Monday, December 28, 2015

PEMBENIHAN TERIPANG

BIOLOGI TERIPANG

1. Klasifikasi
Teripang  (Ketimun Laut) memiliki bentuk beraneka ragam dengan nama daerah yang berbeda-beda. Secara taxsonomis menurut Gosner (1971), Feel dan Pawson (1967), Teripang Putih dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum             : Echinodermata
Sub-phylum     : Echinozoa
Klassis              : Holothuroidea
Sub-klassis      : Aspidochirotacea
Ordo                  : Asphidochirotida
Familia              : Aspidochirotae
Genus               :  Holothuria :
Species                        :  Holothuria scabra (Jaeger)

2. Morfologi
Secara morfologi, bentuk teripang ini berfariasi mulai dari yang bulat sampai yang panjang silindris seperti cacing, dengan mulut dan anus terletak pada kedua ujungnya. Pada tubuh bagian perut mempunyai tiga daerah amburakral yang disebut daerah tapak kaki, sedangkan pada bagian punggungnya hanya terdapat dua.
Ukuran tubuhnya juga bervariasi, mulai dari 3 cm sampai 100 cm dengan bobot hanya dari beberapa gram sampai 6 kilogram. Sedangkan warna tubuhnya biasanya hitam, coklat dan hijau muda, ada juga yang berwarna orange dan violet tetapi jarang.

JENIS TERIPANG PENTING
Dari beberapa jenis teripang tersebut, hanya tiga genus yang ditemui di perairan Indonesia. Ketiga genus tersebut adalah Holothuria, Muelleria dan Stichopus. Dari ketiga genus tersebut ditemukan  sebanyak 23 spesies dan baru lima spesies(dari genus Holothuria) yang sudah diekploitasi dan dimanfaatkan serta mempunyai nilai ekonomis penting. Teripang – teripang ekonomis tersebut adalah :
  1. Teripang Putih atau Teripang pasir (Holothuria scabra)
  2. Teripang Hitam (Holothuria Edulis)
  3. Terpang Getah atau Keling (Holothuria vacubanda)
  4. Teripang merah (Holothuria vatientis)
  5. Teripang Coklat (Holothuria marmorata)
Dibeberapa daerah teripang jenis ini mempunyai nama yang berbeda-beda, contoh:
1.    Holothuria scabra yaitu :
- Daerah Riau                : Teripang gamat betul
- Pulau Bangka              : Teripang taikucing
- Lampung                      : Teripang buang kulit
- Kep. Seribu                  : Teripang pasir
- Indonesia Timur          : Teripang putih/kapur

Ciri-ciri yang menonjol

-       Bentuk badanya bulat panjang.
-       Seluruh bagian tubuhnya apabila diraba akan terasa kasar seperti butiran-butiran.
-       Warnanya sewaktu masih segar putih kekuning-kuningan, terdapat sekat-sekat yang melintang berwarna putih, dan diantra sekat-sekat tersebut terdapat garis-garus hitam pada bagian punggungnya.
-       Banyak ditemikan pada perairan yang dasarnya mengandung pasir halus, walaupun lebih menyukai perairan karang yang masi hidup/mati.
  Teripang Hitam (Holothuria edulis)
-       Badan teripang hitam berbentuk bulat panjang dan akan segera mengkerut bila diangkat dari permukaan air.
-       Diseluruh permukaan badan teripang hitam terdapat  bintik-bintik halus.
-       Teripang hitam muda dikenal karena warnanya indah, bagian punggungnya berwarna hitam keungu-unguan atau kebiru-biruan. Sementara bagian perut, sisi sekitar mulut, dan duburnya berwarna kemerah-merahan.
-       Hidup di daerah perairan berkarang atau berpasir yang ditumbuhi ilalang laut (Sea grass).

