

Pakan alami
ialah makanan hidup bagi larva dan benih ikan atau udang yang mencakup
fitoplankton, zooplankton dan benthos.
Fitoplankton, zooplankton dan benthos merupakan sumber karbohidrat,
lemak dan protein dengan susunan asam amino yang lengkap serta mineral bagi
larva atau benih ikan, udang atau hewan akuatik lainnya.
Pakan alami
telah lama diusahakan dalam budidaya sub sektor perikanan. Di Jepang, pakan alami telah dibudidayakan
sejak tahun 1950. Di Indonesia pakan
alami telah lama pula dimanfaatkan untuk makanan benih ikan, terutama ikan
hias. Makanan alami tersebut diambil
dari alam atau perairan umum. Sejalan
dengan perkembangan pembenihan udang, di tahun 1975 berkembang pula budidaya
pakan alami, terutama diawali dengan kegiatan budidaya fitoplankton.
Larva dan
benih ikan laut atau payau memerlukan fitoplankton sebagai pakan awal disamping
zooplankton. Untuk usaha pembenihan
udang, hamper 34% biaya operasional dihabiskan bagi penyediaan Artemia agar
tingkat kelangsungan hidup benur dapat mencapai 80%. Sebaliknya larva dan benih ikan air tawar
dominant memakan zooplankton atau benthos sebagai pakan awalnya dan diperlukan
7 – 10 % pakan alami dari berat kering benihnya agar tingkat kelangsungan hidup
larva atau benih mencapai 90%.
Penggunaan
100% pakan alami sebagai ransum dalam pembenihan ikan dan udang tidak
dianjurkan mengingat penyediaan pakan alami di dalam sangat terbatas dan bila
menyelenggarakan budidaya pakan alami untuk memenuhi keperlukan pembenihan
memerlukan lahan yang luas dan volume air yang besar. Hal ini mendorong para petani ikan berusaha
untuk mengganti sebagian ataru seluruh kebutuhan pakan alami dengan pakan
buatan. Demikian pula kegiatan-kegiatan
penelitian mengenai pakan untuk ransum benih dengan variasi formula, komposisi
nutrisi dan bentuk yang didasarkan pada pakan alami telah banyak dilakukan.
Penggunaan
pakan alami yang dikombinasikan dengan pakan buatan di dalam usaha pembenihan
ikan dan udang telah banyak dilakukan, walaupun ratio yang tepat masih perlu
ditelaah lebih lanjut baik menurut jenis pakan, ukuran dan frekuensi
pemberiannya maupun menurut jenis dan stadia ikan budidaya, disamping
perhitungan ekonominya.
Usaha budidaya
pakan alami dapat dibagi atas dua kelompok besar, yakni penyediaan organisme
pakan alami yang selektif untuk usaha pembenihan ikan/udang dan pembesaran ikan
hias. Berikutnya penyediaan organisme
pakana alami non selektif dengan cara pemupukan lahan dan peraiaran seperti
untuk penyediaan pakan dalam budidaya pembesaran ikan dan udang di tambak,
kolam dan keramba.
|
Pakan alami
yang mencakup fitoplankton, zooplankton dan benthos mempunyai beberapa
keunggulan yaitu :
·
Mengandung gizi yang lengkap dan mudah dicerna
·
Tidak mencemari lingkungan perairan dan media
pemeliharaan benih atau benur
·
Berbagai jenis pakan alami secara umum cocok
untuk makanan berbagai tingkatan umur larva benih atau benur.
·
Sifat pakan alami yang bergerak tetapi tidak
begitu aktif, memungkinkan dan mempermudah benur atau benih ikan untuk
memangsanya.
·
Biaya murah
|
Syarat yang
harus dipenuhi dalam penyediaan pakan alami adalah bahwa produk pakan alami
tersebut memenuhi criteria antara lain warna, sifat biologi dan fisik, tidak
mengandung logam berat serta tidak menghasilkan racun.
- Spesifikasi pakan alami dari golongan fitoplankton
- Warna cerah sesuai dengan kandungan khromatofor yang dimiliki
- Monospesies
- Sifat biologis dan ukurannya normal dan harus lebih kecil dari mulut larva dan benih yang akan diberi pakan
- Spesifikasi pakan alami dari golongan zooplankton
- Berwarna kuning, putih atau merah darah
- Monospesies
- Bergerak aktif
- Spesifikasi pakan alami dari golongan benthos
- Berwarna kuning atau merah cerah
- Monospesies
- Sifat biologi dan ukurannya normal
Kandungan gizi
pakan alami yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan bagi konsumennya. Kandungan gizi masing-masing pakan alami
ditampilkan dalam lampiran 1.

AIR TAWAR, PAYAU DAN LAUT
Dalam usaha
budidaya pakan alami, pengetahuan biologi yang terkait erat dengan budidaya
harus difahami sebaik-baiknya agar perencaraan, teknologi yang diterapkan dan
produk yang dihasilkan dapat memenuhibaik jenis maupun kualitas dan kuantitas
yang diinginkan tepat pada waktunya.
Pakan alami
yang diproduksi harus didasarkan pada :
·
Jenis-jenis yang mudah dibudidayakan secara
missal
·
Pertumbuhan merata
·
Morfologi normal
·
Jenis disukai
·
Nilai gizi yang memenuhi persyaratan
·
Ukurannya layak (sesuai dengan bukaan mulut
ikan)
Teknik
budidaya pakan alami harus didasarkan pada pengetahuan biologi dan kimiawi dari
masing-masing jenis organisme pakan alami.
Aspek biologi dan kimiawi organisme pakan alami yang erat kaitannya
dengan kegiatan budidayanya mencakup :
Ø
Morfologi, termasuk ukuran menurut tahapan
stadianya dalam perkembangbiakannya.
Ø
Daur hidup
Ø
Habitat
Ø
Pertumbuhan
Ø
Kebiasaan dan cara makan atau unsure hara yang
dibutuhkan untuk hidup
Ø
Pertumbuhan
Ø
Nilai gizi
Pengetahuan morfologi
dari setiap jenis organisme pakan alami yang dibudidayakan sangat diperlukan
untuk menyesudaikan ukuran dan bentuk pakan alami yang diproduksi terhadap ikan
budidaya yang diberi pakan menurut jenis, ukuran dan stadianya.
Daur
hidup setiap jenis organisme pakan alami harus difahami, terutama
perilakunya dan waktu yang diperlukan setiap tahap, untuk menentukan periode
budidaya dan saat panen yang tepat sesuai dengan tuntutan penggunaan dalam
kegiatan budidaya.
Habitat
lingkungan setiap organisme pakan alami yang dibudidayakan harus
diketahui, karena merupakan dasar untuk menciptakan kondisi lingkungan, habitat
dan media yang cocok bagi kegiatan budidayanya, agar produksi pakan alami yang
maksimal dapat dicapai.
Kecepatan
dan tingkat pertumbuhan pakan alami merupakan dasar yang dapat
menentukan tindak lanjut dalam meraih kualitas produk akhir pakan alami yang
dibudidayakan.
Kebiasaan
dan cara makan serta unsur hara yang dibutuhkan organisme pakan alami
harus diketahui untuk menentukan pakan atau komponennya yang cocok bagi pakan
alami dan teknik pemberian pakannya yang tepat pada budidaya pakan alami.
Pengetahuan
cara perkembangbiakan organisme pakan alami secara irnci perlu
difahami, karena akan sangat membantu dalam menentukan teknik budidaya yang
tepat daproduksi yang berkesinambungan.
Nilai
gizi setiap jenis organisme pakan alami yang dibudidayakan harus
diketahui agar penentuan jenis pakan alami yang akan dihasilkan dari budidaya sesuai
dengan kebutuhan gizi konsumennya.
Kriteria
organoleptik, fisik dan kimia tertentu dari setiap jenis organisme
pakan alami merupakan indikator untuk mendapatkan sifat biologi pakan alami
yang normal dan diinginkan.
|
1.
Spirulina
sp
Spirulina sp adalah salah satu jenis
alga hijau yang termasuk dalam :
Divisi :
Cyanophyta
Kelas :
Cyanophyceae
Bangsa : Nostocales
Suku : Oscillatoriaceae
Marga :
Spirulina
Jenis : Spirulina
sp.
Di bawah
mikroskop, jenis alga ini tampak sebagai filament berbentuk spiral yang
berwarna hijau biru. Filamen ini
merupakan koloni sel dan dapat bergerak sepanjang sumbunya.
