapan di alam, umumnya induk dari alam  sudah matang gonad sehingga tidak perlu dilakukan ablasi. Teknik ablasi yang umum dilaksanakan adalah dengan menggunakan teknik penjepitan dengan gunting yang matanya bergerigi yang telah dipanaskan(Gambar 5)












             Gambar 5.  Gunting Penjepit  untuk ablasi


PEMIJAHAN

Sebelum pemijahan berlangsung, induk Kepiting betina biasanya akan mengalami ganti kulit (molting). Bersamaan dengan itu tubuh induk betina akan mengeluarkan sejenis hormon (Pheromone). Pheromone merupakan perangsang yang kuat bagi jantan agar segera mendekati betina. Pada saat terangsang oleh pheromone induk jantan akan segera matang gonad.
Tingkat kematangan gonad Kepiting jantan dianggap terbaik setelah 3 hari menerima rangsangan. Induk jantan yang menerima rangsangan akan menaiki (menggendong) tubuh induk betina kurang lebih 4 hari, hingga proses molting selesai. Sebelum turun dari tubuh induk betina, induk jantan akan mengeluarkan spermanya.
Proses pengeluaran sperma (Kopulasi) dilakukan dengan jalan induk jantan membalikkan tubuh induk betina dan menyisipkan sperma ke dalam ovarium. Kegiatan ini berlangsung setelah molting dan terjadi 7 – 12 jam. Sekali melakukan proses pemijahan, sperma dapat digunakan  untuk membuahi telur sebanyak 2 periode.Bila proses pemijahan selesai segera induk dipindahkan kedalam bak penetasan.

PENETASAN

A.    Pemeriksaan Perkembangan telur

Bak peneluran sebelum digunakan terlebih dahulu disiapkan, mulai dilakukan pencucian sampai dengan pemberian subtrat, dalam hal ini dapat diberikan pasir pada dasar bak dengan ketebalan 10 cm. Padat tebar pada bak peneluran 1-3 ekor/m2. Selama dalam proses penetasan pergantian air dilakukan dengan sistim air mengalir sedalam 30-50 cm.
Perkembangan embrionik dari mulai memijah sampai menetas biasanya berlangsung 20 - 25 hari dan keadaannya harus diperiksa setiap hari. Perubahan warna mulai dari berwarna orange sampai coklat atau hitam. Warna hitam antara lain berasal dari mata fasot embrio. Bintik mata hitam serta denyutan jantung sangat jelas terlihat. Bila bintik-bintik ungu kemerahan sudah terlihat menandakan sekitar 3 hari lagi penetasan akan berlangsung. Sebaiknya pada keadaan demikian induk tersebut segera dipindahkan dalam satu bak, dan air bak diisi penuh.

B. Proses Penetasan

Pada prinsipnya untuk menetaskan telur Kepiting pada dasarnya tidak berbeda dengan penetasan telur udang windu, karena keduanya berasal dari kelas yang sama yaitu Crustacea. Semua keperluan yang berkaitan dengan penetasan dan pemeliharaan larva harus sudah di siapkan. Keberhasilan penetasan telur dan kelulus hidupan larva ditentukan oleh kesiapan dalam menyediakan seluruh keperluan penetasan.
Saat akan berlangsungnya penetasan dapat ditandai dengan tingkah laku induk Kepiting biasanya induk lebih sering berdiri pada kaki jalan (Priopoda) dengan massa telur ditempelkan pada subtrat. Pada saat demikian penggantian air ciukup dilakukan separuh bagian saja dan dilakukan dengan sangat hati-hati, volume air sebaiknya memenuhi seluruh bak.
Penetasan yang normal biasanya berlangsung diantara jam 8 pagi dan malam hari, umumnya sebelum matahari terbit. Bila penetasan telah berlangsung dengan sempurna yang dapat diamati dari telah melipatnya abdomen induk segera induk dipindahkan ke bak  pemijahan kembali.


PEMELIHARAAN LARVA


A. Persiapan bak

Bak untuk pemeliharaan larva dapat digunakan dari berbagai ukuran dan berbagai desain, tergantung dari besarnya usaha yang dilaksanakan. Bak pemeliharaan dapat berukuran 3 -10 ton ditempatkan di luar maupun di dalam ruangan. Bak-bak berbentuk bulat lebih baik digunakan karena tidak adanya pojok-pojok dimana larva, makanan, dan detritus berakumulasi.
Bak pemeliharaan sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan pencucian bak dengan menggunakan chlorin, sesudah dibilas bak dikeringkan. Selanjutnya aerasi dipasang sebagai sumber oksigen terlarut. Kemudian dilakukan pengisian air. Air yang akan digunakan harus air laut bersih yang telah dilakukan filterisasi maupun penyinaran serta chlorinisasi, semuanya ini bertujuan untuk mencegah berkembangnya bibit penyakit.











