
BIOLOGI TERIPANG
1. Klasifikasi
Teripang (Ketimun Laut) memiliki bentuk beraneka ragam
dengan nama daerah yang berbeda-beda. Secara taxsonomis menurut Gosner (1971),
Feel dan Pawson (1967), Teripang Putih dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum :
Echinodermata
Sub-phylum : Echinozoa
Klassis : Holothuroidea
Sub-klassis : Aspidochirotacea
Ordo :
Asphidochirotida
Familia :
Aspidochirotae
Genus : Holothuria :
Species : Holothuria
scabra (Jaeger)
2. Morfologi
Secara
morfologi, bentuk teripang ini berfariasi mulai dari yang bulat sampai yang
panjang silindris seperti cacing, dengan mulut dan anus terletak pada kedua
ujungnya. Pada tubuh bagian perut mempunyai tiga daerah amburakral yang disebut
daerah tapak kaki, sedangkan pada bagian punggungnya hanya terdapat dua.
Ukuran
tubuhnya juga bervariasi, mulai dari 3 cm sampai 100 cm dengan bobot hanya dari
beberapa gram sampai 6 kilogram. Sedangkan warna tubuhnya biasanya hitam,
coklat dan hijau muda, ada juga yang berwarna orange dan violet tetapi jarang.
JENIS TERIPANG PENTING
Dari beberapa
jenis teripang tersebut, hanya tiga genus yang ditemui di perairan Indonesia.
Ketiga genus tersebut adalah Holothuria,
Muelleria dan Stichopus. Dari ketiga genus tersebut ditemukan sebanyak 23 spesies dan baru lima spesies(dari genus Holothuria) yang
sudah diekploitasi dan dimanfaatkan serta mempunyai nilai ekonomis penting.
Teripang – teripang ekonomis tersebut adalah :
- Teripang
Putih atau Teripang pasir (Holothuria
scabra)
- Teripang
Hitam (Holothuria Edulis)
- Terpang
Getah atau Keling (Holothuria
vacubanda)
- Teripang
merah (Holothuria vatientis)
- Teripang
Coklat (Holothuria marmorata)
Dibeberapa daerah
teripang jenis ini mempunyai nama yang berbeda-beda, contoh:
1. Holothuria scabra
yaitu :
- Daerah Riau : Teripang gamat
betul
- Pulau Bangka : Teripang taikucing
- Lampung : Teripang buang kulit
- Kep. Seribu : Teripang pasir
- Indonesia Timur : Teripang putih/kapur
Ciri-ciri
yang menonjol
-
Bentuk
badanya bulat panjang.
-
Seluruh bagian tubuhnya apabila diraba akan terasa kasar
seperti butiran-butiran.
-
Warnanya sewaktu masih segar putih kekuning-kuningan,
terdapat sekat-sekat yang melintang berwarna putih, dan diantra sekat-sekat
tersebut terdapat garis-garus hitam pada bagian punggungnya.
-
Banyak ditemikan pada perairan yang dasarnya mengandung
pasir halus, walaupun lebih menyukai perairan karang yang masi hidup/mati.
Teripang Hitam (Holothuria edulis)
-
Badan teripang hitam berbentuk bulat panjang dan akan
segera mengkerut bila diangkat dari permukaan air.
-
Diseluruh permukaan badan teripang hitam terdapat bintik-bintik halus.
-
Teripang hitam muda dikenal karena warnanya indah, bagian
punggungnya berwarna hitam keungu-unguan atau kebiru-biruan. Sementara bagian
perut, sisi sekitar mulut, dan duburnya berwarna kemerah-merahan.
-
Hidup di daerah perairan berkarang atau berpasir yang
ditumbuhi ilalang laut (Sea grass).
3. Teripang Getah (Holothuria vacunda)
-
Badan berbentuk bulat, panjang, dan langsing.
-
Panjang badanya antara 20 – 30 cm
-
Berwarna coklat hitam, dan dibagian mulutnya terdapat
rumbai-rumbai pendek menyerupai kembang kol. Bila diangkat dari permukaan air
akan mengeluarkan cairan putih seperti getah karet yang berfungsi sebagai alat
untuk membelah diri.
-
Jenis teripang ini belum banyak diperdagangkan.