3. Teripang Getah (Holothuria vacunda)
-       Badan berbentuk bulat, panjang, dan langsing.
-       Panjang badanya antara 20 – 30 cm
-       Berwarna coklat hitam, dan dibagian mulutnya terdapat rumbai-rumbai pendek menyerupai kembang kol. Bila diangkat dari permukaan air akan mengeluarkan cairan putih seperti getah karet yang berfungsi sebagai alat untuk membelah diri.
-       Jenis teripang ini belum banyak diperdagangkan.
4. Teripang Coklat (Holothuria marmorata)
-       Badanya berbentuk bulat panjang dan kecil
-       Diberapa daerah, warna teripang ini cukup vareatif, ada yang berwarna coklat pekat. Namun pada umumnya warna teripang coklat abu-abu kecoklatan.
-       Badanya ditutupi oleh tonjolan menyerupai duri yang berbentuk kerucut dan berwarna kuning mudah dibagian atas dan sisi badanya terdapat bercak-bercak tidak teratur yang berwarna coklat
-       Ciri lain dari teripang ini yaitu adanya sekat yang terputus-putus dibagian atas tubuhnya. Sementara sekat dibagian bawah badanya tampak semakin menghilang, terutama bagian bawah mulut dan dubur.
-       Dari bagian mulut sampai bagian belakang badan terdapat semacam sekat memanjang. Seolah-olah membagi badan menjadi dua bagian yang sama besar.
3. Kebiasaan hidup

Secara alami, teripang umunya menyukai hidup secara bergerombol. Treipang/species H. Scabra, misalnya, kebanyakan hidup berkelompok dengan anggota antara 3 sampai 5 ekor. Teripang T.ananas yang banyak ditemukan di Pulau-pulau Barang Lompo, Juga hidup berkelompok dengan antara 3 sampai 4 ekor. Sedangkan M. nobelis dapat membentuk kelompok lebih dari 10 ekor untuk setiap kelompok.
Teripang yang banyak dijumpai didaerah pasang surut hingga laut dalam lebih menyukai hidup pada habitat-habitat tertentu. Beberapa kelompok diantaranya hidup didaerah berbatu yang dapat digunakan untuk bersembunyi. Sedangkan yang lain hidup pada rumput atau ganggang laut, dan ada juga yang membuat lubang dalam lumpur atau pasir.
Teripang  bergerak sangat lamban karena hanya mengandalkan bantuan kaki tabung yang terangkum dalam sistem kaki ambulakral sehingga hampir seluruh hidupnya dihabiskan didasar laut. Tetapi beberapa jenis Holothuridea  mampu berenang beberapa saat (bathy pelagic), terutama yang hidup diperairan dalam seperti golongan Elapsipodida. Selain itu beberapa Holothuria juga dapat bergerak dengan gelombang kontraksi ototnya yang menyerupai gerakan ulat.
Pada umumnya teripang adalah deposit pasir yang penting didaerah coral reef. Sedangkan sumber utama makananya dalam lumpur atau pasir.Selain itu teripang juga memakan organisme-organisme kecil, seperti diatom, protozoa, mematoda, Copepoda, Ostracoda, algae filamen dan rumput laut. Disamping itu juga memakan Fora minifera, Radioloria, dan cangkag-cangkang hewan lainya.
Berdasarkan kebiasaan makan, Teripang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah golongan Holothuroidea yang dapat makan terus menerus sepanjang hari dan biasa hidup diatas permukaan pasir. Sedangkan kelompok yang kedua adalah golongan Stichopus yang biasa makan selang 2 atau 3 hari sekali. Teripang jenis hidup diantara karang atau menggali lubang pada pasir.
Kebiasaan memijah untuk setiap jenis teripang berbeda-beda. Teripang jenis H. Scabra, misalnya, biasa memijah pada Bulan April sampai Juni. Sedangkan Teripang jenis H. Tubulosa biasa memijah bulan Agustus sampai September dan teripang jenis Stichopus japanicus biasanya antara bulan Mei sampai Juni.
Proses pembuahan terjadi diluar tubuh dengan cara teripang betina mengeluarkan telur-telurnya kemudian dibuahi oleh jantan. Telur yang telah dibuahi tersebut ditangkap lagi oleh betina dengan tentakelnya, kemudian ditransfer kedalam kantung pengeraman. Selanjutnya telur-telur tersebut berkembang melalui beberapa tahapan yang akan dikeluarkan dalam bentuk larva yang bersifat planktonis.