Gambar
1. Spirulina sp.
Sel Spirulina bentuknya silindris dan
memiliki dinding sel tipis yang mengandung murien. Jenis alga yang berukuran kecil, beruas-ruas
(terdiri dari segmen-segmen) dan mempunyai garis tengah sel 1 – 3 mikron dengan
sitoplasma homogen. Sedangkan jenis yang
berukuran besar, kisaran garis tengahnya antara 3 – 12 mikron dengan sitoplasma
granuler dan terdapat vakuola. Secara
umum panjang filamennya hanya beberapa milimiter saja, tetapi dalam kondisi
tertentu dapat mencapai 20 mm.
Perkembangan Spirulina sp terjadi secara aseksual
atau pembelahan sel, yaitu dengan memutus filament menjadi satuan-satuan sel
yang kemudian dapat membentuk filament baru.
Pemutusan filament yang telah masak merupakan awal dari daur hidupnya.
Daur hidup Spirulina terjadi mula-mula filament
yang telah masak putus beberapa bagian yang disebut necridia, kemudian bagian
ini membelah menjadi piringan-piringan yang terpisah-pisah yang bentuknya biconcave. Selanjutnya bagian ini membentuk koloni sel
terdiri dari filament induk untuk kemudian menjadi filament baru. Sel-sel dalam hormogenia kemudian
bertambah jumlahnya melalui pembelahan sel.
Sitoplasma menjadi granuler, warna sel menjadi hijau biru cerah dan
dengan adanya proses ini maka ukuran filament menjadi panjang. Daur hidup Spirulina dalam kondisi
laboratorium adalah sekitar satu hari dan dalam kondisi lapangan adalah 3 – 5
hari.
![]() |
Gambar 2.
Siklus hidup Spirulina sp.
Spirulina
termasuk organisme yang mudah beradaptasi pada kondisi lingkungan yang
berbeda-beda. Spirulina tumbuh subur
secara alami di perairan danau yang pHnya tinggi (alkaline), namun jenis alga
ini juga dapat dijumpai di perairan payau dan laut. Daerah yang cocok sebagai tempat tumbuh dan
berbiak adalah daerah yang terletak antara 35oLU dan 35oLS
yang kondisinya banyak sinar matahari, variasi suhu tidak besar dan curah hujan
sedang.
Spirulina
tumbuh dengan baik di perairan alkaline, dengan kandungan garam sampai gr/l,
tetapi pertumbuhan optimal terjadi pada kandungan garam 20 – 70 gr/l. Jenis alaga ini masih menunjukkan pertumbuhan
yang cukup baik pada nilai pH 7 – 11,3 dengan pH optimal berkisar antara 8 –
11. Suhu optimal untuk pertumbuhan
Spirulina berkisar antara 32 – 35oC.
Spirulina tidak dapat tumbh dan berkembang pada suhu di atas 40oC.
Laju
pertumbuhan spesifik Spirulina dalam kondisi laboratorium ialah 0,3
milimikron/hari dan dalam kondisilapangan adalah ,1 – 0,2 milimikron/hari. Untuk menumbuhkan Spirulina diperlukan adanya
tambahan mineral-mineral dalam budidaya seperti karbon, nitrogen, kalium,
potassium, fosfor, magnesium dan kalsium.
2. Skeletonema costatum
Skeletonema termasuk :
Divisi :
Bacillariophyta
Kelas :
Bacillariphyceae
Bangsa : Centrales
Suku : Skeletonemaceae
Marga :
Skeletonema
Jenis : Skeletonema
costatum
Skeletonema bersel tunggal, berukuran 4
– 6 mikron, bentuk sel seperti kotak dengan sitoplasma
yang memenuhi sel dan tidak memiliki alat gerak. Kotak sel tersebut terdiri dari dua baigan,
yaitu bagian atas dinamakan katup dan di bagian bawah berupa wadah berhiaskan
lubang-lubang dengan pola yang kahs terbuat dari silicon dioksida, yaitu bahan
utama pembuat gelas, berwarna coklat dan mempunyai kemampuan menghasilkan skeletal eksternal silikat yang disebut frustule.
Gambar 3. Koloni Skeletonema costatum
|
Gambar 4. Sel Skeletonem costatum serta
bagian-bagiannya
Skeletonema terdiri atas dua bagian
yaitu bagian katup atas, disebut epiteka
dan katup bawah disebut hipoteka. Proses pembelahan sel yang berulang-ulang
menyebabkan sel Skeletonema
mereduksi, hingga mencapai generasi tertentu.
Pada generasi tersebut, kedua katupnya akan ditanggalkan dan akan
berbentuk oksospora, yaitu spora yang melalui proses sekresi oksospora akan
membangun dua katup baru, sehingga akan terbejtuk sel Skeletonema yang berukuran normal, sekitar 4 – 6 mikron.
Daur hidup Skeletonema hanya melalui pembelahan
sel. Dengan pembelahan sel, induk
Skeletonema menjadi dua dan masing-masing langsung menjadi sel Skeletonema yang baru.
![]() |




Gambar 5. Daur Hidup Skeletonema costatum
Skeletonema hidup di perairan laut atau
pantai dengan kisaran suhu 25 – 32oC dan kisaran salinitas 28 – 34‰. Skeletonema
akan tumbuh dengan baik apabila intensitas cahaya sekitar 12.000 lux. Faktor pembatas bagi pertumbuhan selain P dan
N ialah unsur Si. Unsur hara yang
diperlukan untuk perkembangbiakan Skeletonema
ialah N,P, Si dan Fe dan unsur mikro lainnya.
3. Tetraselmis sp.
Bila
diklasifikasikan, Tetraselmis
termasuk dalam :
Divisi :
Chlorophyta
Kelas :
Chlorophyceae
Bangsa : Chlorococales
Suku : Chlorococcaceae
Marga :
Tetraselmis
Jenis : Tetraselmis sp.
Tetraselmis merupakan organisme bersel tunggal,
berukuran 7 – 12 µm, mempunyai empat flagella,
geraknya katif, mempunyai banyak pigmen khlorofil dibanding pigmen lainnya
sehingga tampak warna hijau dan dipenuhi dengan lastida khloroplas. Inti
berukuran kecil, tetapi jelas, dinding sel mengandung bahan selulose dan
pektose. Hidup kosmopolit dan
menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan.
Gambar 6. Sel Tetraselmis
Tetraselmis berkembang biak secara
seksual dan aseksual. Pada tahap
seksual, sel mempunyai gamet yang identik (isogami), kemudian dengan bantuan
substansi tertentu salah satu gamet tersebut ditandai dengan bersatunya
khloroplast yang kemudian menurunkan zygote baru dan diikuti perkembangannya
menjadi zygote yang sempurna. Pada tahap
aseksual protoplasma sel membelah menjadi 2,4 dan 8 dalam bentuk zoospore,
kemudian terlepas bebas dalam bentuk zygospora, setelah masing-masing
melengkapi diri dengan empat buah flagella.
![]() |
Gambar 7. Daur Hidup dan Cara Reproduksi Tetraselmis sp.
Tetraselmis hidup di perairan pantai
atau laut dengan kisaran suhu 25 – 32ºC.
Kisaran salinitas yang ditolerir yaitu 27 – 32 ‰.
Tetraselmis memerlukan suhu, salinitas
dan intensitas cahaya yang cukup untuk pertumbuhannya. Senyawa nitrogen merupakan faktor pembatas
bagi pertumbuhannya. Unsur hara yang
diperlukan untuk perkembangbiakan Tetraselmis,
keculai N dan P ialah Fe.
4. Chlorella sp.
Chlorella adalah salah satu
jenis alga hijau yang termasuk :
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Bangsa : Chlorococcales
Suku : Chlorellaceae
Marga : Chlorella
Spesies : Chlorella
sp.
Chlorella
merupakan alga sel tunggal, bentuknya bulat atau bulat telur, mempunyai
khloroplas seperti cawan, dindingnya keras, pada dan garis tengahnya 5 mikron.
|
Gambar 8. Chlorella sp (kiri) dan bagian-bagian
sel Chlorella (kanan).
Perkembangan Chlorella terjadi secara aseksual, yaitu
dengan pembelahan sel atau pemisahan antospora dari sel induknya dan Chlorella hidup bebas atau menempel pada
binatang invertebrate
Daur hidup Chlorella dapat dibagi dalam empat
tingkat sebagai berikut :
i.
Tingkat pertumbuhan, yaitu tingkat pertambahan besarnya
sel
ii.
Tingkat pemasakan dini yaitu selama bermacam-macam
proses sintetis yang terjadi dalam persiapan pembentuk sel anak
iii.
Tingkat pemasakan akhir yaitu terbentuknya sel induk
muda
iv.
Tingkat pelepasan sel
Gambar 9. Daur Hidup Chlorella sp.
