
BAB I

PEMBENIHAN IKAN KERAPU

I. BIOLOGI IKAN KERAPU
Ikan kerapu merupkan ikan karnivora yang bersifat kanibal. Ikan ini hidup
secara soliteri dan sering berdiam diri/ bersembunyi pada suatu benda sambil menunggu
mangsanya. Sifat lain yang dimiliki ikan Kerapu, terutama Kerapu Lumpur adalah
tahan terhadap perubahan kadar garam, sehingga mampu hidup pada berbagai
perairan sampai ke muara sungai. Musim pemijahan ikan Kerapu pada umumnya
sekitar bulan purnama (1-2 hari sebelum dan sesudah bulan purnama).
II. PERSYARATAN INDUK
1. Untuk ikan Kerapu lumpur (Epinephelus tauvina)
- Betina, berat : min 6 kg/ekor, umur : ± 7
tahun
- Jantan , berat :
> 9 kg/ekor, umur 8 – 9 tahun.
2. Untuk ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
- Betina, berat :
> 3 kg/ekor, umur : ± 5 – 7
tahun
- Jantan , berat :
> 6 kg/ ekor, umur : ± 8 tahun
3. Sehat dan Tidak cacat
4. Diupayakan sudah matang gonad.
III. MANAGEMENT INDUK
A. Pengadaan Induk
Untuk menangkap calon induk dari alam sebaiknya digunakan perangkap (bubu)
dan diusahakan sedikit mungkin melukai ikan. Namun untuk mendapatkan induk yang
sesuai dengan persyaratan di atas sulit dilakukan apabila jumlah induk cukup
besar, apalagi penangkapan induk di alam jumlahnya terbatas, hingga harus
melakukan pemeliharaan (pembesaran) sendiri sampai mencapai ukuran yang ideal
untuk dijadikan induk.
B. Pemeliharaan Calon Induk
Pemeliharaan calon induk ikan Kerapu dapat dilakukan dengan beberapa metode
antara lain:
1. Kurung apung
(keramba): ukuran 5 x 5 x 4 mtr (mesh size 2,5 cm)
kepadatan rata-rata < 5 kg/m3.
2. Tangki/ Bak
beton : ukuran min 100 m3,
kedalaman 2 – 2,5 meter
kepadatan ≤ 2 kg/ m3
pergantian air 100 – 200 %/hari
Pemberian pakan dilakukan sekali dalam sehari atau dua hari sekali sebanyak
1 – 2 % dari berat badan ikan. Pakan yang diberikan adalah cincangan daging
cumi-cumi, ikan Betong atau udang dengan kadar protein yang ideal adalah 50 %.
Secara periodik dilakukan pembersihan dasar bak (siphon). Demikian juga
halnya pada kurungan apung, secara periodik dilakukan pemindahan ikan ke kurung
apung yang baru, sedangkan yang lama dibersihkan.
IV. PEMIJAHAN
A. Pemijahan Alami
Di alam ikan kerapu memijah sekitar bulan purnama, pada air yang tenang.
Pemijahan secara alami pada bak terkontrol, dilakukan dengan cara menempatkan
induk yang sudah matang gonad dengan sex ratio 1 : 1. pemijahan dengan cara ini
dilakukan dengan memanipulasi lingkungan yang disesuaikan dengan keadaan di
alam (lokasi memijah)
B. Induced Spawning.
Untuk mempercepat perkembangan dan kematngan gonad, digunakan hormon yang
diberikan secara injeksi maupun melalui makanan. Hormon yang digunakan adalah:
- Gonadotropin
- Puberogen
- Methyl
Testosteron (khusus untuk jantan)
Untuk mempercepat
kematangan gonad/pemijahan dilakukan injeksi hormon sebagai berikut:
- Tahap I :
500 IU Gonadotropin atau
50 MU Puberogen
- Tahap II :
750 IU Gonadotropin atau
50 MU Puberogen.
Induk ikan yang
sudah diinjeksi hormon segera dipindahkan ke bak pemijahan. Pemijahan biasanya
terjadi 11 – 13 jam sesudah penyuntikan. Penyuntikan tahap II dilakukan apabila
24 jam sesudah penyuntikan tahap I ikan tidak memijah. Apabila 24 jam sesudah
penyuntikan tahap II ikan belum memijah, maka dapat dilakukan fertilisasi
dengan melakukan metode stripping.
Untuk merangsang kematangan gonad dan meningkatkan mutu sperma induk jantan
dilakukan pemberian hormon Methyl
Testosteron dengan dosis 0,1 mg/kg BB, yang dicampurkan kedalam pakan yang
diberikan.
Salah satu
kendala utama dalam memijahkan ikan
Kerapu adalah mendapatkan induk jantan sebab :
- Ikan Kerapu Macan menjadi jantan setelah beratnya
lebih dari 7 kg/ekor
- Ikan Kerapu lumpur menjadi jantan setelah beratnya
lebih dari 9 kg.
V. PENETASAN TELUR
Telur –telur yang dihasilkan, baik dari hasil pemijahan secara alami maupun
pemijahan buatan dengan stripping, segera diserok dengan menggunakan plankton net atau
kantong jaring .Plankton net yang berisi telur dimasukkan ke dalam bak bulat .
Air laut yang digunakan selalu mengalir pada tingkat 20 liter/menit sehingga
terus terjadi pergantian air. Aerasi tidak terlalu kuat agar telur dapat
menyebar rata. Telur – telur yang mati akan mengendap di dasar kantong
disiphon.
Perkembangan embrio dimulai dari satu sel, dua sel, empat sel dan seterusnya sampai terbentuk banyak sel yang akhirnya terbentuk badan
larva. Telur yang dibuahi akan dilapisi oleh selaput kuat. Setelah masa
inkubasi sekitar 18 jam telur ikan Kerapu Macan akan menetas pada suhu 28 -29 0Csedangkan telur
ikan Kerapu lumpur telur akan menetas selama 16 -25 jam pada suhu 26 – 29 0C.
VI. PEMELIHARAAN LARVA
A. Penebaran
Sebelum larva ditebar bak-bak pemeliharaan larva harus disiapkan. Bak-bak
tersebut diisi air laut yang telah difilter dengan jumlah kira-kira 80% dari
kapasitasnya, serta dipasok aerasi pada tingkat kecepatan rendah, pada bak
pemeliharaan skala kecil 1 – 3 m3 cukup dipasang 3-6 aerasi. Setelah
persiapan selesai dilakukan penebaran larva secara hati-hati.
B. Pemberian Pakan
Larva yang baru menetas mempunyai cadangan kuning telur atau disebut yolk sac, dan butiran minyak yang
disebut iol globule. Letak butiran
minyak disekitar kuning telur. Larva ini biasanya disebut D-0 ( larva berumur 0
hari). Pada saat ini mulut, mata larva belum membuka. Larva masih menggunakan
kuning telur dan butiran minyak sebagai sumber energi. Pemberian pakan baru
dlakukan setelah lerva D-2, yaitu berupa plankton (Rotifera dan Nauplius Artemia).
Ketika larva berumur satu hari mulai diberikan Chlorela dengan kepadatan 1 – 5
x 105 sel/ml. Pemberian alga ini sebagai pakan Rotifera dan juga berguna untuk
mempertahankan kualitas air pemeliharaan karena alga dapat mengurangi kandungan
bahan-bahan terlarut yang baerbahaya bagi larva seperti Amonia. Selanjutnya
pemeliharaan larva tidak berbeda jauh dengan pemeliharaan ikan kakap, baik
pemberian pakan maupun pengelolaan kualitas airnya.
Tabel pemberian
pakan
Hari
ke.
|
Jenis
Pakan
|
0
- 3
3
- 30
14 - 15
30 - 40
|
-
Brachionus plicatilis
Artemia baru menetas
Artemia setengah dewasa
Artemia dewasa
Cincangan daging ikan segar
|
Panen
Panen dilakukan pada umur 40 - 50 hari atau ukuran 4 . 5 cm
VII. TRANSPORTASI BENIH
Pengiriman benih ikan dapat dilakukan dengan dua cara yatu cara tertutup
dan cara terbuka. Pengiriman benih dengan sitem terbuka biasanya diterapkan
untuk transportasi jarak pendek, sedangkan sitem tertutup digunakan untuk
pengiriman jarak jauh.
Tingginya kepadatan ikan dan sistem transportasi yang digunakan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya, jenis ikan, umur ikan, ukuran ikan,
ketahanan relatif, suhu air, lama pengangkutan, wadah, lama pengangkutan. Hal
terpenting yang harus diperhatikan dalam pengangkutan ikan hidup adalah
penyediaan oksigen terlarut dalam media air selama pengangkutan.
Transportasi terbuka menggunakan peralatan dan bahan yang sederhana
sedangkan pengangkutan tertutup menggunakan peralatan khusus. Transportasi
tertutup menggunakan kantong plastik dari silikon tebal dan dipasok oksigen
sudah umum dilakukan. Sistem ini digunakan juga untuk pengiriman ke luar negeri
(Gambar 1)