PENYEDIAAN BENIH

Benih Teripang dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu benih alami yang dikumpulkan dari alam dan pembenihan buatan di hatchery (Panti benih)
Biasanya benih alami banyak ditemukan di kawasan pasang surut yang dasar perairannya lumpur berpasir dan banyak ditumbuhi tumbuhan laut seperti ilalang laut (Sea grass) dan rumput laut (Sea weed). Benih alami mempunyai ciri sebagai berikut:
-       Bentuk badan bulat panjang sedangkan bagian perut merata dan bersekat-sekat melintang berwarna putih.
-       Di antara  sekat-sekat tubuh di bagian punggung terdapat garis-garis hitam.
-       Kulit tebal dan kasar bila diraba terasa kasar seperti ada butiran pasir.
Benih dari alam ini bisa langsung diambil dengan tangan pada saat air laut surut. Pekerjaan ini bisa dilakukan oleh nelayan pada waktu air laut surut. Yaitu pada malam hari, terutama saat air surut. Benih teripang cenderung berada di permukaan pasir sehingga mudah diambil.
Nelayan biasanya menampung benih tersebut dalam wadah yang berisi air laut atau seringkali diletakkan dalam perahu mereka.
Adakalanya  pengambilan benih dilakukan pada siang hari dengan cara menyelam. Pekerjaan ini relatif lebih sulit bila dibandingkan pada malam hari, karena pada siang hari teripang lebih suka berlindung di bawah batu atau membenamkan diri di bawah pasir sehingga agak sulit di lihat. Disamping itu untuk menghindari panas di siang hari teripang cenderung memilih perairan yang lebih dalam dengan gelombang yang tidak terlalu besar.
Benih yang diambil dari alam berukuran sekitar 10 cm. Umumnya ukuran ini dapat langsung dibesarkan dikurungan pemeliharaan.

PERSIAPAN PEMBENIHAN
Sarana yang diperlukan untuk pembenihan teripang buatan tidak bagitu banyak, yaitu terdiri dari beberapa buah bak sebagai tempat penampungan induk, pemeliharaan larva, dan bak kultur plankton. Bak-bak ini sebaiknya dibuat dari beton. Namun demikian, dapat pula dibuat dari kayu yang dilapisi plastik. Beberapa sarana lain yang diperlukan adalah sebagai berikut:
·         Saringan pasir untuk penyaringan air laut agar betul-betul bersih
·         Bak penampungan induk dengan kapasitas 1,5 – 2 ton air dengan ke dalaman 70 – 100 cm
·         Bak pemijahan dengan kapisitas  sekitar 1,5 ton berjumlah 2 atau 3 buah dengan kedalaman sekitar 50 cm.
·         Bak pemeliharaan larva berjumlah 10 -15 buah dengan ukuran 1 x 2 x 0,5 m
·         Bak pemeliharaan juvenil berjumlah 8 -10 buah dengan ukuran 2 x 4 x 0,75 m
·         Bak plankton berjumlah 3 – 5 buah dengan ukuran 2 x 4 x 0,75 m.

MANAGEMENT INDUK
A. Pengadaan Induk
Kualitas induk merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan penyediaan benih melalui pemijahan buatan. Waktu pengambilan induk yang tepat atau pengalaman tentang musim puncak kematangan gonad merupakan kunci keberhasilan dalam mendapatkan calon induk yang memenuhi syarat untuk dipijahkan.
Sebelum memulai kegiatan pengumpulan induk, sebaiknya dilakukan pengambilan contoh atau sampel sehingga di dapatkan gambaran belum atau mulainya pemijahan dilakukan. Pengumpulan yang dilakukan terlalu cepat dari waktu kematangan gonad akan menghasilkan induk yang gonadnya belum matang penuh, sebaliknya bila pengumpulan terlambat induk akan memijah di laut.
Pengumpulan calon induk teripang dari laut dapat dilakukan dengan penyelaman pada siang hari. Bila dilakukan pada malam hari, penyelaman harus dibantu dengan alat penerangan berupa obor atau lampu petromak. Dengan cara ini induk teripang dapat diambil langsung dengan tangan. Pada perairan yang agak dalam, induk teripang dapat di ambil adari atas perahu dengan bantuan alat semacam tombak bermata dua yang tumpul.