                                   
                                     Gambar 6. Bak pemeliharaan larva kepiting
                                   
B. Penebaran

Untuk mencegah kematian yang terlalu tinggi sebaiknya larva kepiting dibiarkan hidup di dalam bak penetasan hingga berumur 5 hari. Pemindahan yang dilakukan kurang dari 5 hari dikhawatirkan akan mengakibatkan stres pada larva Kepiting. Larva kepiting yang baru menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. Agar tidak terjadi perubahan kondisi lingkungan yang mendadak, pemindahan larva Kepiting ke wadah-wadah kecil atau waskom yang telah diisi air laut sebaiknya dilakukan bersama air aslinya. Tujuan pemindahan larva ini adalah untuk mengurangi padat tebar larva Kepiting, sehingga akan mengurangi kemungkinan terjadinya kematian pada larva Kepiting. Padat tebar yang disarankan adalah10 - 20 larva/liter

C. Perkembangan Larva Kepiting.

Stadia zoea merupakan stadia awal dari perkembangan larva kepiting, stadia zoea ini berlangsung dari stadia zoea1 sampai zoea 5 dengan waktu perubahan 3 - 5 hari, selanjutnya zoea akan berubah menjadi tingkatan Megalopa. Pada tingkatan ini larva membutuhkan waktu perubahan 11 - 12 hari. Fase Kepiting muda  berawal setelah Megalopa berganti kulit menjadi fase Kepiting muda, kedua dan seterusnya sampai ke tingkat 16 atau 17 yaitu fase terakhir kepiting muda dengan panjang karapas 10 cm











                           
       Gambar 7. Perkembangan Telur, Zoea 1 – Zoea 5
 








Gambar 8.  Stadia Megalopa dan Juwana

D. Pemberian Pakan

Larva Kepiting yang baru menetas bersifat planktonis. Jenis makanan yang cocok untuk stadi zoea 1 - 4 adalah Rotifera (Brachionus plicatilis) dengan kepadatan 3 -10/ml. Selain Rotifera ditambahkan juga naupli Artemia salina yang baru menetas sampai fase Megalopa. Dosis Artemia pada stadia (Z 1-2) awal cukup dalam jumlah kecil, kemudian pada stadia Z3 sampai Z5  100 - 300 ekor/ml
Pada larva tingkat akhir Z 3-4 sudah dapat ditambahkan hancuran daging cumi-cumi, ikan, kerang-kerangan atau udang kecil. Namun dalam pemberian hancuran daging dari berbagai organisme laut perlu hati-hati karena belum tentu cocok untuk larva. Bila hancuran tidak dimakan dapat menyebabkan pembusukan dan mencemari air pemeliharaan.
Pada tingkat Megalopa makanan sudah dapat diawali sama dengan makanan Kepiting dewasa.  Yaitu cumi-cumi, ikan, kerang-kerangan atau udang kecil  dengan jumlah 150-200 gram/ton. Pemberian pakan ini cukup 1 kali dalam sehari.

PANEN DAN PENGANGKUTAN

A. Panen

Panen dilakukan setelah larva kepiting mencapai ukuran benih yaitu 1,5 – 3 cm atau dengan berat kurang dari 60 gram. Atau tergantung dari pesanan konsumen. Adapun cara panen dapat dilakukan dengan cara mengeringkan kolam pemeliharaan larva, kemudian menangkap benih Kepiting dengan menggunakan serok , lalu menampungnya pada wadah yang telah disiapkan.

B. Pengangkutan Benih

Pengangkutan benih dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara pertama apabila jarak pengangkutan dekat benih Kepiting cukup dimasukkan ke dalam wadah plastik tanpa air. Tapi apabila jarak yang ditempuh jauh maka dapat menggunakan kantong plastik yang tebal dan diberi air serta ditambahkan oksigen, lama perjalanan sebaiknya tidak lebih dari 2,5 jam. Apabila jarak pengangkutan lebi jauh sampai 5 jam perjalanan maka wadah pengangkutan sebaiknya bak fiber yang diisi air dan dilengkapi sumber oksigen berupa aerator.


PERTANYAAN
  1. Jelaskan proses pemijahan pada Kepiting
  2. jelaskan penanganan induk kepiting
  3. jelaskan proses pemeliharaan larva

TUGAS

  1. Lakukan Penanganan induk Kepiting
  2. lakukan ablasi pada induk Kepiting
  3. lakukan Pengangkutan induk Kepiting

28 comments:

  1. Salam sejahtera, saya memerlukan personal yang bisa membantu kami dan memberi tunjuk ajar dalam perusahaan budidaya pembenihan kepiting di Malaysia. sila email..m.fair.76@gmail.com

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. kak boleh tau dari mana refrensinya tentang ablasi itu ?

    ReplyDelete
  4. saya perlukan bantuan untuk bibit kepiting, gajian lumayan untuk kerja 7 juta perbulan , siapa bisa buat pemmbenihan kepiting
    email saya noordinsaian1214@gmail.com

    ReplyDelete
  5. makasih pak atas bantuannya dari dedy muhammad iqbal tingkat 2 tbp 2

    ReplyDelete
  6. makasih pak informasinya dari nadia regita cahyani tingkat 2 tbp2

    ReplyDelete
  7. Terima Kasih informasinya salam sukses pak

    ReplyDelete
  8. Berapa bulan dari larva menjadi kpiting dewasa ukuran 5cm

    ReplyDelete
  9. Assalamualaikum pak,
    by; whiwy aminarty

    ReplyDelete
  10. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  11. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  12. Makasih atas bantuannya pak;)
    #Risma(2 Apapl 3)

    ReplyDelete
  13. Terimakasih infonya cukup lengkap
    Jadi pengen coba

    ReplyDelete
  14. sy di desa punya lahan sangat cocok untuk budidaya kepiting.tapi tak punya modal untuk budidaya

    ReplyDelete
  15. terimakasih pak semoga sukses selalu

    ReplyDelete