4. Teripang Coklat (Holothuria
marmorata)
-
Badanya berbentuk bulat panjang dan kecil
-
Diberapa daerah, warna teripang ini cukup vareatif, ada
yang berwarna coklat pekat. Namun pada umumnya warna teripang coklat abu-abu
kecoklatan.
-
Badanya ditutupi oleh tonjolan menyerupai duri yang
berbentuk kerucut dan berwarna kuning mudah dibagian atas dan sisi badanya
terdapat bercak-bercak tidak teratur yang berwarna coklat
-
Ciri lain dari teripang ini yaitu adanya sekat yang
terputus-putus dibagian atas tubuhnya. Sementara sekat dibagian bawah badanya
tampak semakin menghilang, terutama bagian bawah mulut dan dubur.
-
Dari bagian mulut sampai bagian belakang badan terdapat
semacam sekat memanjang. Seolah-olah membagi badan menjadi dua bagian yang sama
besar.
3. Kebiasaan hidup
Secara alami,
teripang umunya menyukai hidup secara bergerombol. Treipang/species H. Scabra, misalnya, kebanyakan hidup
berkelompok dengan anggota antara 3 sampai 5 ekor. Teripang T.ananas yang banyak ditemukan di
Pulau-pulau Barang Lompo, Juga hidup berkelompok dengan antara 3 sampai 4 ekor.
Sedangkan M. nobelis dapat membentuk kelompok lebih dari 10 ekor untuk setiap
kelompok.
Teripang yang
banyak dijumpai didaerah pasang surut hingga laut dalam lebih menyukai hidup
pada habitat-habitat tertentu. Beberapa kelompok diantaranya hidup didaerah
berbatu yang dapat digunakan untuk bersembunyi. Sedangkan yang lain hidup pada
rumput atau ganggang laut, dan ada juga yang membuat lubang dalam lumpur atau
pasir.
Teripang bergerak sangat lamban karena hanya
mengandalkan bantuan kaki tabung yang terangkum dalam sistem kaki ambulakral
sehingga hampir seluruh hidupnya dihabiskan didasar laut. Tetapi beberapa jenis
Holothuridea mampu berenang beberapa
saat (bathy pelagic), terutama yang hidup diperairan dalam seperti golongan Elapsipodida. Selain itu beberapa Holothuria juga dapat bergerak dengan
gelombang kontraksi ototnya yang menyerupai gerakan ulat.
Pada
umumnya teripang adalah deposit pasir yang penting didaerah coral reef. Sedangkan sumber utama
makananya dalam lumpur atau pasir.Selain itu teripang juga memakan
organisme-organisme kecil, seperti diatom, protozoa, mematoda, Copepoda,
Ostracoda, algae filamen dan rumput laut. Disamping itu juga memakan Fora
minifera, Radioloria, dan cangkag-cangkang hewan lainya.
Berdasarkan
kebiasaan makan, Teripang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah
golongan Holothuroidea yang dapat
makan terus menerus sepanjang hari dan biasa hidup diatas permukaan pasir.
Sedangkan kelompok yang kedua adalah golongan Stichopus yang biasa makan selang 2 atau 3 hari sekali. Teripang
jenis hidup diantara karang atau menggali lubang pada pasir.
Kebiasaan
memijah untuk setiap jenis teripang berbeda-beda. Teripang jenis H. Scabra, misalnya, biasa memijah pada
Bulan April sampai Juni. Sedangkan Teripang jenis H. Tubulosa biasa memijah bulan Agustus sampai September dan
teripang jenis Stichopus japanicus
biasanya antara bulan Mei sampai Juni.
Proses
pembuahan terjadi diluar tubuh dengan cara teripang betina mengeluarkan
telur-telurnya kemudian dibuahi oleh jantan. Telur yang telah dibuahi tersebut
ditangkap lagi oleh betina dengan tentakelnya, kemudian ditransfer kedalam
kantung pengeraman. Selanjutnya telur-telur tersebut berkembang melalui
beberapa tahapan yang akan dikeluarkan dalam bentuk larva yang bersifat
planktonis.
PENYEDIAAN BENIH
Benih
Teripang dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu benih alami yang dikumpulkan
dari alam dan pembenihan buatan di hatchery (Panti benih)
Biasanya
benih alami banyak ditemukan di kawasan pasang surut yang dasar perairannya
lumpur berpasir dan banyak ditumbuhi tumbuhan laut seperti ilalang laut (Sea grass) dan rumput laut (Sea weed).