B. Seleksi Induk
Calon induk teripang yang diperoleh dikumpulkan dalam wadah berisi air laut atau ditaruh di dalam palkah perahu yang telah di isi air laut. Dari sekian banyak jenis teripang Holothuria scabra merupakan jenis yang paling diminati oleh para nelayan.  
Holothuria scabra sangat digemari oleh para petani karena Teripang jenis ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
  1. Mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan salinitas.
  2. Tahan hidup pada perairan yang agak keruh.
  3. menyukai hidup di dasar perairan yang berlumpur dan berpasir sehingga mudah diusahakan.
  4. Dapat hidup secara berkelompok 3 – 10 ekor sehingga memungkinkan untuk penebaran tinggi.
  5. makanannya mudah yang terdiri dari diatom, detritus.
  6. biasa hidup pada daerah yang agak dangkal (kedalaman  1m)
hal-hal yang perlu diperhatikan  dalam memilih induk adalah sebagai berikut:
  1. Induk diusahakan yang mempunyai bobot minimal 400 - 600 gr/ekor dan panjangnya antara 25 cm sampai 35 cm.
  2. Kondisi tubuh induk sehat dan tidak cacat.
  3. diutamakan yang mempunyai kulit tebal dan berwarna cerah.
Umumnya berat tubuh teripang berpengaruh langsung  atau berkolerasi terhadap berat gonad dan indeks kematangan gonad serta fekunditas. Secara morfologi, teripang sulit dibedakan sehingga pemilihan induk hanya berdasarkan berat tubuh.




C. Penanganan Induk
Untuk mendapatkan induk yang berkualitas dan siap untuk memijah maka saat penangkapan maupun pengangkutan kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Saat penangkapan di laut harus dipersiapkan wadah penampungan induk yang dilengkapi denga aerator.
  2. Wadah penampungan induk tersebut harus dilengkapi dengan plastik gelap  terutama penangkapan pada waktu siang hari.
  3. Waktu pengangkutan induk dari lokasi penangkapan ketempat pembenihan diusahakan pada sore hari, untuk menghindari sengatan sinar matahari yang dapat menimbulkan stres dan proses avicerasi (pengeluaran organ perut).
  4. Sebelum dipijahkan induk tersebut harus dipindahkan pada kolam penampungan induk yang berair bersih.
  5. Dari induk-induk yang ditampung tersebut kemudian dipilih induk yang siap memijah.
  6. Induk-induk yang dipilih tersebut kemudian diaklimatisasi lebih dahulu agar isi perut bersih dari kotoran

D. Pemeliharaan Induk
Induk yang telah diseleksi dipelihara dalam kurungan tancap di laut atau di kolam air laut atau langsung dipelihara di dalam bak induk dengan kepadatan 5 – 10 ekor / m2. Bak induk umumnya terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang, dan kapasitas 1,5 – 2 ton air.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan induk di bak pemijahan:
·         Kualitas air tetap terjaga baik. Bila perlu lakukan pergantian air setengah atau sepertiga dari volume. Sehari dua kali pada pagi dan sore hari.
·         Kepadatan induk 15 – 20 ekor/ ton dengan ketebalan subtrat pasir antara 10 -15 cm
·         Melakukan penyiponan kotoran dasar bak
·         Kebiasaan atau kesukaan induk harus dipantau secara kontinyu.
·         Pakan tambahan diberikan secukupnya dengan komposisi protein 6 – 7 %.



PEMIJAHAN

Pemijahan Teripang secara buatan  memerlukan beberapa pengetahuan dan keterampilan khusus yang menyangkut cara memilih induk yang berkualitas dan siap dipijahkan serta penanganannya. Secara alami induk-induk Teripang hanya dapat memijah pada saat-saat tertentu, maka pengamatan yang tepat terhadap siklus reproduksi kelamin tahunan perlu diperhatikan secara cermat.