Chlorella terdapat dimana-mana, kecuali
gurun pasir dan salju abadi. Chlorella dapat hidup di tanah atau
tempat-tempat yang basah, tumbuh dalam berbagai media antara lain media yang
mengandung cukup unsur hara seperti N, P, K dan mikro lainya. Chlorella
akan tumbuh baik pada suhu optimal 25oC.
Unsur nutrien
yang diperlukan alga dalam jumlah besar adalah Karbon, Nitrogen, Fosfor,
Sulfur, Natrium, Magnesium dan Kalsium.
Sedang unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit ialah
besi, tembaga, mangan, seng , silicon, boron, molybdenum, vanadium dan cobalt.
5. Scenedesmus sp.
Scnedesmus termasuk :
Divisi :
Chlorophyta
Kelas :
Chlorophyceae
Bangsa : Chlorococcales
Suku : Scenedesmaceae
Marga :
Scenedesmus
Jenis : Scenedesmus
sp.
Scenedesmus sp adalah jenis alga yang
berkoloni. Setiap koloni disebut coenobium dengan jumlah sel selalu
kelipatan dua, biasanya empat atau delapan.
Kadang-kadang ditemui dengan deretan yang ganda. Sel muda mempunyai satu helai kloroplas yang
memanjang dan berisi satu pyrenoid. Khloroplas
pada sel yang tua biasanya mengisi seluruh rongga sel.
|
1. Kloroplas
2. Pyrenoid
Gambar 10. Koloni Sel Scenedesmus sp.
Perkembangbiakan
Scenedesmus adalah dengan pembentukan
koloni, dari setiap sel induk dapat membentuk sebuah koloni awal yang
membebaskan diri melalui suatu pecahan pada dinding sel induk.
Daur hidup Scenedesmus ada lima tahap.
Tahap pertama pemasakan sel.
Sesudah itu disusul tahap kedua, yakni sel mengalami pembelahan dan
tahap ketiga sel yang membelah membentuk koloni. Tahap keempat sel mulai menyusun diri dan
tahap kelima koloni sel keluar dari koloni sel induk.
Gambar 11. Daur hidup Scenedesmus sp.
Jenis-jenis Scenedesmus tersebar luas di perairan
air tawar dan tanah. Sering terdapat di
danau-danau atau kolam-kolam.
Pertumbuhan Scenedesmus ada lima tahap, yaitu fase
adaptasi, pembelahan, pertumbuhan, stationer (statis) dan kematian. Tahapan tersebut kadang-kadang berlangsung
singkat dan tergantung intensitas cahaya dan suhu air.
|
1.
Brachionus
sp.
Brachionus sp termasuk :
Divisi :
Rotifera
Kelas :
Monogonanta
Bangsa : Ploima
Suku : Brachionidae
Marga :
Brachionus
Jenis : Brachionus sp
Brachionus
panjang tubuhnya 60 – 80 mikron. Tubuh
dibagi tiga bagian, yaitu kepala, badan dan kaki. Pemisahan bagian kepada dan badan tidak
jelas. Bagian kaki dan ekor berakir
dengan belahan, yang disebut jari. Badan
Brachionus dilapisi oleh kutikula yang
tebal disebut lorika. Pada bagian kepala terdapat enam duri. Sepasang di tengah sebagai duri yang
panjang. Ujung depan tubuh Brachionus dilengkapi dengan
gelang-gelang silia yang kelihatan melingkar seperti spiral disebut korona, yang berfungsi memasukkan
makanan ke dalam mulutnya.
|
Gambar 12. Brachionus sp. serta bagian-bagiannya
Brachionus sp mempunyai kelamin terpisah,
tetapi yang betina dapat melangsungkan reproduksi secara parthenogenesis. Sistem
reprodusi betina disebut ovum dan yang jantan disebut testis, untuk
menghasilkan spermatozoa. Brachionus jantan siap berkopulasi
setelah satu jam telur menetas.
Lama hidup Brachionus betina berkisar antara 12-19
hari dan umur Brachionus jantan
berkisar 3 – 6 hari. Brachionus betina ada dua tipe, yaitu
tipe amiktik dan miktik. Satu tipe
betina dapat menghasilkan satu tipe telur, yaitu telur amiktik atau
miktik. Betina amiktik ialah betina yang
menghasilkan telur dan melakukan pembelahan meiosis. Telur amiktik bila tidak dibuahi menghasilkan
telur yang ukurannya kecil. Apabila
telur dibuahi, menghasilkan telur yang ukurannya besar. Telur tersebut disebut telur dorman, dengan kulit telur yang tebal
dan akan berkembang menjadi betina yang bersifat amiktik. Generasi selanjutnya dapat bersifat amiktik
atau miktik. Sedangkan betina miktik
ialah betina yang menghasilkan telur secara parthenogenesis. Telur partehenogenesis
tidak berpeluang pembelahan meiosis. Brachionus setelah 24 jam menetas, dapat
menghasilkan dua atau tiga butir telur.
Kecepatan penetasan telur, tergantung dari suhu media air.
Gambar 13. Daur hidup Brachionus sp.
Brachionus terdapat di perairan telaga,
sungai, rawa maupun danau. Tetapi jumlah
yang terbanyak di air payau. Brachionus terdapat melimpah pada
perairan yang kaya nanoplankton dan detritus.
Pertumbuhan Brachionus dipengaruhi oleh suhu
perairan. Suhu yang baik untuk pertumbuhannya
ialah 25 - 27ºC. Sedangkan pH yang baik
bagi pertumbuhannya ialah 6 – 8. Oksigen
tidak boleh kurang dari 1,15 ppm dan CO2 tidak boleh lebih dari 12
ppm.
Brachionus
bersifat omnifor, jenis makanannya
terdiri dari perfiton, nannoplankton, detritus dan semua
partikel organik yang sesuai dengan lebar mulutnya. Makanan masuk ke dalam mulutnya dibantu oleh silia yang terletak di sekitar mulut
sebelah atas. Makanan dipecah oleh alat
disebut ‘trophy’. Makanan yang sudah dipecah masuk ke dalam
lambung untuk dicerna.
2. Tubifex sp.
Cacing rambut (Tubifex)
termasuk :
Divisi :
Annelida
Kelas :
Oligochaeta
Bangsa : Haplotaxida
Suku : Tubificidae
Marga :
Tubifex
Jenis : Tubifex
sp.
Panjang tubuh
cacing rambut 10 – 30 mm, berwarna merah kecoklatan, terdiri dari 30 – 60
segmen. Dinding tebal, terdiri dari dua
lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Dari setiap segmen pada bagian punggung dan
perut keluar seta dan ujung seta bercabang dua tanpa rambut.
Gambar 14. Tubifex
Perkembangan
cacing rambut dapat dilakukan secara pemutusan ruas tubuh dan pembuahan sendiri
(hermaphrodit). Telur cacing rambut terjadi di dalam kokon,
yaitu suatu bangunan yang berbentuk bulat telur, panjang 1,0 mm dan garis
tengahnya 0,7 mm. Kokon dibentuk oleh
kelenjar epidermis dari salah satu
segmen tubuhnya yang disebut klitlum. Telur yang ada di dalam kokon akan mengalami
pembelahan menjadi morula. Selanjutnya
embrio akan berkembang (pertama kali) menjadi tiga segmen, kemudian berkembang
menjadi beberapa segmen. Setelah
beberapa hari, embrio akan keluar melalui ujung kokon secara enzimatis. Perkembangan embrio pada suhu 24ºC
menunjukkan bahwa dari telur hingga meninggalkan kokon lamanya 10 – 12
hari. Setelah meninggalkan kokon, cacing
rambut pertama kali menghasilkan kokon setelah berumur 40 – 45 hari. Jadi daur hidup cacing rambut dari telur
hingga menetas dan menjadi dewasa serta mengeluarkan kokon membutuhkan waktu 50
– 57 hari.
Cacing rambut
dapat hidup di sungai atau danau bersedimen halus atau lembek. Cacing dewasa diketemukand I permukaan
sedimen hingga kedalaman 4 cm. Sedangkan
juvenile ditemukan pada kedalaman 2
cm. Cacing rambut membuat lubang sediment
dan membentuk jalur-jalur yang sejajar, sesuai dengan arah gerakannya. Cacing rambut hidup di perairan dengan
kondisi dasar berpasir (41,4%), tanah halus (45,0%) dan lempung (11,3%).
Pertumbuhan
cacing rambut yang baik ialah pada media yang banyak mengandung bahan organik,
seperti campuran kotoran ayam (50%) dan Lumpur kolam (50%). Debit air optimal yaitu 930 ml/menit.