Benih alami mempunyai ciri sebagai berikut:
-
Bentuk badan bulat panjang sedangkan bagian perut merata
dan bersekat-sekat melintang berwarna putih.
-
Di antara
sekat-sekat tubuh di bagian punggung terdapat garis-garis hitam.
-
Kulit tebal dan kasar bila diraba terasa kasar seperti
ada butiran pasir.
Benih
dari alam ini bisa langsung diambil dengan tangan pada saat air laut surut.
Pekerjaan ini bisa dilakukan oleh nelayan pada waktu air laut surut. Yaitu pada
malam hari, terutama saat air surut. Benih teripang cenderung berada di
permukaan pasir sehingga mudah diambil.
Nelayan biasanya menampung benih
tersebut dalam wadah yang berisi air laut atau seringkali diletakkan dalam
perahu mereka.
Adakalanya pengambilan benih dilakukan pada siang hari
dengan cara menyelam. Pekerjaan ini relatif lebih sulit bila dibandingkan pada
malam hari, karena pada siang hari teripang lebih suka berlindung di bawah batu
atau membenamkan diri di bawah pasir sehingga agak sulit di lihat. Disamping
itu untuk menghindari panas di siang hari teripang cenderung memilih perairan
yang lebih dalam dengan gelombang yang tidak terlalu besar.
Benih
yang diambil dari alam berukuran sekitar 10 cm. Umumnya ukuran ini dapat
langsung dibesarkan dikurungan pemeliharaan.
PERSIAPAN PEMBENIHAN
Sarana
yang diperlukan untuk pembenihan teripang buatan tidak bagitu banyak, yaitu
terdiri dari beberapa buah bak sebagai tempat penampungan induk, pemeliharaan
larva, dan bak kultur plankton. Bak-bak ini sebaiknya dibuat dari beton. Namun
demikian, dapat pula dibuat dari kayu yang dilapisi plastik. Beberapa sarana
lain yang diperlukan adalah sebagai berikut:
·
Saringan pasir untuk penyaringan air laut agar
betul-betul bersih
·
Bak penampungan induk dengan kapasitas 1,5 – 2 ton air
dengan ke dalaman 70 – 100 cm
·
Bak pemijahan dengan kapisitas sekitar 1,5 ton berjumlah 2 atau 3 buah
dengan kedalaman sekitar 50 cm.
·
Bak pemeliharaan larva berjumlah 10 -15 buah dengan
ukuran 1 x 2 x 0,5 m
·
Bak pemeliharaan juvenil berjumlah 8 -10 buah dengan
ukuran 2 x 4 x 0,75 m
·
Bak plankton berjumlah 3 – 5 buah dengan ukuran 2 x 4 x
0,75 m.
MANAGEMENT INDUK
A. Pengadaan Induk
Kualitas induk
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan penyediaan
benih melalui pemijahan buatan. Waktu pengambilan induk yang tepat atau
pengalaman tentang musim puncak kematangan gonad merupakan kunci keberhasilan
dalam mendapatkan calon induk yang memenuhi syarat untuk dipijahkan.
Sebelum memulai
kegiatan pengumpulan induk, sebaiknya dilakukan pengambilan contoh atau sampel
sehingga di dapatkan gambaran belum atau mulainya pemijahan dilakukan.
Pengumpulan yang dilakukan terlalu cepat dari waktu kematangan gonad akan
menghasilkan induk yang gonadnya belum matang penuh, sebaliknya bila
pengumpulan terlambat induk akan memijah di laut.
Pengumpulan calon
induk teripang dari laut dapat dilakukan dengan penyelaman pada siang hari.
Bila dilakukan pada malam hari, penyelaman harus dibantu dengan alat penerangan
berupa obor atau lampu petromak. Dengan cara ini induk teripang dapat diambil
langsung dengan tangan. Pada perairan yang agak dalam, induk teripang dapat di
ambil adari atas perahu dengan bantuan alat semacam tombak bermata dua yang tumpul.
B. Seleksi Induk
Calon induk
teripang yang diperoleh dikumpulkan dalam wadah berisi air laut atau ditaruh di
dalam palkah perahu yang telah di isi air laut. Dari sekian banyak jenis
teripang Holothuria scabra merupakan
jenis yang paling diminati oleh para nelayan.
Holothuria scabra sangat digemari
oleh para petani karena Teripang jenis ini memiliki beberapa kelebihan, antara
lain:
- Mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan
salinitas.
- Tahan hidup pada perairan yang agak keruh.
- menyukai hidup di dasar perairan yang berlumpur dan
berpasir sehingga mudah diusahakan.
- Dapat hidup secara berkelompok 3 – 10 ekor sehingga
memungkinkan untuk penebaran tinggi.
- makanannya mudah yang terdiri dari diatom, detritus.
- biasa hidup pada daerah yang agak dangkal
(kedalaman 1m)
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih induk adalah sebagai berikut:
- Induk diusahakan yang mempunyai bobot minimal 400 -
600 gr/ekor dan panjangnya antara 25 cm sampai 35 cm.
- Kondisi tubuh induk sehat dan tidak cacat.
- diutamakan yang mempunyai kulit tebal dan berwarna
cerah.
Umumnya berat tubuh teripang
berpengaruh langsung atau berkolerasi
terhadap berat gonad dan indeks kematangan gonad serta fekunditas. Secara
morfologi, teripang sulit dibedakan sehingga pemilihan induk hanya berdasarkan
berat tubuh.
C. Penanganan Induk
Untuk mendapatkan
induk yang berkualitas dan siap untuk memijah maka saat penangkapan maupun
pengangkutan kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Saat penangkapan di laut harus dipersiapkan wadah
penampungan induk yang dilengkapi denga aerator.
- Wadah penampungan induk tersebut harus dilengkapi
dengan plastik gelap terutama
penangkapan pada waktu siang hari.
- Waktu pengangkutan induk dari lokasi penangkapan
ketempat pembenihan diusahakan pada sore hari, untuk menghindari sengatan
sinar matahari yang dapat menimbulkan stres dan proses avicerasi
(pengeluaran organ perut).
- Sebelum dipijahkan induk tersebut harus dipindahkan
pada kolam penampungan induk yang berair bersih.
- Dari induk-induk yang ditampung tersebut kemudian
dipilih induk yang siap memijah.
- Induk-induk yang dipilih tersebut kemudian
diaklimatisasi lebih dahulu agar isi perut bersih dari kotoran
D. Pemeliharaan Induk
Induk yang telah
diseleksi dipelihara dalam kurungan tancap di laut atau di kolam air laut atau
langsung dipelihara di dalam bak induk dengan kepadatan 5 – 10 ekor / m2.
Bak induk umumnya terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang, dan
kapasitas 1,5 – 2 ton air.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pemeliharaan induk di bak pemijahan:
·
Kualitas air tetap terjaga baik. Bila perlu lakukan
pergantian air setengah atau sepertiga dari volume. Sehari dua kali pada pagi
dan sore hari.
·
Kepadatan induk 15 – 20 ekor/ ton dengan ketebalan
subtrat pasir antara 10 -15 cm
·
Melakukan penyiponan kotoran dasar bak
·
Kebiasaan atau kesukaan induk harus dipantau secara
kontinyu.
·
Pakan tambahan diberikan secukupnya dengan komposisi
protein 6 – 7 %.
PEMIJAHAN
Pemijahan
Teripang secara buatan memerlukan
beberapa pengetahuan dan keterampilan khusus yang menyangkut cara memilih induk
yang berkualitas dan siap dipijahkan serta penanganannya. Secara alami
induk-induk Teripang hanya dapat memijah pada saat-saat tertentu, maka
pengamatan yang tepat terhadap siklus reproduksi kelamin tahunan perlu
diperhatikan secara cermat.
A. Pemijahan Secara Alami
Prinsip pemijahan
ini hanya didasarkan pada kesiapan induk yang benar-benar sudah siap untuk
dipijahkan dengan tidak melalui suatu persiapan khusus. Pemijahan secara alami
ini yang perlu diperhatikan adalah, selain induk siap mijah, waktu pemijahan
juga harus diperhatikan. Sebab secara alami, induk Teripang biasa memijah pada
saat bulan purnama, yaitu sekitar dua atau tiga hari sebelum dan sesudah bulan
purnama penuh.