A. Pemijahan Secara Alami
Prinsip pemijahan ini hanya didasarkan pada kesiapan induk yang benar-benar sudah siap untuk dipijahkan dengan tidak melalui suatu persiapan khusus. Pemijahan secara alami ini yang perlu diperhatikan adalah, selain induk siap mijah, waktu pemijahan juga harus diperhatikan. Sebab secara alami, induk Teripang biasa memijah pada saat bulan purnama, yaitu sekitar dua atau tiga hari sebelum dan sesudah bulan purnama penuh.
Biasanya induk teripang (matang gonad penuh) yang dipelihara di bak pemijahan akan memijah secara alami tanpa adanya rangsangan buatan. Hal ini bisa terjadi karena adanya gangguan fisiologi saat pengangkutan dari alam ke tempat pemijahan serta perubahan suhu yang mencolok, perbadaan tekanan air dan oksigen saat transportasi dari alam ke tempat penampungan sementara, penanganan yang agak kasar atau memang sudah waktunya memijah. Teripang jantan biasanya akan mengeluarkan sperma terlebih dahulu, lalu merangsang betina untuk memijah dengan selang waktu kurang lebih 30 menit.

jahan dilakukan dengan menggunakan bak yang berukuran 2 x 1,5 x 0,8 m, dengan persyaratan kualitas air sebagai berikut:
  • Salinitas                    : 28 – 32 permil
  • Suhu air                    : 29 – 32 0C
  • PH air                         : 8,2 – 8,5
  • Kecerahan                : 100 %
  • DO                              : 5 – 7 ppm
  • Amoniak                    : < 0,2 ppm

Untuk mempercepat proses pemijahan, induk-induk yang telah memperlihatkan tanda-tanda akan memijah. Biasanya ukuran bak untuk pemijahan adalah 2 x 1,5 x 0,8 m dapat digunakan untuk 4 ekor induk betina dan 1 ekor jantan.

Proses pemijahan akan berlangsung pada malam hari, yaitu antara jam 20.00 sampai jam 23.00 selama kurang lebih 45 menit. Setelah induk bertelur, semua induk harus segera dipindahkan ke tempat lain. Telur-telur yang sudah dibuahi tersebut secara perlahan-lahan diaduk dengan menggunakan tongkat kaca secara merata.

Telur yang telah dibuahi secara baik kelihatan agak bening dengan tidak mempunyai inti, dan selalu berada di dasar bak (tidak mengambang). Untuk meningkatkan tingkat penetasan yang tinggi kepadatan telur harus diatur tidak lebih dari 500 telur perliter. Jika kualitas air memenuhi syarat, maka telur-telur tersebut akan menetas setelah 12 – 14 jam dari proses pembuahan.

B. Pemijahan    dengan  pembedahan
Metode ini  umumnya hanya terbatas untuk penelitian jarang .digunakan karena angka fertilitasnya rendah atau di bawah 20% dan membutukan banyak induk. Metode pembedahan dilakukan dengan cara membela teripang pada bagian bawah tubuh dari anus menuju ke atas pembelahan tersebut dilakukan dengan gunting. Setelah dibelah gonad di keluarkan dan diletakan di wadah kering. bila didapatkan kantong telur, berarti teripang tersebut betina. kantong telur kemudian ditoreh dengan gunting dan telur dan dimasukkan ke tempat pemijahan yang berisih air laut bersih.
Sementara  bila ditemukan testis, maka teripang tersebut jantan. Gonad jantan (testis) juga dipotong  menjadi beberapa bagian sehingga sperma keluar dan ditampung di dalam wadah lain yang berisi air laut. Telur dan sperma tersebut kemudian dicampur menjadi satu dan diaduk perlahan-lahan lalu di diamkan sehingga terjadi pembuahan. Tempat pembuahan dapat menggunakan aquarium atau bak fiber glass. Telur yang terbuahi dipanen dengan saringan dan dipindahkan ke tempat pemeliharaan larva.