Gambar 1. Sistem pengangkutan tertutup
Sebelum diangkut ikan-ikan dipuasakan terlebih dahulu agar saluran
pencernaan menjadi kosong. Dengan demikian jumlah kotoran (fases) akan
berkurang sehingga dapat menghambat penurunan kualitas air. Dan untuk
mengurangi aktifitas metabolisme selama pengangkutan ditambahkan es untuk
menurunkan suhu pengangkutan (Tabel I)
Tabel I Kepadatan
Larva Untuk Transportasi
Umur (hari)
|
Kepadatan (per liter air media)
|
1 – 7
8 – 15
16 – 23
24 - 30
|
30
- 40
15 – 20
5 – 10
2 - 5
|
PERTANYAAN
- Jelaskan persyaratan calon induk ikan Kerapu
- jelaskan proses aklimatisasi induk ikan Kerapu
- jelaskan teknik penanganan induk ikan kerapu
- jelaskan teknik penanganan larva ikan kerapu
- jelaskan teknik panen benih ikan kerapu
TUGAS:
- Lakukan seleksi induk untuk pemijahan
- Lakukan pemijahan hormonal dan buatlah laporan kegiatannya.
- Buatlah Paper tentang pemeliharaan benih (perkelomok) dan diskusikan
Jenis obat bius
Jenis
Obat
|
Dosis
|
Novacine
Amobarbital sodium
Barbital sodium
Tertiary amyl alkohol
Methyl paraphynol
Chloral
hidrat
Hydroxy
quinaldine
Tricaine
methan sulphonate (MS 222)
Urethane
Thiouracil
Quinaldine
|
50
mg/kg ikan
85 mg/kg
ikan
50 mg/kg
ikan
52
-172 mg/lt air
2
mg/4,5 lt air
3
– 3,5 gr/4,5 lt air
1
mg/lt air
2,5
ml/lt air
100
mg/lt air
10
mg/lt air
5
-10 mg/lt air
|
assalamu alaikum.
ReplyDeletePermisi gan mau tanya sumbernya dari mana ya tabel pengangkutan itu ?
ReplyDelete<Mohon informasinya terima kasih