Kebiasaan dan
cara makan cacing rambut ialah memakan detritus, alga benang, diatom atau
sisa-sisa tanaman yang terlarut di Lumpur dengan cara membuat lubang berupa
tabung dan menyaring makanan atau mengumpulkan partikel-partikel Lumpur yang
data dicerna di dalam ususnya.
3. Artemia salina
Artemia adalah salah satu jenis Crustacea tingkat rendah yang termasuk
dalam:
Divisi :
Arthropoda
Kelas :
Crustacea
Bangsa : Anostraca
Suku : Aremidae
Marga :
Artemia
Jenis : Artemia
salina
Telur Artemia yang kering atau kista berbentuk
bulat cekung, berwarna coklat, berdiameter 200-300 mikron dan di dalamnya
terdapat embrio yang tidak aktif.
Nauplius Artemia mempunyai tiga pasang anggota badan yakni antennula,
antenna I yang berfungsi sebagai alat sensor, antenna II berfungsi sebagai alat
gerak atau penyaring pakan dan rahang bawah belum sempurna. Di bagian kepala antara kedua antenna
terdapat bintik merah (ocellus) yang
berfungsi sebagai mata nauplius. Artemia
dewasa berukuran 1 – 2 cm dengan
sepasang mata majemuk dan 11 pasang thoracopoda. Setiap Thoracopoda mempunyai eksopodit,
endopodite dan epipodite yang masing-masing berungsi sebagai alat pengumpul pakan,
alat berenang dan alat pernafasan. Pada
jantan, antenna II berkembang menjadi penjepit dan pada bagian belakang perut
terdapat sepasang penis. Pada betina,
antenna menjadi alat sensor dan pada kedua sisi saluran pencernaan terdapat
sepasang ovari. Telur-telur yang telah
masak dipindahkan dari ovari ke dalam sebuah kantong telur atau uterus.
Perkembangan Artemia ada dua cara, yakni parthenogenesis dan biseksual. Pada Artemia yang
termasuk jenis parthenogenesis populasinya terdiri dari betina semua yang dapat
membentuk telur dan embrio berkembang dari telur yang tidak dibuahi. Sedangkan pada Artemia jenis biseksual,
populasinya terdiri dari jantan dan betina yang berkembang melalui perkawinan
dan embrio berkembang dari telur yang dibuahi.
Hasil perkembangbiakan dapat terjadi secara ovipar maupun ovovivipar,
tergantung dari kondisi lingkungan. Pada
perkembangbiakan secara ovovivipar,
telur berkembang menjadi nauplius yang berenang bebas yang dilepaskan oleh
induk betina dan terjadi bila kandungan oksigen cukup dan keadaan salinitas di
bawah 80‰. Sedangkan pada
perkembangbiakan secara ovipar, embrio hanya berkembang sampai stadium gastrula tersimpan sebagai kista dalam
sebuah cangkang yang tebal (chorion)
dan terjadi bila kandungan oksigen rendah keadaan salinitas di atas 80‰ atau
kekurangan pakan.
Mata Nauplius Penjepit
Mata
komplek lateral
Thoracopoda
Kantung telur
Furka
Gambar
15. Artemia
salina
Artemia
mengalami beberapa fase dalam daur hidupnya yaitu :
|

Gambar 16. Kista
|
Gambar 17. Nauplius
|
Gambar 18. Artemia Dewasa

Gambar
19. Siklus Hidup Artemia salina
4. Moina sp.
Moina termasuk ke dalam :
Divisi : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Bangsa : Cladocera
Suku : Moinidae
Marga : Moina
Jenis : Moina sp.
Bentuk tubuh
membulat, garis tengah 0,9 – 1,8 mm, berwarna kemerahan. Dinding tubuh tebal, terdiri atas cangkang
tanpa duri. Kepala membulat, pada perut
terdapat 10 silia dan punggungnya ditumbuhi rambut-rambut kasar.
Seta bagian perut memanjang, antennanya
kuat dengan bulu yang kasar.

Gambar 18. Moina sp.
Perkembangbiakan
Moina sp ada dua cara yaitu secara aseksual datau parthenogenesis, yaitu melakukan penetasan telur tanpa dibuahi dan
secara seksual (kawin). Pada kondisi
perairan yang baik, individu betina menghasilkan telur istirahan atau ephippium. Ephippium
akan menetas apabila kondisi perairan membaik.
Moina sp mulai menghasilkan anak setelah
berumur empat hari, jumlah anaknya selama hidup dapat mencapai 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata berselang 1,25
hari, dengan rata-rata jumlah anak 32 ekor/hari. Umur hewan ini ialah 13 hari.
Moina hidup pada perairan yang tercemar
bahan organik di kolam rawa yang banyak rumput-rumput yang mati, kayu yang
membusuk, dan adanya kotora hewan yang menghasilkan mikroorganisme.
Pertumbuhan Moina sp yang baik ialah pada suhu
berkisar antara 14 - 30ºC, pH berkisar 6,5 – 9,0. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhannya
ialah bakteri.
Kebiasaan
makan Moina sp yaitu dengan
menggerak-gerakkan alat tambahan yang
ada di mulutnya. Bergeraknya alat-alat
tambahan di mulut tersebut menyebabkan aliran air yang membawa makanan ke dalam
mulutnya.
5. Daphnia
Bila
diklasifikasikan, Daphnia termasuk :
Divisi : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Bangsa : Cladocera
Suku : Daphnidae
Marga : Daphnia
Jenis : Daphnia
sp.
Bentuk tubuh
Daphnia lonjong, pipih dan segmen badan tidak terlihat. Kepala bagian bawah terdapat moncong yang
bulat dan tumbuh lima
pasang alat tambahan. Alat tambahan
pertama disebut antennule, alat tambahan kedua disebut antenna yang mempunyai
fungsi pokok sebagai alat gerak. Tiga
pasang alat tambahan terakhir adalah alat tambahan mulut. Tubuh ditutupi oleh cangkang dari chitin yang
transparan, dibagian punggung bersatu, tetapi di bagian perut berongga. Lima padang kaki tertutup oleh
cangkang. Ruang antara cangkang dan
tubuh bagian dorsal sebagai tempat pengeraman telur. Pada ujung perut terdapat dua kuku yang
berbulu keras.

Gambar 18. Daphnia sp.
Perkembangbiakan
Daphnia yaitu secara aseksual atau parthenogenesis dan secara seksual atau kawin. Perkembangbiakan secara parthenogenesis sering terjadi dengan menghasilkan individu muda betina. Telur dierami di dalam kantong pengeraman
bingga menetas. Anak Daphnia dikeluarkan pada waktu
pergantian kulit. Di dalam kondisi yang
baik, disamping individu betina dihasilkan individu jantan. Pada kondisi tidak baik, individu betina me
nghasilkan 1 – 2 buah telur istirahat atau ephippium yang dapat menetas apabila
kondisi perairan membaik kembali.

Gambar 19. Siklus hidup Daphnia/Moina sp.
Umur Daphnia mulai beranak yaitu lima hari. Jumlah anak sekitar 558 ekor selama
hidupnya. Umur Daphnia 34 hari. Selang
rata-rata beranak 1,5 hari dengan rata-rata jumlah anak yang dikeluarkan 39
ekor. Tidak terjadi metamorfosa waktu tumbuh dan dewasa.
Pertumbuhan Daphnia yang optimum adalah pada suhu
perairan 21ºC dan pH berkisar antara 6,5 – 8,5.
Jenis makanan yang baik bagi pertumbuhannya ialah bakteri.
Kebiasaan
makan Daphnia dengan cara membuat
aliran pada media, yaitu dengan menggerak-gerakkan alat tambahan yang ada di
mulut, sehingga bakteri, fitoplankton
dan detritus masuk ke dalam mulutnya.
6. Tigriopus
Klasifikasi Tigriopus adalah sebagai berikut :
Divisi : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Bangsa : Entomostraca
Suku : Harpacticeidae
Marga : Tigriopus
Jenis : Tigriopus sp.
Harpacticoida mempunyai lima tingkat naupli dan
enam tingkat kopepodit. Pada tingkat
keenam kopepodit, hwan ini pada ukuran 1 – 1,2 mm dianggap sudah dewasa. Jenis betina mempunyai sembilan segmen, lima di bagian kepala dan
punggung serta empat di bagian perut.
Antennanya sembilan dan sambungan kaki renangnya ada lima pasang.
Gambar 20. Tigriopus sp.
Tigriopus yang jantan akan berkopulasi
dengan betina dari yang masih stadia kopepodit 1 sampai betina yang
matang. Frekuensi kopulasi akan
meningkat pada betina kopepodit 4 dan
5. Musim berpasangan pada hewan dewasa
terjadi sepanjang tahun. Selama
berpasangan, jenis betina berada di bawah, sedangkan jantan dewasa berada di
punggung betina dengan mengaitkan hooks dan
antenanya. Lama berpadangan antara beberapa menit sampai
beberapa hari. Telur berada dalam
kantong yang melekat di pangkal ekor.
Telur akan menetas antara 1 – 3 hari setelah mengalami masa inkubasi.
Gambar
21. Siklus Hidup Tigriopus sp
7. Chironomus
Chiroromus termasuk :
Divisi : Arthropoda
Kelas : Insecta
Bangsa : Diptera
Suku : Chironomidae
Marga : Chironomus
Jenis : Chironomus
sp.
Larva Chironomus berwarna merah. Panjang tubuh 10 – 15 mm terdiri dari kepala
dan segmen-segmen yang memanjang terdiri dari 13 segmen. Tiga segmen pertama sebagai leher dan 10
segmen terakhir sebagai bagian perut.
Pada kepala terdapat mulut yang terdiri dari labium, mandibula, maxilla dan hipopharynx. Mata sepasang terletak di bagian atas. Pada segmen I, terdapat sepasang kaki palsu
yang berkhitin. Pada segmen XI terdapat
tonjolan yang berdinding tipis. Pada
segemen XII terdapat rambut yang panjang dan kasar. Segmen XIII dilengkapi empat tonjolan yang
berdinding tipis dan berfungsi sebagai alat pernafasan. Segmen terakhir bercabang dua.

Gambar 22. Larva Chironomus sp.
Perkembangan
nyamuk Chironomus ialah secara kawin,
terutama pada menjelang fajar. Telur Chironomus diletakkan di permukaan air
oleh induk betina, setelah itu induk betina akan mati. Telur yang dikeluarkan dari induk berupa kelompok
telur yang dihubungkan oleh media mukosa.
Jumlah telur dalam satu peneluran tergantung ukuran induknya. Perkembangan embrio di dalam telur berkisar
10 jam, setelah itu larva keluar dari telur ttapi masih di dalam mukosa yang
melingkupi telur. Larva I keluar
segtelah 16 jam dan aktif bergerak dan bersifat planktonik. Larva I berkembang menjadi larva II selama 10
jam dan memasuki periode pupa. Pada
periopa pupa larva membentuk selubung tubuh dari Lumpur atau detritus dan
bersifat benthic. Periode pupa ini
berlangsung 108 jam menjadi larva III dan IV.
Larva IV akan berubah menjadi imago setelah 30 jam. Jadi dari telur hingga imago membutuhkan
waktu 174 jam atau 6 – 7 hari.
Gambar 23. Daur hidup Larva Chironomus sp.
Habitat larva Chironomus ialah di kolam, danau dan
sungai. Habitat utamanya adalah pada air
yang tercemar bahan organik.
Larva Chironomus tumbuh dan berkembang baik
pada kisaran suhu antara 10 - 35ºC.
Makin tinggi suhu, pertumbuhannya akan lebih cepat tetapi daya kelangsungan
hidupnya semakin rendah.
Larva Chironomus mulai makan setelah larva
keluar dari mukosa yang menyelubungi massa
telur. Pada tingkat larva yang bersifat
planktonik, makanan utamanya ialah detritus.
Pada tingkat larva yang bersifat benthik, makanan utamanya disamping
detritus yaitu organisme satu sel, dengan cara menggerak-gerakkan badannya sehingga
ada aliran air masuk dari tabung pupa dan memabawa partikel makanan. Selanjutnya partikel makanan diambil oleh
rambut dan alat tambahan pada ruas tubuh bagian akhir untuk dibawa kearah
bagian mulutnya.

|
Pemilihan
lokasi budidaya pakan alami harus mempertimbangkan kemudahan komunikasi, pasok
bahan, ketersediaan sumber air yang mmenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas
yang terkait dengan biologi, teknik, ekonomi dan higienis. Selain itu perlu mempertimbangkan kelestarian
lingkungan dan legal, terutama dengan pengelolaan dan pembuangan limbah yang
dapat menimbulkan dampak negative baik langsung maupun tidak langsung terhadap
lingkungan. Untuk ini perlu
mempertimbangkan ketentuan Menteri Negara KLH yang tertuang dalam peraturan
yang memuat ANDAL, AMDAL, PIL dan PEL.
1.
Persyaratan
Lokasi
Lahan untuk
budidaya pakan alami harus memiliki sumber air tawar dan air laut yang mampu memasok
secara mudah bagi kebutuhan budidaya organisme pakan alami menurut jenis, agar
pelaksanaan budidayanya dapat berjalan lancar.
Sumber air tawar dan/atau laut sesuai dengan kebutuhan bagi jenis yang
dibudidayakan harus dapat memenuhi jumlah yang dibutuhkan dan mutunya dapat
dipenuhi dengan suatu perlakuan yang mudah dan ekonomis. Sumber air di lokasi untuk kegiatan budidaya
organisme pakan alami sangat tergantung pada jenis pakan yang dibudidayakan,
sehingga sumber air yang dipersyaratkan dapat tawar atau laut.
Lahan yang
dipergunakan untuk budidaya pakan alami harus bebeas dari bahaya banjir, erosi
dan bebas cemaran. Banjir dapat
mengganggu sumber air dan merusak pakan yang sedang dibudidayakan, sehingga
akan menghambat rencana penyediaan dan target yang telah direncanakan. Erosi dapat menimbulkan resiko terhadap
bangunan dan sarana dan usia pakainya menjadi singkat. Cemaran selain dapat mengganggu mutu air
dapat menimbulkan kesulitan terhadap hewan yang diberi pakan yang telah
tercemar, karena secara umum pakan alami dapat mengakumulasi bahan cemaran.
Pemilihan
lokasi untuk budidaya pakan alami harus mempertimbangkan kemungkinan perluasan
usaha dan disesuaikan pengembangan wilayah serta dapat memenuhi
ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan Menteri Negara KLH. Peletakan unit budidaya organisme pakan alami
sebagai komponen kegiatan usaha budidaya udang/ikan dengan tujuan mendukung
penyediaan pakan harus mempertimbangkan kemungkinan perluasan kegiatan,
sehingga lahan yang tersedia dapat menampung perluasan tanpa mengganggu
kegiatan pokok (budidaya). Lokasi yang
ditetapkan bagi kegiatan budidaya organisme pakan alami yang berdiri sendiri
harus menyediakan area untuk kemungkinan peningkatan target produksi dan
perubahan penerapan teknologi serta penganekaragaman jenis pakan yang umumnya
menuntut lahan dan ruangan.
Pemilihan
lokasi untuk budidaya pakan alami tidak di lingkungan kawasan industri dan di
luar jangkauan cemarannya baik yang dapat berpengaruh langsung maupun tidak
langsung. Kawasan industri merupakan
sumber limbah yang umumnya dapat menimbulkan pengaruh terhadap sumber air baik
secara kualitas maupun kuantitas, hal ini dapat secara langsung mempengaruhi
produksi dan kualitas pakan yang dihasilkan.
Limbah industri dapat dalam bentuk cairan, debu dan asap. Khusus debu
dan asap dapat tersebar oleh angina ke areal yang luas. Jika sebaran debu dan asap dari suatu
industri mencapai lokasi kegiatan budidaya pakan, maka pada cuaca dingin (suhu
rendah, seperti pada malam hari) pakan yang dibudidayakan dapat tercemar oleh
kondensasi debu dan asap dari industri tersebut.
Lokasi untuk
budidaya pakan alami harus dipilih di daerah yang memungkinkan untuk memperoleh
kemudahan prasarana dan sarana. Terutama
bagi kegiatan budidaya yang berdiri sendiri, maka sarana perhubngan seperti
jalan, telepon dan lainnya dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.
Persyaratan
bagi usaha budidaya pakan alami yang merupakan bagian dari pembenihan udang dan
ikan hias selain harus memenuhi persyaratan-persyaratan di atas perlu pula
memperhatikan letak dan ukuran. Lokasi
fasilitas budidaya pakan alami bagi usaha benur udang diletakkan di sekitar
tempat pemeliharaan larva udang dan luas yang diperlukan minimal tiga kali luas
pemeliharaan larva udang. Lokasi
fasilitas budidaya pakan alami bagi usaha budidaya ikan hias diletakkan di
sekitar tempat pemijahan dan luas yang diperlukan minimal lima kali luas unit kegiatan budidaya ikan
hias.
2. Persyaratan Air
Kualitas dan
kuantitas air tawar dan air laut harus sesuai dengan persyaratan dari
masing-masing jenis organisme pakan alami yang dibudidayakan. Jenis air untuk budidaya pakan alami berbeda
menurut jenis pakan alami yang dibudidayakan dan tahapan budidaya. Untuk masing-masing jenis air yang digunakan
untuk budidaya pakan alami harus bebas cemaran fisik, kimia dan biologi. Untuk jenis dan tahap tertentu perlu dilakuan
filterisasi, netralisasi dan sterilisasi.
Kuantitas air untuk budidaya pakan alami disesuaikan tuntutan kebutuhan
menurut jenis dan skala usaha.
Sumber air
tawar yang digunakan harus memenuhi perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. Pengambilan air tanah yang
menggunakan pompa dengan debit air lebih dari 0,2 m³/detik harus mengikuti
peraturan PAM yang berlaku. Pada
penggunaan pompa, letak pompa air tanah dengan pemukiman tidak boleh kurang
dari 500 m.
Sumber air
laut yang ditetapkan untuk kegiatan budidaya organisme pakan alami harus
dipilih yang rendah tingkat kekeruhannya dan jauh dari kemungkinan
tercemar. Air laut dari sekitar pantai
yang landai ummnya keruh dan mengandung endapat yang tinggi, karena selalu
teraduk oleh ombak. Air laut di sekitar
muara sungai selain tingkat kekeruhannya tinggi, juga sering tercemar oleh
limbah industri dan pemukiman.
|
Sarana
budidaya pakan alami meliputi sarana pokok, sarana penunjang dan sarana
pelengkap yang kesemuanya memerlukan desain, tata letak dan konstruksi
tersendiri sesuai dengan tuntutan tahapan kegiatan dan jenis organisme pakan
alami yang dibudidayakan dalam memenuhi persyaratan biologis, teknis, higienis
dan ekonomis. Dasar pengelompokan sarana
tersebut di atas untuk mensimulasi kondisi, kemudahan teknik pembersihan dan
menghindarkan kontaminasi silang baik di dalam kelompok maupun antar kelompok
kegiatan serta untuk kemudahan dalam menciptakan kondisi yang higienik.
Rincian
kelompok sarana tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Sarana pokok terdiri atas : ruang alga, rumah kaca,
kolam pembiakan fitoplankton dan benthos serta bak-bak pemeliharaan (beton atau
fiber glass) dan bak penampungan air.
2.
Sarana penunjang terdiri atas : gudang pupuk, gudang
bahan kimia dan obat-obatan, gudang peralatan dan ruang pengepakan, ruang
blower, generator serta pompa air laut.
3.
Sarana pelengkap yang meliputi : kantor, rumah jaga,
toilet dan ruang tempat istirahat.
1.
Sarana
Pokok
Desain,
konstruksi dan tata letak sarana pokok harus sesuai fungsi dan memenuhi
persyaratan biologis, higienis dan teknis bagi produksi jenis pakan alami.
Berbagai
sarana yang termasuk ke dalam sarana pokok mempunyai fungsi masing-masing dan
untuk ini memerlukan penataan, desain dan konstruksi sesuai dengan fungsinya
dan penerapan teknologi, agar sarana yang dibangun dapat mendukung kebutuhan
dalam penyediaan pakan usaha budidaya dan produksi yang ditargetkan secara
efektif dan efisien dalam operasionalnya.
Ruang alga
berfungsi untuk memelihara kemurnian stok fito dan zooplankton, ruang kaca
berfungsi untuk pengembangan stok fitoplankton, fungsi kilam pembiakan
fito-zooplankton dapat sekaligus digunakan untuk produksi missal pakan alami,
bak penampungan air merupakan pemasok air hasil perlakkuan yang sudah siap
digunakan.
- Desain, konstruksi dan tata letak ruang
alga
Ruang alga
didesain tanpa jendela, berpintu satu serta menghadap ke rumah kaca dan dapat
mempertahankan suhu 23 - 26ºC, konstruksi dengan bahan yang tahan kara dan
tidak mudah lapuk serta bahan yang dapat mempertahankan suhu. Tata letaknya
berdampingan dengan laboratorium dan dekat dengan rumah kaca. Ruang alga dilengkapi peralatan yang
penataannya dapat memberi kemudahan dalam operasional.
- Desain, konstruksi dan tata letak rumah
kaca
Rumah kaca
harus didesain agar mendapatkan sinar matahari secukupnya sepanjang hari,
ventilasi cukp dan dapat melindungi gangguan dari luar. Selain itu rumah kaca dilengkapi pintu yang
cukup besar untuk memudahkan keluar masuk peralatan. Konstruksinya cukup kuat menahan beban atap
dengan kerangka dari bahan tahan karat dan tidak mudah lapuk, beratap dari
bahan yang dapat tembus cahaya (kaca/fiber glass). Letak rumah kaca sebaiknya dekat dengan ruang
alga dan bak untuk budidaya massalnya.
- Desain, konstruksi dan tata letak kolam
pembiakan
Dalam
mendesain kolam budidaya missal perlu dibedakan terutama untuk cacing rambut
memerlukan desain khusus. Desain kolam
untuk budidaya missal fitoplankton dan zooplankton berbentuk empat persegi
panjang dengan dasar kolam dilengkapi lubang pembuang yang ukurannya cukup,
berlantai miring kea rah pembuangan, pertemuan antar dinding dan lantai dengan
dinding tidak siku, tetapi lengkung (curve).
Khusus desain kolam untuk budidaya cacing rambut terdiri dari
parit-parit memanjang yang dilengkapi bak penampungan air. Seluruh desain kolam pembiakan harus mudah
dibersihkan. Konstruksinya harus dapat
menahan volume air dengan permukaan halus (beton atau fiberglass bertulang),
bahan yang digunakan harus tidak mengimbaskan cemaran.
Penataan kolam pembiakan harus memperhatikan
elevasi lahan dan letak sumber air, untuk menghemat energi dalam mengisi atau
menguras.
- Desain, konstruksi dan tata letak bak
penampungan air
Bak
penampungan air umumnya berbentuk menara, untuk ini perlu mengikuti ketentuan
dalam peraturan yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Konstruksinya dari beton bertulang dan
letaknya secara keseluruhan harus lebih tinggi dari bak-baik, agar penggunaan
air dapat dilaksanakan secara gravitasi.
2. Sarana Penunjang
Desain,
konstruksi dan tata letak saran penunjang harus sesuai dengan persyaratan
biologis, higienis dan teknis.
a.
Desain gudang kimia, gudang pupuk dan gudang
peralatan
Gudang sebagai
tempat penyimpanan bahan dan peralatan budidaya pakan alami mempunyai satu
pintu yang dilengkapi dengan ventilasi yang cukup, terbuat dari batu-bata yang
kuat serta dijamin tidak terjadi resapa air dan terletak terpisah dengan kolam
atau bak penampungan air laut dan air tawar.
b.
Ruang blower, ruang generator, ruang pompa
air laut atau air tawar
Sarana
penunjang yang berkaitan dengan energi listrik dan aerasi ini didesain dengan
satu pintu, berkonstruksi beton yang tidak mudah retak serta kedap suara dan
terletak di luar sarana pokok dan sarana pelengkap.
3. Sarana Pelengkap
Kantor, rumah
jaga, ruang istirahat dan toilet sebagai sarana pelengkap yang disediakan untuk
petugas operasional budidaya pakan alami dilengkapi dengan pintu, jendela dan
ventilasi yang cukup memenuhi persyaratan kesehatan. Konstruksi sara pelengkap harus
memperhitungkan segi kelayakan penggunaannya serta terletak di luar wilayah
sarana pokok dan penunjang, agar tidak mengganggu operasional budidaya pakan
alami.
4. Peralatan
Spesifikasi
dan jumlah peralatan atau perkakas harus sesuai dengan pakan alami yang
dibudidayakan, steril, bersih dan terhindar dari kontaminasi yang tidak
dikehendaki.
5. Bahan
Bahan untuk
budidaya pakan alami harus memenuhi persyaratan untuk jenis pakan alami yang
dibudidayakan serta dipersiapkan dengan cermat.
|
Budidaya
fitoplankton dibagi menjadi tiga tahap, yaitu isolasi atau pemurnian
fitoplankton dan pembuatan stok murni di ruang alga, pengembangbiakan stok di
rumah kaca dan budidaya massal fitoplankton di bak-bak terbuka.
1.
Isolasi
dan Pembuatan Stok Murni Fitoplankton
a.
Metode Pipet
·
Pipa kapiler atau pipet Pasteur dibakar pada
salah satu ujungnya kemudian bersama itu pula ditarik dengan pinset, sehingga
diameter pipa adalah 3 – 5 kali besar fitoplankton yang hendak diisolasi.
·
Contoh air laut atau air tawar yang mengandung
fitoplankton disaring dengan alat penyaring dan memakai kertas saring Wahtman
GF/C = 1. Air yang sudah terkonsentrasi
dipindah ke beker glas kecil.
·
Air dalam beker glas diambil dengan pipet
beberapa tetes dan diletakkan dalam objek glas.
·
Plankton yang akan diisolasi diambil dengan pipa
kepiler dengan cara mengisap melalui pipa karet.
·
Fitoplankton yang ada di tissue culture chamber
setiap hari diperiksa di bawah mikroskop.
Setelah terjadi pembiakan dipindah ke tempat lebih besar atau Erlenmeyer
kecil dan disimpan dalam kotak kultur.
b.
Metode Media Agar
·
200 ml air laut atau air tawar disaring dengan
kertas saring ukuran 1 milimikron dan dimasukkan dalam 1 liter Erlenmeyer.
·
Setelah mencapai volume dikehendaki kemudian
diberik pupuk dan disterilisasi dengan cara dimasukkan ke dalam autoclave.
·
1,5% dari volume total agar-agar dicairkan
dengan air panas. Sekali watu Erlenmeyer
dikocok dan ditunggu hingga jernih.
·
Agar diletakkan dalam caran Petri hingga tebal 2
– 3 mm, kemudian cawan Petri diletakkan dalam kotak kultur.
·
Plankton yang terkontaminasi diinokulasi pada
agar media tersebut beberapa tetea.
·
Biasanya 7 – 8 hari fitoplankton sudah membentuk
koloni dan bila media agar menjadi kering air disemprotkan beberapa tetes pada
bagian tutup cawan Petri.
·
Koloni yang terjadidiinokulasikan ke dalam
tabung reaksi 20 – 30 ml dan ditutup.
·
Tabung reaksi disimpan dalam kotak kultur,
setiap hari dikocok hingga berwarna.
·
Fitoplankton dipindah ke dalam botol yang lebih
besar dan dipupuk sesuai dengan jenis pupuk masing-masing fitoplankton yang
dibudidayakan.
2. Pembuatan stok murni
Fitoplankton
·
Pembuatan stok murni fitoplankton dilakukan
dengan memindahkan fitoplankton dari tabung reaksi ke dalam botol yang bervolume
500 – 1000 ml.
·
Fitoplankton diaerasi terus-menerus dan disinari
dengan lampu TL (neon) dan disimpan dalam ruang alga yang bersuhu 20 - 27ºC.
·
Fitoplankton dipupuk sesuai dengan jenis
pupuknya.
·
Fitoplankton setelah tumbuh dipindah ke botol
besar 5 – 10 liter dan dipupuk dengan pupuk komersil.
3. Budidaya Massal
fitoplankton
- Fitoplankton dari botol volume 5 – 10 liter dipindah ke tangki fiber glas volume 500 liter hingga kepadatan berkisar antara 1 – 200 juta sel/ml, serta dipupuk dengan pupuk komersil.
- Di dalam rumah kaca, fitoplankton diaerasi terus-menerus dan dalam pertumbuhannya hanya memerlukan sinar matahari, hingga kepadatan 0,5 – 2 juta sel/ml.
- Fitoplankton dipindah ke bak-bak yang dibangun di luar tanpa atap, dilengkapi aerator dan volumenya mencapai lebih dari 10 m² serta dalam operasional diaerasi terus menerus.
- Fitoplankton dapat dimanfaatkan setelah kepadatannya mencapai 300 – 500 ribu sel/ml.
|
1.
Brachionus
Budidaya Brachionus dapat
dilakuan dua cara, yaitu dengan media alga dan kotoran ayam dan dapat
dibudidayakan di air laut/payau dan tawar.
a.
Air Payau/laut
Budidaya
Brachionus dengan media alga (Chlorella sp)
§
Biakkan Chlorella yang berasal dari ruang alga
dipindahkan ke bak lebih besar minimal 1 m³ dan dipupuk dengan pupuk komersial.
§
Biakan Chlorella setelah umur enam hari ditulasi
Brachionus 1 – 2 gram/m² media.
§
Panen Brachionus dilakukan setelah umur lima hari dari saat
penularan Brachionus, dengan menggunakan saringan net plankton. Dengan cara tersebut dapat diperoleh
Brachionus 400.000 – 500.000 ekor/liter air.
b.
Air Tawar
Budidaya
Brachionus dengan menggunakan kotoran ayam adalah sebagai berikut :
§
Kolam yang telah dikeringkan tiga hari, diisi
air setinggi 0,5 – 0,8 m, melalui saringan ijuk.
§
Pupuk kotoran ayam kering 0,8 kg/m³ air dionggokkan
di sudut kolam.
§
Air kolam ditambah Sumithion 50 EC, sebanyak 2
ppm.
§
Setelah tiga hari dari pemupukan awal (hari
ke-4), Brachionus siap dipanen hingga hari ke-9. Pemanenan dilakukan dengan plankton net.
§
Untuk mendapatkan Brachionus yang berkesinambungan
membutuhkandua kolam.
§
Dengan cara ini diperoleh Brachionus 40.000 –
70.000 ekor/l air.
2. Cacing Rambut
F
Wadah budidaya dapat berupa parit beton atau
wadah yang dilapisi plastic dengan lebar 0,5 meter.
F
Media budidaya yaitu campuran kotoran ayam segar
50% dan Lumpur kolam 50%, dengan tinggi media 5 cm. Pemupukan ulang dengan kotoran ayam sebanyak
9% dari volume awal, dilakukan setiap minggu.
F
Media dialiri air irigasi, debit air 900
ml/menit.
F
Benih cacing rambut ditebar sehari sesudah media
kultur dialiri air, yaitu sebanyak 2 gr/m².
F
Panen cacing rambut dilakukan seelah budidaya
berlangsung dua bulan dan berturut-turut setiap dua minggu.
F
Cara pemenenan cacing rambut yaitu menggunakan
serokandari terilin. Cacing rambut yang
didapat dan masih bercampur dengan media budidaya dimasukkan ke dalam ember
atau bak yang diisi air, kira-kira satu cm di atas media budidaya agar cacing
rambut naik ke permukaan media budidaya.
Ember ditutup bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkanselama enam
jam. Setelah enam jam, cacing rambut
yang menggerombol di atas media diambil dengan tangan.
F
Dengan cara ini didapat cacing rambut sebanyak
30 – 50 gr/m² per dua minggu.
F
Untuk mendapatkan cacing rambut yang cukup dan
berkesinambungan, panjang parit perlu dirancang sesuai dengan keperluan setiap
harinya.
3. Moina
Budidaya Moina dapat dilakukan dengan aerasi,
menggunakan kotoran ayam dan alga (Chlorella
sp) serta tanpa aerasi menggunakan pupuk kotoran ayam dan bungkil kedelai.
a.
Budidaya Moina dengan cara aerasi :
{
Kolam diisi air sumur, tinggi air 0,8 m
{
Pemupukan dengan kotoran ayam, 1 kg/m³ yang
dimasukkan ke dalam kantong karung.
{
Ke dalam kolam ditambahkan Chlorella, hingga
densitas Chlorella menjadi 5,5 juta sel/ml.
{
Penebaran Moina sebanyak 2 gr/m³ air dilakukan
sehari setelah pemupukan awal.
{
Pemupukan ulang dengan kotoran ayam kering
sebanyak 0,02% dari pemupukan awal.
{
Untuk mendapatkan Moina yang berkesinambungan
diperlukan enam kolam.
{
Dengan cara tersebut dapat dipanen Moina 200 –
400 gr/m³ air.
b.
Budidaya Moina tanpa aerasi
{
Kolam budidaya Moina sebaiknya dari bak beton,
dengan ketinggian air tidak kurang dari 0,8 m dan sumber air apat berasal dari
air irigasi.
{
Pemupukan dengan campuran kotoran ayam kering 1
kg/m³ dan bungkil kedelai 0,20 kg/m³ air .
Pemupukan ulang sebanyak 0,20 dosis dilakukan empat hari dari pemupukan
awal.
{
Penebaran bibit Moina dilakukan sehari, setelah
pemupukan awal, sebanyak 2 gr/m³ air.
{
Panen Moina dilakukan 7 hingga 10 hari dari
pemupukan awal dengan memakai serokan kain terilin.
{
Untuk mendapatkan Moina setiap hari, diperlukan
enam kolam yang pelaksanaan budidayanya dilakukan secara bergiliran.
{
Dengan cara tersebut dapat dipanen Moina 200 –
400 gr/m³ air.
4. Daphnia
Budidaya Daphnia adalah sebagai berikut :
A
Budidaya Daphnia dapat dilakukan di tempat
terbuka.
A
Kolam budidaya sebaiknya kolam beton, tinggi air
tidak boleh kurang dari 0,8 m.
A
Sumber air sebaiknya dari air sumur.
A
Pemupukan dengan kotoran ayam kering sebanyak
1.500 gr/m³ dan dimasukkan ke dalam karung serta digantung di dalam air.
A
Pemupukan ulang sebnayk 0,5 dosis setelah
seminggu dari pemupukan awal.
A
Penebaran Daphnia 5 gr/m³, dilakukan pada hari
kedua.
A
Panen dilakukan setelah 21 hari, kemudian
berturut-turut setiap hari, selama sebulan yang banyaknya 25 gr/m³ media/hari.
A
Untuk panen Daphnia yang berkesinambungan
dibutuhkan 2 kolam.
5. Larva Chironomus
A
Telur Chironomus dapat diambil dengan serokan
terilin dari bak-bak budidaya Moina atau Daphnia pada pagi hari.
A
Telur nyamuk dapat pula diproduksi secara buatan
6. Cacing Rambut (Tubifex)








|
Budidaya
Artemia meliputi penetasan kista, pemisahan nauplii dari sisa penetasan,
dekapsulasi, budidaya Artemia secara intensif dan budidaya artemia di tambak.
1.
Penetasan
Kista





2. Pemisahan Kista dengan
Nauplii





3. Dekapsulasi
Penetasan kista juga dapat dilakukan setelah kista tersebut didekapsulasi. Dekapsulasi adalah proses penghilangan
lapisan luar kista dengan menggunakan larutan hipokhlorit tanpa mempengaruhi
kelangsungan hidup embrio.







4. Budidaya artemia secara
intensif
Budidaya
Artemia dari nauplii sampai dewasa dapat dilakukan baik dengan sistem air
berputar (raceway system) maupun
dengan sistem air mengalir (flow-through
system).
Budidaya
dengan sistem air berputar adalah sebagai berikut :
a.
Bak dan semua peralatan untuk keperluan budidaya
dibersihkan dan disucihamakan.
b.
Bak raceway diisi air laut dengan salititas 30 - 50‰,
pH 8, jika lebih rendah dapat ditambah 1 g/l NaHCO3 teknis, suhu air
25 - 30ºC.
c.
Nauplii Artemia (Instar I) ditebar pada sore hari. Kepadatan bervariasi menurut jumlah pakan dan
pengelolaan air. Kepadatan maksimal
sekitar 15.000 nauplii/liter.
d.
Pakan berupa dedak halus mulai diberikan pada hari
berikutnya.
e.
Pakan diberikan secara bertahap dalam sehari. Distribusi pakan diamati berdasarkan
kecerahan medium. Jika kepadatan 5000
naupliii per liter, maka kecerahan medium dipertahankan untuk minggu pertama
dalam kisaran 15 – 25 cm dan minggu selanjutnya dalam kisaran 20 – 25 cm.
f.
Mulai hari ke-4 dan seterusnya endapan kotoran harus
dibersihkan dengan cara memasang keeping pemisah dan sistem saringan. Kantung penyaring diganti sesuai dengan
pertumbuhan artemia, yaitu 200, 250 dan 350 mikron. Setiap hari kantong harus dibersihkan.
g.
Jika tidak tersedia keping pemisah dan sistem saringan,
endapan harus disiphon dua kali sehari yaitu pagi hari sebelum pemberian pakan
dan sore hari.
h.
Pengamatan pH dan kandungan oksigen dilakukan secara
berkala. Jika pH 7,5 dapat ditambahkan
0,3 g/l NaHCO3 teknis dan jika kandungan oksigen di bawah 2 mg/l, aerasi supaya
dibesarkan atau separuh medium diganti dengan air laut yang baru.
i.
Contoh diambil sesering mungkin, untuk pengamatan
pertumbuhan dan biomassa Artemia.
Umumnya Artemia mencapai
ukuran dewasa, dengan panjang total 18 mm, dalam waktu dua minggu.
j.
Setelah budidaya berlangsung 2 minggu, Artemia dapat dipanen.
k.
Panen Artemia
dilakukan dengan cara mematikan aerasi kemudian menyeser Artemia yang berada di
permukaan atau dengan mengeluarkan semua air medium dari bak dan menampung Artemia dari medium dengan saringan.
Budidaya
Artemia dengan sistem air mengalir adalah sebagai berikut :
- Bak dan semua peralatan dibersihkan dan disucihamakan.
- Sistem penyaring dipasang dengan kantung penyaring 125 mikron.
- Wadah diisi air laut dengan salititas 30 – 50‰, suhu air 25 - 28ºC dan pH berkisar 7,5 – 8,5.
- Nauplii Artemia (Instar) ditebar pada sore hari dengan kepadatan 15.000 – 20.000 nauplii/l.
- Pada hari berikutnya air laut baru dialirkan secaya kontinyu ke dalam bak budidaya dan melalui sistem saringan air disiphon ke luar bak dengan waktu retensi empat jam pada tahap awal.
- Pakan berupa dedak halus diberikan sesering mungkin untuk mempertahankan kecerahan optimal atau jika menggunakan alga kepadatannya dipertahankan di atas kepadatan sel minimal.
- Pengamatan kecerahan atau kepadatan sel alga dilakkan pada medium yang berada dalam sistem saringan.
- Kantung penyaring diganti sesuai dengan pertumbuhan Artemia, yaitu 200, 250, 300 dan 400 mikron. Setiap hari kantung dicuci.
- Mulai hari ke – 10 dan seterusnya waktu retensi dipertahankan satu jam.
- Pengamatan pH, kandungan oksigen, pertumbuhan dan biomassa artemia dilakukan secara berkala.
- Panen dilakukan dengan cara sama seperti yang dilakukan pada sistem budidaya air berputar.
5. Budidaya Artemia di
tambak
- Semua predator di dalam tambak, seperti ikan, krustasea dan hewan yang tidak dikehendaki lainnya harus dibasmi sebelm penebaran Artemia dengan cara memasang saringan nilon (mata jala 0,5 – 1,0 mm) di pintu pemasukan air tambak atau cara lebih efektif menaikkan salinitas tambak hingga 90 - 100‰. Kebocoron dan rembesan tanggul harus diperbaiki.
- Tambak diisi air laut dengan salinitas kurang dari 100%.
- Tambak dipupuk dengan pupuk anorganik. Satu Ha tambak dipupuk 25-50 kg diammonium fosfat dan 40 kg urea. Pemupukan mingguan masing-masing 15 kg dan 10 kg. Pemupukan organik dengan kotoran ayam 500 – 1.000 kg dengan pemupukan susulan dua minggu sekali sebanyak 150 – 250 kg. Jika pH air lebih rendah dari 8,0 dapat ditambahkan CaO 500 kg.
- Pemilihan strain Artemia yang sesuai untuk daerah perlu dilakukan dengan cara percobaan penebaran dengan berbagai strain Artemia.
- Tambak yang sudah dipersiapkan ditebari nauplii Artemia (Instar I) pada waktu pagi, sore danmalam hari pada saat suhu relatif rendah. Padat penebaran adalah 20.000 – 40.000 ekor per ton air tambak.
- Jika pada tahap awal persediaan pakan alami cukup banyak di tambak, air dibiarkan menggenang di tambak selama seminggu sejak penebaran. Setelah itu dilakukan penggantian air secara berkala.
- Pengukuran kecerahan air tambak harus dilakukan untuk mengetahui kepadatan pakan alami dalam tambak. Kecerahan optimal sekitar 20 cm. Jika sediaan pakan berkurang dapat dilakukan pemupukan ulang secepatnya.
- Produksi biomassa Artemia yang baik terjadi pada salinitas rendah hingga 100‰ dan melalui pemupukan yang tepat. Sedangkan produksi kista dapat dipacu pada salinitas atau meningkatkan jumlah pemupukan untuk memberikan kondisi stress sehingga Artemia bereproduksi secara ovipar.
- Kista yang terapung di permukaan air hendaknya dipanen secara teratur. Untuk memudahkan pemanenan, kista dapat dibuat penghalang kista dari kain nilon atau lembar plastik yang diberi bingkai bambu dan ditempatkan pada sisi atau sudut petakan tambak yang berhadapat dengan arah datangnya angin dan kista yang mengumpul pada penghalang tersebut dapat dipanen secara teratur.
- Artemia dewasa dapat dipanen dengan menggunakan seser.
MAKASIH BAPAK
ReplyDeleteIzin copy ya pak.. trimaksh
ReplyDeleteTerima kasih pak materinya by iftitah
ReplyDeleteMakasih pak
ReplyDeleteBy magfirah mutmainna
Terima kasih materinya pak, izin copy ya pak
ReplyDeleteby nirwana