C. Pemijahan dengan Perangsang Kejut suhu
Metode ini dilakukan dengan cara peningkatan suhu air. Suhu air yang digunakan dalam pemijahan dapat dinaikkan dengan cara penjemuran bak  di terik matahari, air direbus, atau pemanasan dengan alat pemanas sehingga suhu air mencapai 5 – 7 0C lebih tinggi dari suhu awal.
Di Indonesia, yang iklimnya tidak banyak berubah (terutama di musim kemarau), penjemuran dengan sinar matahari merupakan alternatif terbaik dlam pemijahan ini. Seperti dilakukan oleh James dkk, 1983, lima ekor teripang (Metriatyla scabra) dimasukkan ke dalam 70 liter air laut pada suhu 27 0C. Kemudian suhu air dinaikkan menjadi 32 0C secara bertahap dengan pemanasan elektrik. Setelah 990 menit, terlihat seekor teripang jantan menyemprotkan spermanya dan secara spontan diikuti oleh jantan-jantan lainnya. Pemijahan juga terjadi pada induk yang diperlakukan dengan suhu 37 0C.
Teripang yang memijah segera diambil dan dipindahkan ke tempat yang berisi air laut bersih untuk melanjutkan pemijahan di tempat tersebut. Pemijahan terjadi secara terus menerus selama 15 – 20 menit. Adanya sperma yang keluar merangsang induk betina untuk mengeluarkan sel telurnya.
esar Budidaya Laut Lampung, pemijahan dengan perangsangan kejut suhu ini dilakukan dengan cara induk teripang ditempatkan di dalam keranjang  plastik yang diletakkan beberapa sentimeter di bawah permukaan air. Perlakuan ini dilakukan pada siang hari. Pada sore harinya, induk dimasukkan ke dalam bak pemijahan. Cara ini menunjukkan hasil yang baik, induk teripang memperlihatkan perilaku pemijahan yang ditandai dengan gerakan tubuh. Selanjutnya dengan bertumpuh pada bagian tubuh belakang, induk mengangkat tinggi kepalanya atau tubuh bagian depan (bagian anterior) dan memijah sambil terus menggerak-gerakkan kepala. Pemijahan bisanya terjadi pada jam 20.00 – 23.00 WIB. Induk jantan akan mengeluarkan spermanya terlebih dahulu dan merangsang induk betina untuk memijah dengan selang waktu ½  - 2 jam. Sperma yang dikelaurkan berwarna putih dan terlihat sperti asap di dlam air. (Gambar. 25 )
Bila peningkatan suhu air media pemijahan dilakukan dengan menggunakan alat pemanas listrik (heater), pemijahan tidak berkaitan dengan waktu. Asalkan induk memenuhi syarat maka pemijahan dapat dilakukan setiap saat. Manipulasi terhadap kebiasaan induk teripang yang cenderung memijah pada malam hari dapat disiasati dengan menciptakan suasana ruangan pemijahan yang gelap.

D. Desikasi dan Penyemprotan
Iduk teripang yang akan di pijahkan di keluarkan dari bak dan di letakan di tempat kering selama 0,5 - 1 jam induk-induk tersebut lalu disemprot air laut dengan tekanan tingi selama 5-10menit. Lalu, induk  dimasukan  kembali ke dalam bak pemijahan. Antara 1,5 – 2 jam kemudian , induk-induk teripang mulai bergerk-gerak aktif. Induk jantan pun mulai memijah dan diikuti induk betina.

PENELURAN

A. Peneluran
Telur teripang berbentuk bulat dan berwarna putih. Ukuran telur bervariasi antara 160 – 180 mikron. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh seekor induk betina antara 4 – 5 juta butir. Telur yang telah dibuahi akan mengendap di dasar bak atau perairan yang menjadi habitatnya. Sementara telur yang tidak dibuahi akan melayang dekat permukaan air.
Telur yang terbuahi dengan baik umumnya akan menghasilkan larva dengan presentase hidup yang tinggi. Oleh sebab itu, seleksi telur yang baik dan penanganan segera terhadap telur yang dibuahi sangat penting diperhatikan.

B. Penetasan
 Beberapa waktu setelah dibuahi, telur mengalami perkembangan embrional menjadi 2, 4, 8, 16 sel, dan seterusnya sehingga membentuk banyak sel. Ukuran rata-rata sel tersebut sekitar 194 mikron. Selang 10 – 12 jam kemudian akan terbentuk stadium blastula yang rata-rata berukuran  380,01 mikron, selanjutnya telur berkembang menjadi stadium grastula berukuran antara 390,50 – 402,35 mikron.  Setelah lebih dari 32 jam, telur akan menetas menjadi larva dan membentuk stadium auricularia yang terbagi menjadi stadium awal, tengah dan akhir.