Biasanya induk
teripang (matang gonad penuh) yang dipelihara di bak pemijahan akan memijah
secara alami tanpa adanya rangsangan buatan. Hal ini bisa terjadi karena adanya
gangguan fisiologi saat pengangkutan dari alam ke tempat pemijahan serta
perubahan suhu yang mencolok, perbadaan tekanan air dan oksigen saat
transportasi dari alam ke tempat penampungan sementara, penanganan yang agak
kasar atau memang sudah waktunya memijah. Teripang jantan biasanya akan
mengeluarkan sperma terlebih dahulu, lalu merangsang betina untuk memijah dengan
selang waktu kurang lebih 30 menit.
jahan dilakukan
dengan menggunakan bak yang berukuran 2 x 1,5 x 0,8 m, dengan persyaratan
kualitas air sebagai berikut:
- Salinitas :
28 – 32 permil
- Suhu air :
29 – 32 0C
- PH air :
8,2 – 8,5
- Kecerahan :
100 %
- DO : 5 – 7 ppm
- Amoniak :
< 0,2 ppm
Untuk mempercepat
proses pemijahan, induk-induk yang telah memperlihatkan tanda-tanda akan
memijah. Biasanya ukuran bak untuk pemijahan adalah 2 x 1,5 x 0,8 m dapat
digunakan untuk 4 ekor induk betina dan 1 ekor jantan.
Proses pemijahan
akan berlangsung pada malam hari, yaitu antara jam 20.00 sampai jam 23.00
selama kurang lebih 45 menit. Setelah induk bertelur, semua induk harus segera
dipindahkan ke tempat lain. Telur-telur yang sudah dibuahi tersebut secara
perlahan-lahan diaduk dengan menggunakan tongkat kaca secara merata.
Telur yang telah
dibuahi secara baik kelihatan agak bening dengan tidak mempunyai inti, dan
selalu berada di dasar bak (tidak mengambang). Untuk meningkatkan tingkat
penetasan yang tinggi kepadatan telur harus diatur tidak lebih dari 500 telur
perliter. Jika kualitas air memenuhi syarat, maka telur-telur tersebut akan
menetas setelah 12 – 14 jam dari proses pembuahan.
B. Pemijahan dengan pembedahan
Metode ini umumnya hanya terbatas untuk penelitian
jarang .digunakan karena angka fertilitasnya rendah atau di bawah 20% dan
membutukan banyak induk. Metode pembedahan dilakukan dengan cara membela
teripang pada bagian bawah tubuh dari anus menuju ke atas pembelahan tersebut
dilakukan dengan gunting. Setelah dibelah gonad di keluarkan dan diletakan di
wadah kering. bila didapatkan kantong telur, berarti teripang tersebut betina. kantong
telur kemudian ditoreh dengan gunting dan telur dan dimasukkan ke tempat
pemijahan yang berisih air laut bersih.
Sementara bila ditemukan testis, maka teripang tersebut
jantan. Gonad jantan (testis) juga dipotong
menjadi beberapa bagian sehingga sperma keluar dan ditampung di dalam
wadah lain yang berisi air laut. Telur dan sperma tersebut kemudian dicampur
menjadi satu dan diaduk perlahan-lahan lalu di diamkan sehingga terjadi
pembuahan. Tempat pembuahan dapat menggunakan aquarium atau bak fiber glass.
Telur yang terbuahi dipanen dengan saringan dan dipindahkan ke tempat
pemeliharaan larva.
C. Pemijahan dengan Perangsang Kejut suhu
Metode ini
dilakukan dengan cara peningkatan suhu air. Suhu air yang digunakan dalam
pemijahan dapat dinaikkan dengan cara penjemuran bak di terik matahari, air direbus, atau
pemanasan dengan alat pemanas sehingga suhu air mencapai 5 – 7 0C
lebih tinggi dari suhu awal.
Di Indonesia,
yang iklimnya tidak banyak berubah (terutama di musim kemarau), penjemuran
dengan sinar matahari merupakan alternatif terbaik dlam pemijahan ini. Seperti
dilakukan oleh James dkk, 1983, lima ekor teripang (Metriatyla scabra)
dimasukkan ke dalam 70 liter air laut pada suhu 27 0C. Kemudian suhu
air dinaikkan menjadi 32 0C secara bertahap dengan pemanasan
elektrik. Setelah 990 menit, terlihat seekor teripang jantan menyemprotkan
spermanya dan secara spontan diikuti oleh jantan-jantan lainnya. Pemijahan juga
terjadi pada induk yang diperlakukan dengan suhu 37 0C.
Teripang yang
memijah segera diambil dan dipindahkan ke tempat yang berisi air laut bersih
untuk melanjutkan pemijahan di tempat tersebut. Pemijahan terjadi secara terus
menerus selama 15 – 20 menit. Adanya sperma yang keluar merangsang induk betina
untuk mengeluarkan sel telurnya.
esar Budidaya
Laut Lampung, pemijahan dengan perangsangan kejut suhu ini dilakukan dengan
cara induk teripang ditempatkan di dalam keranjang plastik yang diletakkan beberapa sentimeter
di bawah permukaan air. Perlakuan ini dilakukan pada siang hari. Pada sore
harinya, induk dimasukkan ke dalam bak pemijahan. Cara ini menunjukkan hasil
yang baik, induk teripang memperlihatkan perilaku pemijahan yang ditandai
dengan gerakan tubuh. Selanjutnya dengan bertumpuh pada bagian tubuh belakang,
induk mengangkat tinggi kepalanya atau tubuh bagian depan (bagian anterior) dan
memijah sambil terus menggerak-gerakkan kepala. Pemijahan bisanya terjadi pada
jam 20.00 – 23.00 WIB. Induk jantan akan mengeluarkan spermanya terlebih dahulu
dan merangsang induk betina untuk memijah dengan selang waktu ½ - 2 jam. Sperma yang dikelaurkan berwarna
putih dan terlihat sperti asap di dlam air. (Gambar. 25 )
Bila peningkatan
suhu air media pemijahan dilakukan dengan menggunakan alat pemanas listrik
(heater), pemijahan tidak berkaitan dengan waktu. Asalkan induk memenuhi syarat
maka pemijahan dapat dilakukan setiap saat. Manipulasi terhadap kebiasaan induk
teripang yang cenderung memijah pada malam hari dapat disiasati dengan
menciptakan suasana ruangan pemijahan yang gelap.
D. Desikasi dan Penyemprotan
Iduk teripang
yang akan di pijahkan di keluarkan dari bak dan di letakan di tempat kering
selama 0,5 - 1 jam induk-induk tersebut lalu disemprot air laut dengan tekanan
tingi selama 5-10menit. Lalu, induk
dimasukan kembali ke dalam bak
pemijahan. Antara 1,5 – 2 jam kemudian , induk-induk teripang mulai
bergerk-gerak aktif. Induk jantan pun mulai memijah dan diikuti induk betina.
PENELURAN
A. Peneluran
Telur teripang
berbentuk bulat dan berwarna putih. Ukuran telur bervariasi antara 160 – 180
mikron. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh seekor induk betina antara 4 – 5
juta butir. Telur yang telah dibuahi akan mengendap di dasar bak atau perairan
yang menjadi habitatnya. Sementara telur yang tidak dibuahi akan melayang dekat
permukaan air.
Telur yang
terbuahi dengan baik umumnya akan menghasilkan larva dengan presentase hidup
yang tinggi. Oleh sebab itu, seleksi telur yang baik dan penanganan segera
terhadap telur yang dibuahi sangat penting diperhatikan.
B. Penetasan
Beberapa waktu setelah dibuahi, telur
mengalami perkembangan embrional menjadi 2, 4, 8, 16 sel, dan seterusnya
sehingga membentuk banyak sel. Ukuran rata-rata sel tersebut sekitar 194
mikron. Selang 10 – 12 jam kemudian akan terbentuk stadium blastula yang
rata-rata berukuran 380,01 mikron,
selanjutnya telur berkembang menjadi stadium grastula berukuran antara 390,50 –
402,35 mikron. Setelah lebih dari 32
jam, telur akan menetas menjadi larva dan membentuk stadium auricularia yang
terbagi menjadi stadium awal, tengah dan akhir.
PERAWATAN LARVA
Pada stadium
Auricularia larva diberikan pakan plankton jenis Dunaliella sp, Phaeodactylum
sp, Isochrysis galbana, Nannochloropsis sp, Skeletonema costatum, dan Chaetoceros
sp, sebanyak 20 -40 x 103 sel/ml. Selama stadium auricularia awal
sampai menjelang stadium auricularia akhir, larva lebih banyak hidup di
permukaan air. Kepadatan larva yang dikehendaki selama stadium ini kira-kita
300 – 700 ekor per liter. Bila kepadatan terlalu tinggi, larva akan bergerombol
menjadi satu berbentuk seperti bola, dan berada di dasar bak. Bila dibiarkan
larva ini akan mati
Sepuluh hari
kemudian, larva berkembang membentuk stadium doliolaria. Pada stadia ini larva berbentuk lup, mempunyai lima
sabuk dan dua tentakel yang menjulur keluar. Larva dengan ukuran antara 614,78
– 645,70 mikron ini dapat digerakkan sepat ke depan. Badan bagian belakang
berbentuk cincin datar. Pada setiap sudut terdapat lima kelompok silia (bulu
getar). Stadium auricularia dan doliolaria bersifat planktonis.
Selang tiga belas
hari kemudian, doliolaria berubah ke
stadium Pentactula. Larva ini
berwarna cokelat kekuningan dengan panjang antara 1.000 – 1.200 mikron. Badan
berbentuk tubuler dengan lima buah tentakel
pada pangkal bagian depan. Kurang lebih
18 hari, kaki tabung dan tentakel terlihat lebih jelas dan terdapat
bintil-bintil dipermukaan kulitnya. Larva pada stadium ini mempunyai kebiasaan
berada dipinggiran bak bagian bawah dan sedikit menyukai dibawah permukaan air.
Salinitas selama pemeliharaan diusahakan antara 32 – 34 ppt dan suhu antara 27
– 29 0C. Segera setelah larva berada di dasar bak, pakan berupa
suspensi rumput laut jenis Ulva dan Sargassum.
Tabel 3. Waktu dan Jumlah Pakan Larva Teripang (Holothuria scabra)
Hari (setelah pemijahan)
|
Jumlah pakan
(Sel/ml)/Hari
|
Perlakuan
|
Stadium
|
Jenis Pakan
Lain
|
2
4
6
7
10
>12
|
20.00
20.00
25.00
30.00
35.00
45.00
|
Pergantian air
Pergantian air
Pergantian air
Pergantian air
Pergantian air
Air mengalir 12 jam
|
Auricularia awal
Auricularia
Auricularia
Auricularia akhir
Awal Doliolaria
Pentactula
|
Plankton dan Alga kering
|
James
et al (1994; Morgan (2001);pitt (2001)
Perkembangan embrional dan larva
teripang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Embrional dan Larva Teripang
Stadium Perkembangan
Sel/Stadium
|
Ukuran Rata-Rata
|
Lama Perkembangan
|
|||
Mikron
|
Cm
|
Menit
|
Jam
|
Hari
|
|
2 sel
4 sel
8 sel
16 sel
32 sel
64 sel
128 sel
Multi sel
Blastula
Gastrula awal
Gastrula tengah
Gastrula akhir
Menetas
Auricularia
awal
Auricularia
tengah
Auricularia
akhir
Doliolaria
awal
Doliolaria
tengah
Doliolaria
akhir
Pentactula
awal
Pentactula
akhir
Burayak
muda (Juvenil)
|
140,40
176,54
182,32
-
-
-
-
194,00
380,01
390,50
398,80
402,35
415,10
812,50
845,17
987,10
614,78
645,70
712, 24
>1,000
> 1,200
-
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,5 – 2,0
|
29
59
56
12
44
34
33
49
52
33
24
9
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
1
7
7
9
11
11
12
14
31
32
>32
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
5
8-10
10-11
11
12
12-16
17-32
>50
|
Sumber
: Anonim, 1993
PEMELIHARAAN JUVENIL
Pada saat larva
memasuki stadium Diolaria, kolektor (tempat untuk menempel) harus disiapkan. Berbeda
dengan lokasi atau tempat pemeliharaan
berbeda pula jenis kolektor yang digunakan, tergantung dari jenis bahan
yang tersedia di lokasi setempat. Beberapa jenis kolektor yang dapat digunakan
antara lain sebagai berikut:
1.
Kerangka dari bahan plastik yang keras dengan ukuran
sekitar 60 x 10 x 80 cm dan pada bagian tengahnya dijahitkan kain atau plastik
transparan.
2.
Kerangka kawat berlapis plastik (kawat no 8 -10)
berbentuk segi empat dan pada bagian tengahnya dipasang lembaran plastik kaca
atau bahan lain.
3.
Kerangka dari kayu atau bambu berbentuk segi empat dan
pada bagian tengahnya dipasang lembaran kain atau jaring plastik atau bahan
lain.
4.
Batu atau batu karang berbagai ukuran yang diletakkan di
dasar bak.
Kolektor tersebut diletakkan di
dalam bak pemeliharaan. Pada prinsipnya, kolektor harus mempunyai
persyaratan sebagai berikut:
1.
Permukaan kasar atau tidak licin
2.
Tidak bereaksi dengan air laut dan tidak menyerap banyak
air
3.
pengaturan dan pengamatanya mudah (juvenil yang menempel
mudah diamati)
4.
Seluruh bidang kolektor mampu ditempeli secara maksimal
dan merata.
5.
Bahan mudah diperoleh dan tidak mahal.
Sebaiknya,
kolektor yang dipasang telah ditempeli diatom(lumut) sehingga pada saat juvenil
menempel, pakan yang dibutuhkan telah tersedia. Juvenil biasanya hanya dapat
bergerak-gerak lemah setelah mengalami metamorfosis penuh. Oleh sebab itu pakan
tidak tersedia sesuai dengan kebutuhan akan menyebabkan kematian. Pada saat
juvenil mencapai ukuran 2 – 5 mm, pakan diberikan sebanyak dua kali sehari.
Jumlah pakan terus ditingkatkan seiring dengan laju pertumbuhannya.
15 hari setelah
menempel pada kolektor, juvenil dapat dilihat dengan mata dan dapat dihitung.
Kepadatan yang baik untuk setiap kolektor antara 5 -10 ekor atau kepadatan
optimum dalam satu bak pemeliharaan sebanyak 200 – 500 ekor/m2 .
Cara ini dilakukan terus menerua sampai benih tersebut berusia 1,5 – 2 bulan.
Dalam usia tersebut ukuran benih teripang telah mencapai 1,5 – 2 cm
PENGEMASAN BENIH
Benih teripang
yang akan diangkut sebaiknya ditampung terlebih dahulu selama 2 – 3 hari untuk
pemberokan. Pemberokan dimaksudkan untuk membersihkan isi pencernaan teripang
sehingga kualitas air selama pengangkutan tidak rusak. Pemberokan benih dapat
dilakukan di laut pada suatu kurungan yang terbuat dari jaring berukuran 1 m3,
dengan padat tebar 100 -150 ekor perkurungan.
Umumnya
pengangkutan teripang dilakukan secara
terbuka. Wadah bak fiber glass, ember plastik, atau wadah lain yang tidak bocor
dan kuat menahan air dapat digunakan untuk keperluan ini. Teripang yang akan
diangkut ditempatkan ditempatkan dalam wadah pengangkutan yang berisi air laut
dengan kepadatan benih 80 – 100 ekor/ton air. Wadah pengangkutan diberi tutup
agar terhindar dari sinar matahari secara langsung. Pengangkutan sebaiknya dilakukan saat teduh, yaitu pagi dan sore hari. Cara
pengangkutan ini dapat dilakukan dengan kendaraan darat atau perahu dengan
waktu angkut 3 – 4 jam. Bila menggunakan perahu teripang dapat diletakkan di
palkah yang telah diisi air laut.
Selama
pengangkutan diusahakan agar suhu air tidak mengalami kenaikan. Bila suhu
terlalu tinggi, teripang akan mengalami stres dengan gejala keluarnya kotoran
terus menerus. Dalam keadaan ini kualitas air di wadah pengangkutan akan rusak.
Penurunan kandungan oksigen terlarut dlam wadah pengangkutan juga akan
menyebabkan kekakuan pada benih teripang. Hal itu terjadi karena terganggunya
water vascular system dan pada akhirnya seluruh sistem pencernaan akan keluar
sehingga menyebabkan kematian.
makasih pak...
ReplyDeletemakasih bapak atas ilmunya:')
ReplyDeleteMakasih pak :)
ReplyDeleteMakasih pak:)
ReplyDelete