PERAWATAN LARVA
Pada stadium Auricularia larva diberikan pakan plankton jenis Dunaliella sp, Phaeodactylum sp, Isochrysis galbana, Nannochloropsis sp, Skeletonema costatum, dan Chaetoceros sp, sebanyak 20 -40 x 103 sel/ml. Selama stadium auricularia awal sampai menjelang stadium auricularia akhir, larva lebih banyak hidup di permukaan air. Kepadatan larva yang dikehendaki selama stadium ini kira-kita 300 – 700 ekor per liter. Bila kepadatan terlalu tinggi, larva akan bergerombol menjadi satu berbentuk seperti bola, dan berada di dasar bak. Bila dibiarkan larva ini akan mati
Sepuluh hari kemudian, larva berkembang membentuk stadium doliolaria. Pada stadia ini larva berbentuk lup, mempunyai lima sabuk dan dua tentakel yang menjulur keluar. Larva dengan ukuran antara 614,78 – 645,70 mikron ini dapat digerakkan sepat ke depan. Badan bagian belakang berbentuk cincin datar. Pada setiap sudut terdapat lima kelompok silia (bulu getar). Stadium auricularia dan doliolaria bersifat planktonis.
Selang tiga belas hari kemudian, doliolaria berubah ke stadium Pentactula. Larva ini berwarna cokelat kekuningan dengan panjang antara 1.000 – 1.200 mikron. Badan berbentuk tubuler dengan lima buah tentakel  pada pangkal bagian depan. Kurang lebih  18 hari, kaki tabung dan tentakel terlihat lebih jelas dan terdapat bintil-bintil dipermukaan kulitnya. Larva pada stadium ini mempunyai kebiasaan berada dipinggiran bak bagian bawah dan sedikit menyukai dibawah permukaan air. Salinitas selama pemeliharaan diusahakan antara 32 – 34 ppt dan suhu antara 27 – 29 0C. Segera setelah larva berada di dasar bak, pakan berupa suspensi rumput laut jenis Ulva dan Sargassum.
Tabel 3. Waktu dan Jumlah Pakan Larva Teripang (Holothuria scabra)
Hari (setelah pemijahan)
Jumlah pakan
(Sel/ml)/Hari
Perlakuan
Stadium
Jenis Pakan
Lain
2
4
6
7
10
>12
20.00
20.00
25.00
30.00
35.00
45.00
Pergantian air
Pergantian air
Pergantian air
Pergantian air
Pergantian air
Air mengalir 12 jam
Auricularia awal
Auricularia
Auricularia
Auricularia akhir
Awal Doliolaria
Pentactula





Plankton dan Alga kering
James et al (1994; Morgan (2001);pitt (2001)
Perkembangan embrional dan larva teripang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Embrional dan Larva Teripang
Stadium Perkembangan
Sel/Stadium
Ukuran Rata-Rata
Lama Perkembangan
Mikron
Cm
Menit
Jam
Hari
2 sel
4 sel
8 sel
16 sel
32 sel
64 sel
128 sel
Multi sel
Blastula
Gastrula awal
Gastrula tengah
Gastrula akhir
Menetas
Auricularia awal
Auricularia tengah
Auricularia akhir
Doliolaria awal
Doliolaria tengah
Doliolaria akhir
Pentactula awal
Pentactula akhir
Burayak muda (Juvenil)

140,40
176,54
182,32
-
-
-
-
194,00
380,01
390,50
398,80
402,35
415,10
812,50
845,17
987,10
614,78
645,70
712, 24
>1,000
> 1,200
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,5 – 2,0
29
59
56
12
44
34
33
49
52
33
24
9
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
7
7
9
11
11
12
14
31
32
>32
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
5
8-10
10-11
11
12
12-16
17-32
>50
Sumber : Anonim, 1993

PEMELIHARAAN JUVENIL

Pada saat larva memasuki stadium Diolaria, kolektor (tempat untuk menempel) harus disiapkan. Berbeda dengan lokasi atau tempat pemeliharaan  berbeda pula jenis kolektor yang digunakan, tergantung dari jenis bahan yang tersedia di lokasi setempat. Beberapa jenis kolektor yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut:
1.    Kerangka dari bahan plastik yang keras dengan ukuran sekitar 60 x 10 x 80 cm dan pada bagian tengahnya dijahitkan kain atau plastik transparan.
2.    Kerangka kawat berlapis plastik (kawat no 8 -10) berbentuk segi empat dan pada bagian tengahnya dipasang lembaran plastik kaca atau bahan lain.
3.    Kerangka dari kayu atau bambu berbentuk segi empat dan pada bagian tengahnya dipasang lembaran kain atau jaring plastik atau bahan lain.
4.    Batu atau batu karang berbagai ukuran yang diletakkan di dasar bak.
Kolektor tersebut diletakkan di dalam bak pemeliharaan. Pada prinsipnya, kolektor harus mempunyai persyaratan  sebagai berikut:
1.    Permukaan kasar atau tidak licin
2.    Tidak bereaksi dengan air laut dan tidak menyerap banyak air
3.    pengaturan dan pengamatanya mudah (juvenil yang menempel mudah diamati)
4.    Seluruh bidang kolektor mampu ditempeli secara maksimal dan merata.
5.    Bahan mudah diperoleh dan tidak mahal.
Sebaiknya, kolektor yang dipasang telah ditempeli diatom(lumut) sehingga pada saat juvenil menempel, pakan yang dibutuhkan telah tersedia. Juvenil biasanya hanya dapat bergerak-gerak lemah setelah mengalami metamorfosis penuh. Oleh sebab itu pakan tidak tersedia sesuai dengan kebutuhan akan menyebabkan kematian. Pada saat juvenil mencapai ukuran 2 – 5 mm, pakan diberikan sebanyak dua kali sehari. Jumlah pakan terus ditingkatkan seiring dengan laju pertumbuhannya.
15 hari setelah menempel pada kolektor, juvenil dapat dilihat dengan mata dan dapat dihitung. Kepadatan yang baik untuk setiap kolektor antara 5 -10 ekor atau kepadatan optimum dalam satu bak pemeliharaan sebanyak 200 – 500 ekor/m2 . Cara ini dilakukan terus menerua sampai benih tersebut berusia 1,5 – 2 bulan. Dalam usia tersebut ukuran benih teripang telah mencapai 1,5 – 2 cm



PENGEMASAN BENIH

Benih teripang yang akan diangkut sebaiknya ditampung terlebih dahulu selama 2 – 3 hari untuk pemberokan. Pemberokan dimaksudkan untuk membersihkan isi pencernaan teripang sehingga kualitas air selama pengangkutan tidak rusak. Pemberokan benih dapat dilakukan di laut pada suatu kurungan yang terbuat dari jaring berukuran 1 m3, dengan padat tebar 100 -150 ekor perkurungan.
Umumnya pengangkutan teripang  dilakukan secara terbuka. Wadah bak fiber glass, ember plastik, atau wadah lain yang tidak bocor dan kuat menahan air dapat digunakan untuk keperluan ini. Teripang yang akan diangkut ditempatkan ditempatkan dalam wadah pengangkutan yang berisi air laut dengan kepadatan benih 80 – 100 ekor/ton air. Wadah pengangkutan diberi tutup agar terhindar dari sinar matahari secara langsung. Pengangkutan  sebaiknya dilakukan  saat teduh, yaitu pagi dan sore hari. Cara pengangkutan ini dapat dilakukan dengan kendaraan darat atau perahu dengan waktu angkut 3 – 4 jam. Bila menggunakan perahu teripang dapat diletakkan di palkah yang telah diisi air laut.

Selama pengangkutan diusahakan agar suhu air tidak mengalami kenaikan. Bila suhu terlalu tinggi, teripang akan mengalami stres dengan gejala keluarnya kotoran terus menerus. Dalam keadaan ini kualitas air di wadah pengangkutan akan rusak. Penurunan kandungan oksigen terlarut dlam wadah pengangkutan juga akan menyebabkan kekakuan pada benih teripang. Hal itu terjadi karena terganggunya water vascular system dan pada akhirnya seluruh sistem pencernaan akan keluar sehingga menyebabkan kematian.

4 comments: