FILTRASI
1.
PENGERTIAN FILTRASI
Filtrasi adalah proses pemisahan
dari campuran heterogen yang mengandung cairan dan partikel-partikel padat
dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan
partikel-partikel padat.
Proses filtrasi yang sederhana
adalah proses penyaringan dengan dengan media filter kertas saring . Kertas
saring kita potong melingkar jika masih bentuk lembaran empat persegi panjang
atau kubus, jika telah berbentuk lingkaran lipat dua, sebanyak tiga atau empat
kali. Selanjutnya buka dan letakkan dalam corong pisah sehingga tepat melekat
dengan corong pisah. Tuangkan campuran heterogen yang akan dipisahkan, sedikit
demi sedikit, kira-kira banyaknya campuran tersebut adalah sepertiga dari
tinggi kertas. Lakukan berulang-ulang, sehingga kita dapat memisahkan partikel
padat dengan cairannya. Hasil filtrasi adalah zat padat yang disebut residen
dan zat cairnya disebut dengan filtrat.proses filtrasi ada 2 macam yaitu dengan
sistim gravitasi dan dengan penggunaan
pompa
2.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES FILTRASI
Dalam proses filtrasi terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak faktor–faktor yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi pula kualitas air hasil
filtrasi, efisiensinya, dan sebagainya. Faktor–faktor tersebut adalah debit filtrasi, kedalaman media, ukuran dan
material, konsentrasi kekeruhan, tinggi muka air, kehilangan tekanan, dan
temperatur.
1. Debit Filtrasi
1. Debit Filtrasi
Debit yang
terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien.
Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna, akibat adanya
aliran air yang terlalu cepat dalam melewati rongga diantara butiran media
pasir. Hal ini menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran
media penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu
tinggi saat melewati rongga antar butiran menyebabkan partikel–partikel yang
terlalu halus yang tersaring akan lolos.
Konsentrasi
kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi. Konsentrasi kekeruhan
air baku yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari
media atau akan terjadi clogging.
Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi seberapa besar konsentrasi
kekeruhan dari air baku (konsentrasi air influen) yang boleh masuk. Jika
konsentrasi kekeruhan yang terlalu tinggi, harus dilakukan pengolahan terlebih
dahulu, seperti misalnya dilakukan proses koagulasi – flokulasi dan
sedimentasi.
Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan difiltrasi, menyebabkan massa jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis dari air akan mengalami perubahan. Selain itu juga akan mempengaruhi daya tarik menarik diantara partikel halus penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuan besar partikel yang akan disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi daya adsorpsi. Akibat dari keduanya ini, akan mempengaruhi terhadap efisiensi daya saring filter.
Pemilihan media dan ukuran merupakan keputusan penting dalam perencanaan bangunan filter. Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya pengaliran dan daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan waktu pengaliran yang lama.
Lagipula ditinjau daris segi biaya, media yang terlalu tebal tidaklah menguntungkan dari segi ekonomis. Sebaliknya media yang terlalu tipis selain memiliki waktu pengaliran yang pendek, kemungkinan juga memiliki daya saring yang rendah. Demikian pula dengan ukuran besar kecilnya diameter butiran media filtrasi berpengaruh pada porositas, laju filtrasi, dan juga kemampuan daya saring, baik itu komposisisnya, proporsinya, maupun bentuk susunan dari diameter butiran media.
Keadaan media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan menimbulkan variasi dalam ukuran rongga antar butir. Ukuran pori sendiri menentukan besarnya tingkat porositas dan kemampuan menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku. Lubang pori yang terlalu besar akan meningkatkan rate dari filtrasi dan juga akan menyebabkan lolosnya partikel halus yang akan disaring. Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus akan meningkatkan kemampuan menyaring partikel dan juga dapat menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh partikel halus yang tertahan)terlalu cepat.
Keadaan tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap besarnya debit atau laju filtrasi dalam media. Tersedianya muka air yang cukup tinggi diatas media akan meningkatkan daya tekan air untuk masuk kedalam pori. Dengan muka air yang tinggi akan meningkatkan laju filtrasi (bila filter dalam keadaan bersih). Muka air diatas media akan naik bila lubang pori tersumbat (terjadi clogging) terjadi pada saat filter kotor.
Untuk melewati lubang pori, dibutuhkan aliran yang memiliki tekanan yang cukup. Besarnya tekanan air yang ada diatas media dengan yang ada didasar media akan berbeda di saat proses filtrasi berlangsung. Perbedaan inilah yang sering disebut dengan kehilangan tekanan (headloss). Kehilangan tekanan akan meningkat atau bertambah besar pada saat filter semakin kotor atau telah dioperasikan selama beberapa waktu. Friksi akan semakin besar bila kehilangan tekanan bertambah besar, hal ini dapat diakibatkan karena semakin kecilnya lubang pori (tersumbat) sehingga terjadi clogging.
FILTER FISIKA
Filter fisika atau filter mekanis
bisa menggunakan berbagai macam media tergantung kreatifitas dan anggaran biaya
yang kita siapkan. Contohnya pakai dakron, pasir, brush, matras dan sebagainya,
dengan kelemahan dan keunggulan masih – masing media. Sistim fisika ini tidak
harus memakai media filter seperti sistim filter yang lain. Sistim filtrasi ini
bisa kita buat tampa media, dengan mengintegrasikan kedalam rancangan kolam itu
sendiri, sehingga rancangan kolam itu di buat sedemikian rupa sehingga sistim
kolam itu sendiri berfungsi sebagai filter fisika.
FILTER KIMIA
Dalam sistim filter ini kita
menggunakan media yang dapat meningkatkan kualitas air dengan proses kimiawi.
Contoh media yang dapat dipakai misalkan, arang, batu zeloit, batu karang,
memakai sinar ultraviolet, dll.
FILTER BIOLOGI
Dalam sistim ini proses penyaringan dengan
proses biologis dengan bantuan bakteri pengurai. Sedangkan media yang digunakan
sifatnya hanya sebagai tempat tinggal bakteri pengurai itu sendiri dan juga
berguna sebagai filter mekanis / fisika. Media yang dapat dipakai misalkan bio
ball, Matras, ring Keramik , atau dapat kita buat sendiri misalkan dari pipa
PVC. Filter biologi dapat juga dengan menggunakan media tanaman air misalkan
Teratai, enceng gondok, dan sebagainya, yang lebih dikenal dengan istilah
vergie filter.
Dari penjelasan di atas mungkin
dapat diambil kesimpulan bahwa membuat design kolam dan filter sangat flexsibel
tergantung sisuasi dan kondisi.
Berikut beberapa media yang biasa
digunakan hobbies dalam sistim filtrasi .
BEBERAPA MEDIA UNTUK FILTER KOLAM
MEDIA
|
FUNGSI
|
KELEBIHAN
|
KEKURANGAN
|
PASIR & BATU KECIL
|
-Penyaring kotoran ( fisika )
-Batu dapat sebagai tempat tinggal
bakteri pengurai ( biologi )
|
- harga murah
|
- design filter sulit biasanya
harus sistim Vertikal
- Batu sebagai tempat tinggal
bakteri pengurai kurang efektif karena membutuhkan jumlah yg banyak.
|
BATU ZELOIT
|
- menyerap zat – zat yang
berbahaya misalkan ammonia ( kimia )
|
- harga relative murah
|
- bila terkena garam akan melepas
kembali zat ammonia yang terserap.
|
IJUK
|
Sebagai penyaring kotoran ( fisika
)
|
- Harga murah, utk di daerah mudah
didapat
|
- mudah busuk, sehingga dapat
berubah menjadi sumber penyakit.
|
DAKRON
|
Sebagai penyaring kotoran ( fisika
)
|
- dapat menyaring kotoran sampai
pada ukuran yang relative kecil.
|
- harus sering dibersihkan dan
mudah rusak sehingga cukup merepotkan.
|
MATRAS
|
Sebagai penyaring kotoran ( fisika
) dan sebagai tempat tinggal bakteri pengurai ( biologi )
|
- dapat berfungsi ganda ( fisika
& biologi ) sehingga cukup efektif dan hemat ruang.
|
-harga relative mahal
|
BIO BALL
|
Sebagai tempat tinggal bakteri
pengurai ( biologi ), sebagai penyaring kotoran (fisika, walau kadang kurang
efektif, tergantung modelnya )
|
- tidak memerlukan perawatan yang
rumit
|
- harga satuan tidak terlalu
mahal, tetapi perlu jumlah yang banyak.
|
SINAR ULTRA VIOLET
|
Sebagai pembunuh bakteri dengan
proses penyinaran ( kimiawi )
|
- dapat membuat air menjadi jernih
sehingga kita dapat maksimal menikmati koi
|
Selain harga relative mahal,
bakteri yang menguntungkan juga ikut terbunuh dalam prosesnya.
|
TANAMAN AIR
|
Nyerap karbon dioksida dan ammonia
|
Harga dapat disesuaikan dan
dapat menambah keindahan kolam
|
Daun – daun dapat mengotori kolam.
|
ARANG
|
Menyerap racun
|
Dapat juga berfungsi sebagai
penyaring kotoran
|
Harga relative murah dan mudah
didapat
|
AERASI
1.
PENGERTIAN AERASI
Aerasi adalah pemambahan oksigen ke dalam air sehingga
oksigen terlarut di dalam air semakin tinggi. Pada prinsipnya aersi itu
mencampurkan air dengan udara atau bahan lain sehingga air yang beroksigen
rendah kontak dengan oksigen atau udara. Aerasi merupakan proses pengolahan
dimana air dibuat mengalami kontak erat dengan udara dengan tujuan meningkatkan
kandungan oksigen dalam air tersebut. Dengan meningkatnya oksigen zat-zat mudah
menguap seperti hiddrogen sulfide dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau
dapat dihilangkan. Kandungan karbondioksida dalam air akan berkurang. Mineral
yang larut seprti besi dan mangan akan teroksidasi mementuk endapan yang dapat
dihilangkan dengan sedimentasi dan filtrasi.
Proses aerasi merupakan peristiwa terlarutnya oksigen di
dalam air. Efektifitas dari aerasi tergantung dari seberapa luas dari permukaan
air yang bersinggungan langsung dengan udara. Fungsi utama aerasi adalah
melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam
air dan melepaskan kandunngan gas-gas yang terlarut dalam air, serta membantu
pengadukan air. Aerasi dapat dipergunakan untuk menghilangkan kandungan gas
terlarut, oksidasi besi dan mangan dalam air, mereduksi ammonia dalam air
melalui proses nitrifikasi.
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen ke dalam
perairan contohnya pada proses aerasi. Sumber utama dalam peraairan adalah
hasil difusi langsung dari udara yang terbawa oleh air hujan maupun air masuk
dan hasil dari fotosintesis fitoplankton atau tanaman hijau. Daya larut oksigen
juga dipengaruhi oleh suhu dan salinitas air. Pada aplikasinya dilapangan
aerasi dan oksigenasi dapat dilihat pada earasi tambak pada kincir air.
Upaya untuk memberikan suplai oksigen secara terus menerus
hingga memenihi kolom perairan tambak dapat digunakan alat kincir, namun
pemakaian yang lebih baik harus memperhatikan flutuasi harian oksigen terlarut
dalam tambak dan kondisi ikan atau udang pemeliharaan. Semakin banyak atau
besar ukuran udang atau ikan peliharaan semakin besar pula kebutuhan oksigen.
Aerasi dan oksigenasi banyak digunakan pada tambak-tambak atau kolam-kolam ikan
dan udang untuk keperluan pemambahan oksigen. Selain untuk menyalurkan oksigen
secara merata di perairan kolam atau tambak proses aerasi dan oksigenasi juga
dapat meratakan suhu di perairan tersebut. Proses aerasi dan oksigenasi pada
tambak sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup udang.
2. Fungsi Aerasi
Aerasi merupakan proses pengolahan
air dengan cara mengontakkan ke udara. Pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi
proses absorpsi (penyerapan gas) dan desorbsi (pelepasan gas). Sedangkan fungsi
dari aerasi adalah:
- Penambahan
julah oksigen
- Penurunan
jumlah karbon dioksida
- Menghilangkan
hidrogen sulfida (Hws), metana (CH4), dan berbagai senyawa organik yang
bersifat volatile (menguap) yang berkaitan dengan rasa dan bau.
- Proses
ini telah digunakan secara luas untuk pengolahan air yang mempunyai kandungan
jumlah besi dan mangan terlalu tinggi (mengurangi kandungan konsentrasi zat
terlarut). Zat-zat tersebut memberikan rasa pahit pada air, menghitamkan
pemasakan beras, dan memberikan noda hitam kecoklat-coklatan pada pakaian yang
dicuci.
3.Proses Aerasi
Oksigen yang ada di udara, melalui
proses aerasi akan bereaksi dengan senyawa ferrous dan manganous terlarut
merubahnya menjadi ferri(FE) danmanganic oxide hydrates yang
tidak bisa larut. Selain itu dilanjutkan dengan pengendapan (sedimentasi dan
penyaringan (filtrasi). Oksigen terhadap senyawa besi dan mangan di dalam air
tidak selalu terjadi dalam waktu cepat. Bila air mengandung zat organik,
pembentukan endapan besi dan mangan melalui aerasi terlihat sangat tidak
efektif.
Pada pengolahan air minum,
kebanyakan dilakukan dengan menyebarkan air agar kontak dengan udara
di atas lempengan tipis atau melaui tetesan-tetesan air yang kecil (waterfall
aerators? Aerator air terjun) atau dengan mencampur air dengan
gelembung-gelembung udara(bubble aerator). Dengan kedua cara tersebut, oksigen
pada air dapat dinaikkan sampai 60-80% (dari jumlah oksigen tertinggi,yakni air
yang mengandung oksigen sampai jenuh. Pada aeraor air terjun, dapat cukup besar
menghilangkan gas-gas yang terdapat dalam air dan cukup berarti menurunkan
karbon dioksida, tetapi tidak memadai bila air yang diolah sangat korosif.
Pengolahan selanjutnya seperti pembubuhan kapur atau dengan saringan marmer
atau dolomite yang dibakar.
SEDIMENTASI
1. PENGERTIAN
SEDIMENTASI
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan
material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari
material-material yang diangkut oleh angin. sedimentasi dapat dibedakan:
a.sedimentasi air terjadi di sungai. b.sedimentasi angin biasanya disebut
sedimentasi aeolis c.sedimentasi gletser mengahasilkan
drumlin,moraine,ketles,dan esker.
hasil dari sedimentasi ini dapat
berupa batuan breksi dan batuan konglomerat yang terendapkan tidak jauh dari
sumbernya, batu pasir yang terendapkan lebih jauh dari batu breksi dan batuan
konglomerat, serta lempung yang terendapkan jauh dari sumbernya.
2.Proses Terjadinya Sedimentasi
Sedimentasi ini terjadi melalui proses pengendapan material
yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan.
Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan
material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand
dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari
material-material yang diangkut oleh angin. Proses tersebut terjadi terus
menerus, seperti batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat
lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau
sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar
sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat
debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan
itu, makin besar pula daya angkutnya. pengendapan material batuan yang telah diangkut
oleh tenaga air atau angin tadi membuat terjadinya sedimentasi.
Meningkatnya aktivitas manusia akhir-akhir ini di sepanjang
aliran sungai telah memberi pengaruh terhadap ekosistem muara. Kegiatan yang
memberikan dampak terhadap muara tersebut antara lain penebangan hutan di
bagian hulu. Kegiatan ini menyebabkan meningkatnya pengikisan tanah di
sepanjang aliran sungai. Sebagai dampaknya jumlah sedimen di dalam sungai
(suspended solid) bertambah dan menyebabkan pendangkalan. Faktor yang
mempengaruhi proses sedimentasi yang terjadi di muara antara lain aktivitas
gelombang dan pola arus.
Menurut Dibyosaputra (1997: 65) besar kecilnya sedimen di
daerah sungai ditentukan melalui transportasi sungai yang disebabkan oleh
adanya kekuatan aliran sungai yang sering dikenal dengan istilah kompetensi
sungai (stream competency), yaitu kecepatan aliran tertentu yang mampu
mengangkut sedimen dengan diameter tertentu. Dengan kata lain bahwa besarnya
sedimen yang terangkat tergantung pada :
a. Debit
sungai
b. Material
sedimen
c. Kecepatan
aliran.
Dengan kekuatan aliran dan faktor lainnya maka ada tiga
bentuk/macam sedimen yang terangkut yaitu:
a. Muatan terlarut (dissolved load)
b. Muatan tersuspensi (suspended load)
c. Muatan dasar (bed load)
Pada saat sungai banjir, maka hydraulic action dapat
melepas dan mengangkut material sedimen dalam jumlah besar. Tidak hanya dari dasarnya
saja tetapi juga menggerus material sepanjang tebing atau tanggul sungai.
Akibatnya tanggul sungai mengalami kerusakan dan terjadila slumping (Dibyosaputra,1997: 65)
Menurut Anonim (2011) Sedimen yang dalam jangka waktu yang
lama mengalami pembatuan atau disebut dengan istilah batuan sedimen, yaitu
suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik
maupun secara kimia dan organik. Proses terjadinya batuan sedimen dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a.
Secara mekanik Terbentuk dari
akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan. Faktor-faktor yang
penting yang mempengaruhi sedimentasi secara mekanik antara lain :
1)
Sumber material batuan sedimen
Sifat dan
komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material asalnya.
Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan jarak
transportasi, tergantung dari presentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.
2)
·Lingkungan pengendapan :
Secara umum lingkungan pengendapan
dibedakan dalam tiga bagian yaitu: Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan
Laut. Ketiga lingkungan pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya
masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu.
3)
Pengangkutan (transportasi) :
Media transportasi dapat berupa air,
angin maupun es, namun yang memiliki peranan yang paling besar dalam
sedimentasi adalah media air. Selama transportasi berlangsung, terjadi
perubahan terutama sifat fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk
dan roundness. Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir
sedimen akan memberi berbagai macam bentuk dan sifat terhadap batuan sedimen.
4)
Pengendapan :
Pengendapan terjadi bilamana
arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah titik daya angkutnya. Ini biasa
terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara sungai, dll.
5)
Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya
berat/gravitasi dari material-material sedimen sendiri, sehingga volume menjadi
berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi ke atas.
6)
Lithifikasi dan Sementasi :
Bila kompaksi meningkat terus
menerus akan terjadi pengerasan terhadap material-material sedimen. Sehingga
meningkat ke proses pembatuan (lithifikasi), yang disertai dengan sementasi
dimana material-material semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi
pori-pori antara butir sedimen.
7)
Replacement dan Rekristalisasi :
Proses replacement adalah proses
penggantian mineral oleh pelarutan-pelarutan kimia hingga terjadi mineral baru.
Rekristalisasi adalah perubahan atau pengkristalan kembali mineral-mineral
dalam batuan sedimen, akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang relatif
rendah.
8)
Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang
terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik tekstur maupun komposisi mineral
sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika.
b.
Secara Kimia dan Organik
Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme
atau akumulasi dari sisa skeleton organisme. Sedimen kimia dan organik dapat
terjadi pada kondisi darat, transisi, dan lautan, seperti halnya dengan sedimen
mekanik.
Masing-masing
lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan biologis
parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimen dicirikan
oleh tekstur, struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada badan-badan
khusus seperti endapan dari batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah bentuk
mengacu pada unit stratigrafik dibedakan oleh lithologic, struktural, dan
karakteristik organik terdeteksi di lapangan. Sebuah bentuk sedimen dengan
demikian unit batu itu, karena deposisi dalam lingkungan tertentu, memiliki
pengaturan karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik
seperti warna, lithology, tekstur, dan struktur sedimen. Biogfacies
didefinisikan pada karakteristik palentologic dasar. Inti penekanan adalah
bahwa lingkungan depositional menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik
properti dari bentuk sedimen yang pada gilirannya merupakan refleksi dari kondisi
lingkungan deposional.
Hasil proses sedimentasi di suatu tempat
dengan tempat lain akan berbeda. Berikut adalah ciri bentang lahan akibat
proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
a) Pengendapan oleh air sungai
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen
akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain meander,
oxbow lake, tanggul alam, dan delta.
(1) Meander
Meander, merupakan sungai yang berkelok-kelok yang
terbentuk karenaadanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai
dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu, volume airnya kecil dan tenaga yang
terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari
jalan yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi
pengendapan.
Pada bagian tengah, yang wilayahnya datar maka aliran
airnya lambat,sehingga membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi
sungai, baikbagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya
cepat, akanterjadi pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai yang lamban
alirannya, akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara
terus-menerus akan membentuk meander.
(2) Oxbow lake
Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir,
sebab pengikisan dan pengendapan terjadi secara terus-menerus. Proses
pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan kelokan
sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, sehingga terbentuk oxbow
lake, atau disebut juga sungai mati.
(3)
Delta
Pada
saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut, kecepatan alirannya
menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir
akan diendapkan, sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh
aliran air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-lapisan sedimen.
Akhirnya lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai
yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembentukan
delta harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai
harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus di sepanjang pantai
tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini
adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.
(4)
Tanggul alam
Apabila
terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi
banjir dan air meluap hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-bahan
yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya,
terbentuk suatu dataran di tepi sungai.
Timbulnya
material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi
sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam
itu disebut tanggul sungai. Selain itu, juga terdapat tanggul pantai sebagai
hasil dari proses pengendapan oleh laut. Kedua tanggul tersebut merupakan
tanggul alam, karena proses terbentuknya berlangsung alami hasil pengerjaan
alam
b)
Pengendapan oleh air laut
Batuan
hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air
laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air
laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.
Pesisir
merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas
material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi
tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus
pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan
arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang
dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material.
Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan
laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut,
spit akan semakin panjang. Kadang-kadang spit terbentuk melewati teluk dan
membetuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar split terdapat
pulau maka spit tersambung dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.
c)
Pengendapan oleh angin
Sedimen
hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam
hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk
pasir terjadi akibat akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin
yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat
secara bertahap, sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk
pasir.
d) Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen
glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang
semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan
oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil
pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang
semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
Berdasar
Tenaga Pengendap
- Sedimen
yang terbentuk sebagai akibat dari aktivitas air disebut dengan sedimen
akuatis.
- Sedimen yang terbentuk sebagai akibat dari
aktivitas angin disebut dengan sedimen
aeolis.
- Sedimen yang terbentuk sebagai akibat dari aktivitas
gletser disebut dengan sedimen glasial.
Berdasarkan
Tempat Pengendapan
-
Sedimen yang diendapkan di darat disebut dengan sedimen
teristris
-
Sedimen yang diendapkan di sungai disebut dengan
sedimen fluvial
-
Sedimen yang diendapkan di danau disebut dengan sedmen
limnis (lakustrin)
-
Sedimen yang diendapkan di laut disebut dengan sedimen
marine.
-
Sedimen yang diendapkan di bawah lereng terjadinya
gletser disebut dengan sedimen morain (glacial till).
Bentukan Alam
Hasil Sedimentasi
-
Di muara sungai yang besar sering terbentuk
endapan-endapan pasir dan lumpur yang disebut dengan delta.
-
Pada saat sungai banjir, maka banyak material yang
diendapkan di sisi kanan-kiri dari sungai tersebut dan membentuk suatu tanggul
yang disebut dengan tanggul alam.
-
Endapan yang terjadi di tengah sungai dan muncul pada
saat air sungai surut disebut dengan gosong sungai.
-
Endapan yang terjadi di kaki-kaki bukit dan bentuknya
seperti kipas, disebut dengan kipas aluvial.
-
Endapan yang terjadi di daerah pantai atau gurun dapat
berupa gumuk pasir (sand dune)
PENGAPURAN
1. Pengertian Pengapuran
Pengapuran adalah pemberian kapur ke
dalam tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena
tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unur
hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan
(Hardjowigeno, 1992).
Menurut
Ratnawati (2008), Pengapuran adalah salah satu bentuk dari remediasi selain
pengoksidasian dan pembìlasan tanah Untuk mengatasi Permasalahan utama pada
tambak tanah sulfat masam antara lain: pH rendah (S 3,5); kurang tersedia
fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium kandungan unsur molibdium (Mo) dan besi
(Fe) serìng berlébihan sehingga dapat meracuni organisme; serta kelarutan
aluminium (Al) sering tinggi sehingga merupakan penghambat ketersediaan P.
Penambahan pupuk, terutama yang mengandung P sering tidak bermanfaat pada tanah
masam ini bila unsur-unsur toksìk sepertì AI, Fe, dan Mn tidak diatasi.
2 Fungsi
Pengapuran
Pengapuran berguna untuk memperbaiki
keasaman (pH) dasar tambak. dasar tambak yang ber-pH rendah dapat menyebabkan
rendahnya pH air tambak. oleh karena itu, perbaikan pH air tambak harus dimulai
dari perbaikan pH tanah dasar tambak. selain untuk memperbaiki keasaman dasar
tambak, kapur juga berfungsi sebagai desinfektan dan penyedia unsur hara
(fosfor) yang dibutuhkan plankton. tanah dasar tambak yang mengandung pirit
harus direklamasi terlabih dahulu selama kurang lebih 4 bulan sebelum diberi
kapur sejumlah 2-2,5 ton/ha (Suyanto et.al 2009).
Kapur yang digunakan di tambak
berfungsi untuk meningkatkan kesadahan dan alkalinitas air membentuk sistem
penyangga (buffer) yang kuat, meningkatkan pH, desinfektan, mempercepat
dekomposisi bahan organik, mengendapkan besi, menambah ketersediaan unsur P,
dan merangsang pertumbuhan plankton serta benthos (Chanratchakool, 1995).
Menurut kordi et al (2010), fungsi pengapuran antara lain:
1) Meningkatkan pH tanah dan
air
2) Membakar jasad jasad renik
penyebab penyakit dan hewan liar
3) Mengikat dan mengendapkan
butiran lumpur halus
4) Memperbaiki kualitas tanah
5) Kapur yang berlebihan dapat
mengikat fosfat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton
Manfaat
pengapuran menurut murtidjo (1988) diantaranya:
1) menormalkan asam-asam bebas
dalam air, sehingga pH meningkat
2) mencegah kemungkinan
terjadinya perubahan pH air atau tanah yang mencolok
3) mendukung kegiatan bakteri
pengurai bahan organik sehingga garam dan zat hara akan terbebas.
4) mengendapkan koloid yang
melayang layang dalam air tambak
3 Teknik-Teknik Pengapuran
Menurut
Mahyudin (2008), Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar merata di
permukaan tanah dasar kolam. setelah pengapuran selesai, tanah dasar kolam
dibalik dengan cangkul sehingga kapur bisa lebih masuk ke dalam lapisan tanah
dasar. pengapuran untuk kolam semen dan terpal dilakukan dengan cara dinding
kolam dan dasar terpal dikuas dengan kapur yang telah dicampuri air .
Menurut kordi et al (2010). Sebelum
mengapurnya, kita harus mengeringkan tambak terlebih dahulu. Tebarkan kapur
secara merata di permukaan tambak dengan jumlah yang disesuaikan dengan luas
tambak dan tekstur tanah. Kapur yang diperlukan adalah kapur pertanian atau
kapur lain dengan takaran disesuaikan dengan pH tanah.
Menurut Ratnawati (2008), Pengapuran yang dilakukan dìbagi
atas 2 tahap yaitu pengapuran dasar dan pengapuran susulan. Pengapuran dasar
dìlakukan setelah pengerìngan tambak dengan dosis 1.000--1.875 kg/ha yang ditebaŕ
secara merata ke permukaan tanah dasar tambak,‘tergantung pH tanah dasar
tambak.
Adapun cara-cara pengapuran tambak agar memperoleh hasil
yang baik, menurut murtidjo (1988) diantaranya:
1. tanah dasar tambak setelah
pengeringan digali dengan kedalaman sekitar 0,1 meter, selanjutnya dicampur
dengan kapur dan diaduk
2. pengadukan harus baik dan
benar hingga merupakan adonan yang homogen serta sempurna
3. setelah adonan sempurna,
bisa dikembalikan dan diratakan pada dasar tambak
4. pengapuran dilakukan setiap
musim penebaran benur atau nener
Menurut
Kholis (2010), Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar merata
dipermukaan tanah dasar kolam. setelah pengapuran selesai, tanah dasar kolam
dibalik dengan menggunakan cangkul sehingga kapur bisa lebih masuk ke dalam
lapisan tanah dasar, pengapuran untuk kolam semen dan terpal dilakukan dengan
cara dinding kolam dan terpal dikuas dengan kapur yang telah dicampur air.
Cara Pengapuran Tambak menurut Tim Perikanan WWF Indonesia
(2011) yaitu periksa pH tanah pada beberapa titik yang berbeda pada dasar
tambak dengan menggunakan alat pengukur pH hingga sesuai dengan yang
diharapkan.
pH 4-5 digunakan kapur 500 - 1000 kg/ha.
pH 5-6 digunakan kapur
250 - 500 kg/ha.
pH > 6 digunakan dolomit 100 – 250 kg/ha.
Pemberian kapur
harus disesuaikan dengan tekstur dan pH tanah. Kemudian dolomit/kapur
ditebarkan ke seluruh dasar dan pematang tambak dan tambak siap diisi sampai
ketinggian yang dinginkan.
4 Jenis-Jenis
Kapur Yang Biasa Dipakai Dalam Pengapuran Tambak
Menurut
Ratnawati (2008), jenis kapur yang digunakan pada kegiatan budidaya udang
tradisional plus ini adalah kapur dolomite (Ca Mg(CO3)2,
karena kapur ini memiliki pengaruh yang lebih lama, mudah diperoleh,
meninggalkan residu dan kecepatan reaksìnya lebih lambat, sertajuga mengandung
Mg selaìn Ca.
Menurut
Kholis (2010), Jenis kapur yang biasa digunakan untuk pengapuran kolam
adalah kapur aktif atau kapur tohor (CaO) dan kapur pertanian (CaCO3)
atau CaMg(CO3)2. Kapur tohor atau kapur sirih adalah
kapur yang pembuatannya melaluin proses pembakaran. bahan penyusunnya berupa
batuan tohor gunung dan kulit kerang. Kapur pertanian adalah kapur karbonat
yang bahan penyusunnya berupa batuan kapur tanpa melaluin proses pembakaran,
tetapi langsung digiling. terdapat dua macam kapur pertanian, yaitu kalit dan
dolomit. kalsit bahan bakunya didominasi oleh kandungan karbonat dan sedikit
magnesium (CaCO3), sementara dolomit bahan bakunya didominaso oleh
kalsium karbonat dan magnesium karbonat (CaMg(CO3)2).
Jenis kapur yang dapat diaplikasikan di tambak TSM menurut
Sammut et.al. (2011) yaitu kapur karbonat, kapur oksida dan kapur
hidrat.
Kapur
karbonat : kapur karbonat diperoleh dengan menggiling batu kapur tanpa
pemanasan. yang tergolong kapur karbonat adalah:Kalsit (CaCO3) dan
dolomit (CaMg(CO3)2)
Kapur
oksida : kapur ini diproduksi setelah pemanasan kapur karbonat. kapur oksida
dikenal pula sebagai kapur bakar atau kapur tohor (CaO)
Kapur
hidrat : kapur ini diperoleh dengan menambahkan air pada kapur oksida. kapur
hidrat dikenal pula dengan nama kapur bangunan atau kapur tembok Ca(OH)2
Kesesuaian
jenis kapur untuk digunakan sebagai material penertal tergantung pada beberapa
faktor antara lain kekuatan menetralisir, harga, tingkat reaksi dengan tanah,
tingkat kehalusan butir, dan kemudahan untuk digunakan/tidak beresiko. Biasanya
dolomit dan kalsit yang lebih umum digunakan oleh para petani tambak dengan
alasan tersebut di atas. Kapur dolomit memiliki pengaruh lebih lama, mudah
diperoleh, tidak meninggalkan residu dan kecepatan reaksi lebih lambat.
5 Dosis Kapur Dalam
Pengapuran Tambak
Sebelum menentukan dosis kapur pada persiapan tambak, maka
perlu diketahui cara pengukuran pH menggunakan pH meter. Setelah nilai pH tanah
diketahui maka dosis kapur yang digunakan disesuaikan dengan tingkat keasaman
tanah.
Menurut
Amri (2002), kebutuhan kapur per hektar tambak tergantung dari derajat keasaman
tanah tambak (pH). Umumnya, tambak yang sudah beberapa kali digunakan untuk
pemeliharaan udang akan ber-pH rendah karena telah terjadi proses pembusukan
bahan organik berupa sisa pakan dan kotoran udang sehingga menghasilkan asam
dari proses oksidasi. semakin rendah pH tanah, jumlah kapur yang diperlukan
juga semakin banyak.
6 Metode Penentuan Dosis
Kapur
Istilah kebutuhan kapur digunakan untuk menyatakan jumlah
kapur yang harus diberikan pada tanah untuk pertanaman tertentu. Kebutuhan
kapur juga digunakan untuk menyatakan jumlah kapur atau kesetaraannya yang
harus diberikan pada tanah untuk menaikan pH tanah menjadi pH 5,5 dari pH 3,75.
Angka-angka yang diperoleh dari suatu carapenentuan kebutuhan kapur harus
dikalikan dengan indeks netralisasi, tergantung pada susunan serta kehalusan
bahan yang digunakan dalam pengapuran dan jumlah yang mungkin dapat
tercuci.(Kaderi,2001)
7 Faktor-Faktor Yang Perlu
Diperhatikan Dalam Pengapuran Tambak
Kolam hendaknya dicangkul terlebih
dahulu agar proses pengapuran menjadi lebih sempurna. tanah yang dicangkul
kurang lebih mencapai kedalaman 20cm dan diberi air sehingga menjadi
macak-macak (becek). selanjutnya kapur ditebarkan secara merata (Afrianto
1992).
dan
diratakan pada pelataran tambak
Untuk tambak yang bertanah asam, pengapuran tambak harus
dilakukan setiap musim tanam. dengan demikian, produktivitas tambak tetap
terjamin
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
menurut Soemarno 2012 :
1. Idealnya paling lambat
pengapuran dilakukan 2 minggu sebelum tanam, karena bahan kapur termasuk bahan
yang lambat bereaksi dengan tanah.
2. Setelah pengapuran sebaiknya tanah
dicangkul (dibajak) agar kapur bisa merata masuk dekat zona perakaran.
3. Pengairan
setelah pengapuran sangat diperlukan.
4. Peningkatan pH
tidak bisa terjadi seketika, melainkan pelan dan bertahap.
5. Dosis kapur
disesuaikan pH tanahnya, tetapi sebagai pedoman praktis dosis berkisar 500
kg/Ha 2 ton/Ha.
Desinfektan
Desinfektan
didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan
virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang
dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur
dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk
proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Pada
dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik
karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus
memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras.
Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara
dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada
kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam
proses sterilisasi.
Bahan
kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat
menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan
dimatikan. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik
(pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya
difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan
serta aplikasinya.
Banyak
bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya
dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan
kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang
mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu
senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol
dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan
pengoksidasi, dan golongan biguanida.
Telah
dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan
glutaraldehid) dan halogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme Staphylococcus
aureus dan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan
tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan
halogen yang dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol .
Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol negatif dan
larutan aldehid dan halogen dalam pengenceran 1 : 100 sampai 1 : 500 dicampur
dengan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi
resisten ampisilin yang telah diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan
bakteri masih dapat tumbuh. Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara
membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan pengenceran tertentu yang
sedang diuji. Hasil dari uji koefisien fenol menunjukan bahwa disinfektan
turunan aldehid dan halogen lebih efektif membunuh bakteri Staphylococcus
aureus dengan nilai koefisien fenol 3,57 ; 5,71 ; 2,14 ; 2,14
berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit, begitu
juga dengan bakteri Salmonella typhi, disinfektan aldehid dan halogen
masih lebih efektif dengan nilai koefisien fenol 1,81 ; 2,72 ; 2,27 dan 2,27
berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit.
Disinfeksi
dan antiseptik
Desinfeksi
adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara
fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi
permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik
adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada
jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat
pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari
toksisitasnya.
Sebelum
dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris
organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Macam-macam
desinfektan yang digunakan:
- Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa. - Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam. - Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus. - Senyawa
halogen. Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan
ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat
pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros,
Domestos, dan Betadine).
- Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium. - Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).
Desinfeksi
permukaan
Disinfektan
dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan
menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan
“tingkat tinggi” dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes,
tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk
mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti
iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit :
- Iodophor
dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap
hari dengan akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif
namun kurang efektif bagi kain atau bahan plastik.
- Derivat
fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan
perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari.
Keuntungannya adalah “efek tinggal” dan kurang menyebabkan perubahan warna
pada instrumen atau permukaan keras.
- Sodium
hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 :
10 hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati
untuk beberapa jenis logam karena bersifat korosif, terutama untuk
aluminium. Kekurangannya yaitu menyebabkan pemutihan pada pakaian dan
menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang.
Untuk
mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan
diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas “tingkat menengah” bila
permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati.
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme
penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat
mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme
patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin
dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang
ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.
2.
Sepuluh kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu
:
a) Bekerja dengan cepat untuk
menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
b) Aktivitasnya tidak
dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
c) Tidak toksik pada hewan dan
manusia
d) Tidak bersifat korosif
e) Tidak berwarna dan
meninggalkan noda
f) Tidak berbau/ baunya
disenangi
g) Bersifat biodegradable/
mudah diurai
h) Larutan stabil
i)
Mudah
digunakan dan ekonomis
j)
Aktivitas
berspektrum luas
3. Variabel dalam desinfektan
- Konsentrasi
(Kadar)
Konsentrasi yang digunakan
akan bergantung kepada bahan yang akan didesinfeksi dan pada organisme yang
akan dihancurkan.
- Waktu
: Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable
- Suhu
: Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia
4. Macam-Macam Desinfektan Dan
Antiseptik
1. Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air
raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, yang
disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan suatu eksperimen.
Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan alat-alat yang
terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun demikian, orang masih
biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk
tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat.
2. Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri
mempunyai daya bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya selektif terhadap
bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau
dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat
pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu mekanisme reproduksi
sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain
yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau
cemerlang.
3. Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air
minum. persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium merupakan desinfektan
yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.
4. Fenol dan senyawa-senyawa
lain yang sejenis
Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai
desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol. Lisol
ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih banyak
digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama lain
untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga
desinfektan menjadi menarik.
5. Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat
produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa senyawa yang dikenal sebagai
kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak dirusak
oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan) pada
jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk
benda mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan
pada kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
6. Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling
biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol
biasa digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai pengawet).
7. Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik
apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat efektif di daerah tertutup
sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%, formaldehida
dikenal sebagai formalin.
8. Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen
oksida merupakan agen pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat
efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida yang berharga
adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi
yang manapun yang tidak tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan
secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka tong
tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah
sebagian besar udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen
oksida.
9. Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang
sedang, karena kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi
sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di
dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.
10.
Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang
sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang
tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri
vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena betapropiolakton dalam larutan
cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga
setelah beberapa jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa.
11.
Senyawa
Amonium Kuaterner
Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar
senyawa yang empat subtituennya mengandung karbon, terikat secara kovalen pada
atom nitrogen. Senyawa – senyawa ini bakteriostatis atau bakteriosida,
tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada umumnya, senyawa-senyawa ini
jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif daripada organisme
gram-negatif.
12.
Sabun
dan Detergen
Sabun bertindak terutama sebagai agen
akti-permukaan;yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting
karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun
dan dibuang melalui proses pencucian.
13. Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan
persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai penghambat
pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama
bangsa kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu tenggorokan, Pneumococcus,
Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamide.
14.
Antibiotik
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh
mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya
penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.
BAB 2 .AMDAL
1. AMDAL dan ANDAL
AMDAL
atau analisa mengenai dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak
suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan. Amdal dirumuskan sebagai suatu analisa suatu
dampak lingkungan dari suatu proyek yang meliputi suatu pekerjaan evaluasi dan
pendugaan dampak proyek dari bangunannya, prosesnya maupun sistim dari proyek
terhadap lingkungan yang berlanjut kelingkungan hidup manusia, yang meliputi
penyusunan PIL, TOR Andal, RKL dan RPL
Andal
atau analisa dampak lingkungan adalah terjemahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan
2.
Dampak
Dampak atau impac dapat diartikan sebagai adanya suatu
benturan antara dua kepentingan yaitu kepentingan pembangunan proyek dan
kepentingan usaha melestarikan lingkungan.
Apabila diidentifikasikan dampak ialah setiap perubahan yang terjadi
dalam lingkungan akibat adanya aktivitas manusia.
3. Perlunya Amdal
mengapa Amdal harus dilakukan dan mengapa perlu Andal
pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan dua argumentasi sebagai berikut:
a. Amdal
harus dilakukan untuk proyek yang akan diabangun karana UU dan PP menghendaki
demikian. Apabila tidak melaksanakan
kemungkinana perizinan untuk membangun proyek tidak didapat.
b. Amdal harus dilakukan agar kualitas
lingkungan tidak rusak karena adanya proyek-proyek pembangunan. Disamping itu
untuk menjamin tujuan proyek-proyek pembangunan yang bertujuan agar
kesejahteraan masyarakat tercapai tanpa merusak lingkungan hidup.
4. Siapa yang harus melakukan AMDAL
Pelaksanaan
kegiatan Amdal dilakukan oleh Tim Amdal atas permintaan pemrakarsa proyek dalam
hal ini adalah perusahaan yang akan menjalankan proyek. Oleh karena itu
pemrakarsa haruslah membiayai dalam pelaksanaan Amdal.
Tanggung
jawab pemilik proyek untuk menyelenggarakan Amdal bukan berarti bahwa
pemrakarsa tersebut yang melakukan sendiri akan tetapi menyerahkan pelaksanaan
Amdal kepada konsultan swasta atau pihak lain atas dasar pemerintah.
5.
Pendekatan Studi AMDAL
a.
Pendekatan AMDAL Kawasan, Yang dimaksud dengan AMDAL
kawasan yakni penyusunan studi
AMDAL bagi jenis usaha/kegiatan yang berlokasi di dalam suatu kawasan yang
telah ditetapkan atau berada dalam kawasan/zona pengembangan wilayah yang telah
ditetapkan pada kesatuan hamparan ekosistim.
b. Pendekatan AMDAL
Terpadu yang dimaksud dengan AMDAL Terpadu yakni penyusunan
studi AMDAL bagi jenis usaha/kegiatan terpadu, baik dalam perencanaan, proses
produksinya maupun pengelolaannya dan melibatkan lebih dari satu instansi yang
membidangi kegiatan tersebut serta berada dalam satu kesatuan hamparan
ekosistim
c. Pendekatan AMDAL Tunggal Yang dimaksud dengan AMDAL tunggal yakni penyusunan atau pembuatan
studi AMDAL diperuntukkan bagi satu
jenis usaha dan /kegiatan dimana kewenangan pembinaannya dibawah satu instansi
yang mebidangi jenis usaha dan/atau kegiatan tersebut
1.
Peranan Dalam
Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan
lingkungan baru dapat dilaksanakan apabila rencana pengelolaan telah disusun.
Rencana pengelolaan baru dapat disusun apabila telah diketahui dampak
lingkungan yang akan terjadi akibat proyek pembangunan. Pendugaan biasa berbeda dengan
kenyataan hal ini disebabkan:
a.
Penyusunan
laporan Andal kurang baik
b.
Pemilik proyek
tidak menjalan proyeknya sesuai dengan yang tertulis di dalam laporan. Terutama saran
penanganan dampak negatif.
2.
Peranan Dalam Pengelolaan Proyek
Agar
dapat diketahui peranan andal di dalam proyek terlebih dahulu harus diketahui
fase-fase dari pengelolaan proyek. Fase tersebut sebagai berikut:
a.
Fase
identifikasi
b.
Fase
Studi kelayakan
c.
Fase
desain kerekayasaan atau rancangan
d.
Fase
pembangunan proyek
e.
Fase
beroprasi
f.
Fase
proyek berhenti.
3.
Peranan Dalam Pengembilan Keputusan
Salah satu tugas dari pemerintah
adalah mengawasi dan mengarahkan serta menghindarkan akibat-akibat yang dapat
ditimbulkan dari suatu proyek terhadap lingkungan. Untuk itu proyek harus
menyajikan PIL sebagai alat pemerintah
untuk memutuskan apakan proyek harus Andal atau tidak.
Dengan
mempelajari Andal pengambilan keputusan mencoba melihat:
a.
Apakah akan ada
dampak pada kualitas lingkungan hidup
b.
Apakah akan
menimbulkan pertentangan dengan proyek yang lain
c.
Apakah akan timbul
dampak negatif yang tidak dapat ditoleransi oleh masyarakat serta membahayakan
keselamatan masyarakat
d.
Sejauh mana
pengaruhnya pada pengaturan lingkungan yang lebih luas.
Keputusan yang dapat diambil
oleh pemerintah ialah:
a.
proyek
tidak boleh dibangun
b.
proyek
bole dibangun sesuai usulan
c.
proyek
boleh dibangun tetapi dengan saran-saran tertentu
4.
Sebagai Dokumen Yang Penting
Laporan Andal merupakan dokumen yang penting sebagai
sumber informasi yang cukup detail mengenai keadaan lingkungan pada waktu
penelitian, proyeknya dan gambaran keadaan lingkungan di masa yang akan datang
meliputi:
a.
Dampak-dampak yang akan dapat dihindari
b. Alternatif-alternatif aktifitas
c. Dampak jangka panjang dan pendek
d.
Dampak yang dapat menimbulkan kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki.
5.
Kepentingan berbagai pihak
5.1. Kegunaan
bagi Pemerintah
a.
Mencegahagar
potensi alam yang dikelola tidak rusak
b.
Menghidarkan
rusaknya sumber daya alam lain di luar lokasi proyek
c.
Menghindarkan
perusakan lingkungan hidup seperti pencemaran dan kebisingan.
d.
Menjamin manfaat
yang jelas bagi masyarakat
5.2.
Kegunaan Bagi Pemilik Proyek
a.
Melindung proyek
agat tidak melanggar UU
b.
Melindungi proyek
dari tuduhan pelanggaran suatu dampak negatif yang sebenarnya tidak dilakukan
c.
Melihat masalah
yang akan dihadapi di masa akan datang
d.
Mempersiapkan
cara-cara pemecahan masalah yang akan di hadapi.
e.
Sebagai sumber
informasi lingkungan di sekitar lokasi proyek.
f.
Sebagai
bahan analisis pengelolaan dan sasaran proyek
g.
Menemukan
keadaan lingkungan yang membahayakan proyeknya (banjir, longsor, gempa bumi
5.3.
Kegunaan Bagi Pemilik Modal
b.
Menjamin
modal yang dipinjam dapat mencapai tujuan
c.
Menjamin bahwa
modal yang dipinjam dapat dikembalikan
d.
Menentukaan
prioritas pinjaman
5.4.
Kegunaan Bagi Masyarakat
a.
Dapat
mengatahui pembangunan di daerahnya
b.
Mengathui perubahan
lingkungan yang akan terjadi
c.
Turut serta dalam
pembangunandi daerah sejak awal
d.
Pemahaman
mengenai proyek mencegah salah paham
e.
Mengetahui hak dan
kwajiban dalam mengelola kualitas lingkungan.
5.5.
Kegunaan Lainnya
a.
Kegunaan di dalam analisis, kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan.
b.
Penelitian
c.
Peningkatan
keterampilan dan pengetahuan dalam penelitian
d.
Tumbuhnya
konsultan ANDAL yang baik
e.
Pembangunan
Iptek
PENAPISAN
Kegiatan proyek pembangunan akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan. Dampak dapat berupa dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif dan negatif dapat di kelompokkan menjadi dampak penting dan
dampak tidak penting. Untuk itu sebelum proyek tersebut berjalan maka harus
dilakukan penapisan untuk menentukan apakah proyek yang akan dilaksanakan
memiliki dampak penting atau tidak penting. Kegiatan penapisan dilakukan oleh
instansi yang membidangi proyek tersebut.Hasil penapisan diserahkan ke kantor
Menteri Lingkungan Hidup untuk dibuatkan KEPMEN yaitu KEPMENLH no. 39 tahun 1996 tentang prosedur
dan tata laksana AMDAL, UKL dan UPL..
Proses Dalam Penapisan
UKL AMDAL
INSTANSI RKL
SKOPING
(PELINGKUPAN)
1. Pengertian Skoping
Istilah
skoping dalam Amdal dapat diartikan sebagai proses untuk menemukan atau
menetapkan dampak penting atau disebut pula sebagai masalah utama dari suatu
proyek terhadap lingkungan. Untuk mendapatkan hasil skoping yang lebih baik
maka tim dapat mempelajari pustaka-pustaka, laporan Amdal dan hasil pemantuan
proyek yang sama.
2. Kegunaan
Skoping
Pembatas
dalam studi Amdal adalah waktu dan biaya. Waktu yang tersedia umumnya 6-12
bulan jarang sekali ada yang lebih dari itu. Berhubung adanya pembatasan waktu
dan biaya maka perlu diadakan seleksi komponen yang akan diteliti, yaitu hanya
yang mendapat dampak yang nyata atau penting. Dalam seleksi ini digunakan
metode skoping. Sehingga kegunaan skoping dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.
Identifikasi
dampak penting
b.
Menetapkan komponen
lingkungan yang terkena dampak
c.
Menetapkan strategi
penelitian pada komponen yang akan terkena dampak
d.
Menetapkan
parameter atau indikator dari komponen yang akan diukur.
e.
Efesiensi
waktu dan biaya
3. Macam Skoping
a.
Skoping Sosial
adalah proses skoping yang menetapkan dampak penting berdasarkan pandangan dan
penelian masyarakat
b.
Skoping Ekologi
adal;ah proses skoping yang menetapkan dampak penting berdasarkan pada
nilai-nilai ekologi
c.
Skoping
kebijaksanaan dan perencanaan adalah proses skoping untuk menetapkan secra
cepat pilihan dari suatu pembangunan proyek, menganalisa masalah-masalah yang
akan timbul sejak awal dan juga akan menghasilkan saran-saran strategi di dalam
menjalankan suatu proyek. Skoping ini dilakukan oleh instansi pemerintah bukan
tim Amdal.
KA- ANDAL
1. Pengertian
Kerangka Acuab Andal adalah ruang lingkup studi analisis
dampak lingkungan hidup yang merupakan hasli pelingkupan yang telah disepakati
oleh pemrakarsa, penyusun AMDAL dan Komisi AMDAL.
2. Tujuan dan
Fungsi Ka Andal
Tujuan penyusunan Ka Andal adalah :
a.
Merumuskan ruang
lingkup dan kedalaman studi ANDAL
b.
Mengarahkan studi
ANDAL agar berjalan secara efektif dan efesien sesuai dengan biaya, tenaga, dan
waktu yang tersedia.
Fungsi dokumen KA
ANDAL adalah:
a.
sebagai rujukan
penting bagi pemrakarsa, instansi yang membidangi rencana usaha atau kegiatan,
dan penyusunan studi AMDAL tentang lingkup dan kedalaman studi ANDAL
yang akan dilakukan.
b.
Sebagai salah satu
bahan rujukan bagi penilai dokumen ANDAL untuk mengevaluasi hasil studio ANDAL.
3. Dasar
pertimbangan penyusunan KA-ANDAL
3.1. Keanekaragaman
Rencana usaha dan kegiatan terhadap lingkungan hidup pada
umumnya sangat beranekaragam. Keanekaragaman rencana usaha dan atau kegiatan
dapat berupa keanekaragaman bentuk, ukuran, tujuan, sasaran. Demikianpula rona
lingkungan hidup akan berbeda menurut letak geografis, keanekaragaman faktor
lingkungan, pengaruh manusia. Karena itu tata kaitan antara keduanya tentu akan
sangat bervareasi pula. Dengan demikian
KA-ANDAL diperlukan untuk
memberikan arahan tentang komponen usaha atau kegiatan manakah yang harus
ditelaah dan komponen lingkungfan hidup manakah yang harus diamati selama
menyusun ANDAL.
3.2. Keterbatasan Sumber
Daya
Penyusunan KA-ANDAL acap kali dihadapkan dengan
keterbatasan sumber daya, seperti: keterbatasab waktu, dana, tenaga, metode
dsb. Dalam KA-ANDAL ditonjolkan upaya untuk menyusun prioritas manakah yang harus diutamakan agar
tujuan ANDAL terpenuhi meski sumber daya
terbatas.
3.3 Efesien
Pengumpulan data dan informasi untuk kepentingan ANDAL
perlu dibatasi pada faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan kebutuhan.
Dengan cara ini ANDAL dapat diperlakukan secar efesien.
4. Pihak yang
Terlibat dalam Penyusunan KA-ANDAL
Pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam penyusun
KA-ANDAL adalah pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab , dan penyusun
studi ANDAL. Namun dalam pelaksanaan penyusun KA-ANDAL harus senantiasa melibatkan para pakar dan
masyarakat.
5. Wawasan KA-ANDAL
a.
Dokumen KA-ANDAL
harus menampung berbagai aspirasi tentang hal-hal yang dianggap penting untuk
ditelaah dalam studi ANDAL menurut pihak –pihak yang terlibat.
b.
Dalam studi AMDAL
perlu ditelaah dan dievaluasi
masing-masing alternatif dari rencana usaha yang dipandang layak/baik dari segi
lingkungan hidup, teknis, maupun ekonomis sebagai upaya untuk mencegah
timbulnya dampak negatif yang lebih besar.
c.
Perlu memperhatikan
beberapa komponen dibawah ini :
1)
Komponen lingkungan
hidup yang ingin dipertahankan dan dijaga serta dilestraikan fungsinya: hutan
lindung, hutan konservasi, sumber daya air, keanekaragaman hayati, kualitas
udara, warisan alam dan Budaya.
2)
Komponen lingkungan
hidup yang akan berubah secara mendasar dan perubahan tersebut dianggap penting
oleh masyarakat sekitar, seperti: Pemilik dan penguasaan lahan, kesempatan
kerja dan saha, taraf hidup masyarakat dan kesehatan masyarakat.
d.
Pada dasarnya dampak lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
suatu rencana memiliki hubungan sebab akibat.
Sistematika Penyusunan KA-ANDAL
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berisi uraian secara singkat
latar belakang dilaksanakannya studi
ANDAL ditinjau dari :
a.
Tujuan dan Kegunaan
proyek
b.
Peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan rencana kegiatan, rona lingkungan yang
terkena isu-isu pokok.
c.
Kebijakan Regional,
lokal dan perusahaan terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup.
2. Tujuan dan
Kegunaan Studi
Tujuan dilaksanakannya studi ANDAL adalah:
a.
Mengidentifikasi rencana
usaha atau kegiatan yang akan dilakukan terutama yang menimbulkan dampak besar
dan penting bagi lingkungan hidup.
b.
Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup terutama yang akan
terkena dampak besar dan penting.
c.
Memprakirakan
dampak dan mengevaluasi dampak besar dan penting terhadap lingkungan.
Kegunaan studi ANDAL adalah:
a.
Membantu
pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak dari segi
lingkungan hidup, teknis dan ekonomis.
b.
Mengitergrasikan
pertimbangan lingkungan hidup dalam tahap perencanaan rinci dari suatu usaha.
c.
Sebagai pedoman
untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
BAB II. RUANG
LINGKUP STUDI
1. Lingkup Rencana
Usaha yang akan ditelaah.
a.
Berisi uraian
secara singkat mengenai rencana usaha atau kegiatan penyebab dampak yang sesuai
dengan jenis rencana usaha yang akan dilaksanakan.
b.
Komponen usaha atau
kegiatan yang akan ditelaah yang berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan.
c.
Uraian secara
singkat mengenai kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar rencana usaha berserta
dampak-dampak yang akan ditimbulkanya terhadap lingkungan hidup.
Dalam penjelasan ini dilekngapi
dengan peta yang dapat menggambarkan lokasi rencana usaha berserta
kegiatan-kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi.
2. Lingkup rona lingkungan
hidup awal
a.
Uraian secara
singkat mengenai rona lingkungan hidup yang terkena dampak
b.
Komponen lingkungan
hidup yang ditelaah karena terkena dampak
3. Isu-Isu pokok
Uraian secara singkat isu-isu
pokok yang dapat ditimbulkan akibat rencana usaha dan/atau kegiatan sesuai
hasil pelingkupan. Data cara pelingkupan agar mengacu pada serangkain
proses pelingkupan.
4. Lingkup Wilayah Studi
Wilayah studi ini merupakan
resultante dari batas wilayh proyek, ekologis, social dan administratif setelah
mempertimbangkan Kendal teknis yang dihadapi 9 dilengkapi dengan peta batas
wilayh studi yang dapat menggambarkan batas wilayah proyek, ekologis, social
dan administratif.
BAB III. METODE STUDI
1.
Metode pengumpulan dan Analisis Data
Pada
bagian ini dijelaskan metode pengumpulan
data baik primer maupun data sekunder yang sahih yang dapat dipercaya. Data
primer diperoleh langsung dari lapangan dengan melakukan kegiatan observasi,
wawancara, kuisioner, sampling. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
mencari data-data pada instansi terkait, studi literatur dll.
Untuk
mendapatkan data sekunder dapat diperoleh dari :
a.
Iklim diperoleh dari kantor Metereologi dan Giofisika
b.
Topografi diperoleh dari Direktorat Geologi dan Tata Ruang
c.
Hidrologi diperoleh dari Dinas PU
d.
Sosekbud Masyarakat diperoleh dari Biro pusat Statistik
e.
Status lahan diperoleh dari Badan Pertanahan Nasional
2. Metode
Prakiraan Dampak
Pada
bagian ini dijelaskan metode yang digunakan dalam metode ANDAL untul
memprakirakan besaran dampak dan penentuan tingkat kepentingan dampak. Metode
formal dan non formal digunakan dalam memprakirakan besaran dampak. Dalam hal
usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan bersifat terpadu dan berada
dalam suatu kawasan, maka pengukuran terhadap besaran dampak kumulatif akibat
berbagai usaha dan/atau kegiatan tersebut mutlak diperhitungkan. Sementara
untuk memprakirakan tingkat kepentingan dampak akan digunakan Pedoman Penentuan
Dampak Besar dan Penting.
Dalam
hal ini, uraikan secara jelas untuk setiap komponen lingkungan hidup yang
diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting.
3. Metode evaluasi dampak
Pada bagian ini diuraikan
metode yang lazim digunakan dalam studi
ANDAL untuk mengevaluasi dampak besar dan penting yang ditiimbulkan oleh
usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup secara holistik (seperti a.1:
matrik, bagan alir, overlay) untuk digunakan sebagai:
a.
dasar untuk
menelaah kelayakan lingkungan hidup dari berbagai alternatif usaha dan/atau
kegiatan;
b.
identifikasi dan
perumusan arah pengelolaan dampak besar dan penting lingkungan hidup yang
ditimbulkan
Evaluasi dampak besar dan
penting secara holistik tersebut diatas harus mencakup baik dampak yang
tergolong besar dan penting maupun tidak sebagaimana telah dihasilkan dalam bab
prakiraan dampak sebelumnya.
BAB IV. PELAKSANA
STUDI
1. Pemrakarsa
Pada bagian ini dicantumkan nama dan alamat lengkap
instansi/perusahaan sebagai pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan, nama
dan alamat lengkap penanggung jawab pelaksanaan rencana usaha dan/atau
kegiatan.
2. Penyusunan studi
AMDAL
Pada bagian ini dicantumkan nama dan alamat lengkap
lembaga/perusahaan, nama dan alamat lengkap penanggung jawab penyusun AMDAL,
nama dan keahlian masing-masing anggota penyusun AMDAL. Perlu diketahui bahwa
ketua tim penyusun studi AMDAL harus bersertifikat AMDAL B sedangkan anggota
penyusun lainnya harus mempunyai keahlian yang sesuai dengan lingkup studi
AMDAL yang akan dlakukan.
3. Biaya studi
Pada bagian ini diuraikan prosentase jenis-jenis biaya
yang dibutuhkan dalam rangka penyusun studi ANDAL.
4. Waktu studi
Pada bagian ini diungkapkan jangka waktu pelaksanaan
studi ANDAL sejak tahap persiapan hingga penyerahan laporan ke instansi yang
bertanggung jawab.
DAMPAK LINGKUNGAN
Dampak penting
lingkungan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh suatu komponen
lingkungan pada ruang dan waktu tertentu sebagai akibat kegiatan tertentu.
1.
Dampak Fisik Kimia
Dampak fisik dapat diartikan
sebagai perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan pada lahan misalnya:
penambangan emas, batu bara, timah dll. Lahan tanah yang subur diaduk-aduk
dengan mesin untuk mendapatkan serpihan emas dengan menyemprotkan air secara
besar-besaran
Dampak
kimia dapat diartikan perubahan yang terjadi akibat penggunaan bahan-bahan
kimia pada suatu kegiatan misalnya penggunaan zat air raksa atau merkuri untuk
memisahkan biji emas, pembuangan gas dari industri mobil, motor dll. Yang berpeluang
dapat menimbulkan pencemaran udara dan air
2.
Dampak Biologi
Dampak biologi adalah dampak yang
terjadi pada ekosistin air, tanah
maupuun udara akibat kegiatan proyek.
Secara umum adanya perubahan yang terjadi pada air, tanah dan udara lambat
laun akan membawa pengaruh nyata dari segi pertumbuhan, pembiakan dan tingkat
kehidupan.
3.
Dampak Sosial Ekonomi
a.
Aspek Produksi
Dengan
adanya kegiatan lingkungan dipacu dengan teknologi untuk menghasilkan jasa atau
barang tanpa memperhtikan rona lingkungan, maka dalam waktu singkat akam
mempengaruhi sistem lingkungan yang pada akhirnya dapat menurunkan mutu
produksi, jumlah produksi dan daya dukung lingkungan.
b.
Aspek Konsumsi
Adanya
tuntutan permintaan dari masyarakat akibat dampak sosial yang terjadi maka pola
konsumsi masyarakat meningkat yang pada akhirnya produksi dipacu besar-besaran untuk
memproduksi berbagai jenis barang untuk mendapatkan keuntungan tanpa pembatas
hingga norma-norma lingkungan terus merana.
c.
Aspek daur ulang
Dari
perkembangan kegiatan ekonomi saat ini hanya memusatkan pada aspek keuntungan
tanpa melihat aspek lingkungan .untuk itu perlu upaya menekan jumlah kerusakan
dengan melakukan kajian daur ulang. Limbah-limbah industri sebelum dibuang ke
alam bebas terlebih dahulu harus di endapkan serta diberi bahan-bahan yang
dapat menetralkan limbah tersebut sehingga limbah tersebut aman untuk dibuang.
4.
Dampak Sosial Budaya
a.
Kesehatan Lingkungan
Ditandai
dengan tingginya penyakit menular (batuk, pilek, gatal-gatal, alegi dan
penyakit dalam misalnya jantung, paru-paru, tekanan darah tinggi stres dll. Hal ini disebabkan perubahan pola pikir msyarakat yang
masih terbelakang.
b.
Sosial
Dampak
sosial dengan adanya pembangunan adalah peningkatan pendapatan serta peluang
tenaga kerja namun pada perkembangannya pembangunan terus meningkat sehingga
penggunaan tenaga manusia banyak digantikan oleh mesin-mesin yang pada
akibatnya dapat menimbulkan PHK, persaingan tidak sehat, kriminal miningkat dan
pengangguran bertambah.
Jenis-Jenis Masalah Lingkungan Hidup Di Indonesia :
Masalah Lingkungan
hidup di Indonesia saat ini:
1) penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan;
2)
polusi air dari limbah
industri dan pertambangan;
3)
polusi udara di daerah
perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan
udara paling kotor ke 3 di dunia);
4)
asap dan kabut dari
kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan;
5)
penghancuran terumbu
karang
6)
pembuangan sampah
B3/radioaktif dari negara maju;
7)
pembuangan sampah
tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur
8) hujan asam yang merupakan akibat dari polusi
udara.
UPAYA-UPAYA MENGATASI MASALAH LINGKUNGAN HIDUP
UPAYA-UPAYA MENGATASI MASALAH LINGKUNGAN HIDUP
Usaha Mengatasi berbagai
Masalah Lingkungan Hidup Pada umumnya permasalahan yang terjadi dapat diatasi
dengan cara-cara sebagai berikut:
1)
Menerapkan
penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada pengelolaan sumber daya alam
baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tampungnya.
2)
Untuk menghindari
terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber daya alam maka diperlukan
penegakan hokum secara adil dan konsisten.
3)
Memberikan
kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup.
4)
Pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat dilakukan dengan cara
membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi.
5)
Untuk mengetahui
keberhasilan dari pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan
penggunaan indicator harus diterapkan secara efektif.
6)
Penetapan konservasi
yang baru dengan memelihara keragaman konservasi yang sudah ada sebelumnya.
7)
Mengikut sertakan
masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan global.
Menurut Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa upaya penanganan
terhadap permasalahan pencemaran terdiri dari langkah pencegahan terhadap
permasalahan pencemaran terhadap permasalahan pencemaran terdiri dari langkah
pencegahan dan pengendalian.
Upaya pencegahan adalah
mengurangi sumber dampak lingkungan yang lebih berat. Ada pun penanggulangan
atau pengendaliannya adalah upaya pembuatan standar bahan baku mutu lingkungan,
pengaweasan lingkungan dan penggunaan teknologi dalam upaya mengatasi masalah
pencemaran lingkungan. Secara umum, berikut ini merupakan upaya pencegahan atas
pencemaran lingkungan.
1.
Mengatur sistem
pembuangan limbah industri sehingga tidak mencemari lingkungan
2.
Menempatkan industri
atau pabrik terpisah dari kawasan permukiman penduduk
3.
Melakukan pengawasan
atas penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida dan bahan kimia lain yang
berpotensi menjadi penyebab dari pencemaran lingkungan.
4.
Melakukan penghijauan.
5.
Memberikan sanksi atau
hukuman secara tegas terhadap pelaku kegiatan yang mencemari lingkungan
6.
Melakukan penyuluhan dan
pendidikan lingkungan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti dan
manfaat lingkungan hidup yang sesungguhnya.
Prinsip Budidaya yang
Bertanggungjawab
Demikian halnya sub
sektor perikanan budidaya sebagai bagian dari sumberdaya alam harus dipandang
bukan hanya sebagai sebuah sumber ekonomi semata, namun harus dimaknai sebagai
sumberdaya yang perlu dikelola secara bertanggungjjawab, karena faktanya aktivitas
budidaya juga tidak terlepas dalam memberiikan kontribusi terhadap perubahan
lingkungan, sama halnya dengan sektor lain sejenis seperti pertanian terutama
pada aktivitas budidaya sebagai sebuah industri.
Disamping itu sub
sektor perikanan budidaya juga menjadi startegis karena berpotensi besar dalam
upaya menopang ketahanan pangan nasional, bukan hanya untuk generasi saat ini
tapi menjamin ketersediaan bagi antar generasi. Jika pola pengelolaan
sumberdaya perikanan budidaya dilakukan secara ekspolitatif, maka akan
ada ketimpangan antara kebutuhan pangan yang semakin besar sementara daya
dukung lingkungan menurun secara drastis, dan memunculkan sebuah sistem yang
negatif, imbasnya tak ada jaminan bagi masa depan generasi selanjutnya.
Melihat dari
perkembangan aktivitas budidaya selama beberapa dekade misalnya budidaya udang,
kita bisa amati adanya sebuah trend yang menunjukan adanya penurunan kualitas,
penyebabnya adalah pengelolaan yang tidak mengindahkan prinsip keberlanjutan,
dimana sikap anthroposentris masih mendominasi para pelaku
usaha. Timbulnya berbagai masalah dalam budidaya terutama hama penyakit yang
sampai saat ini masih menjadi permasalahan serius yang mengancam dunia bisnis
budidaya adalah hanya bagian kecil efek domino atas pola pengelolaan sumberdaya
alam yang mengindahkan prinsip keberlanjutan. Aktivitas budidaya tidak boleh
mengindahkan prinsip eco-sentris, karena dalam pengelolaan
sumberdaya alam tidak bisa lepas dari pengaruh sistem alamiah yang membangun
sebuah ekosistem yang saling mempengaruhi. Munculnya berbagai masalah di atas
tadi adalah sebagai akibat hilangnya mata rantai sistem yang pada akhirnya
menyebabkan ketidak seimbangan ekosisitem yang ada. Kita juga seringkali hanya
memfokuskan pada upaya - upaya penanggulangan secara terus menerus, sementara
upaya preventif terhadap sumber dengan memperbaiki dan memulihkan ekosisitem
seringkali diindahkan.
Para pelaku usaha juga
masih terjebak pada dominasi tujuan kepentingan pada aspek bisnis, sehingga
salah dalam menterjemahkan prinsip berkelanjutan. Kita seringkali memandang
bahwa prinsip keberlanjutan hanya pada tataran sempit yaitu sistem usaha yang
menitikberatkan pada tujuan aspek ekonomi, sehingga apapun effort yang
ada didorong dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas
setinggi-tingginya, melalui rekayasa dan manipulasi lingkungan. Padahal itu
pandangan yang keliru, bahwa prinsip budidaya berkelanjutan harusnya dilihat
dalam perspektif pembangunan berkelanjutan yang menitikberatkan pada 5 (lima)
dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan infrastruktur, dan
kebijakan dan kelembagaan. Ke-lima dimensi inilah yang sejatinnya menjadi bahan
acuan bagi pola pengelolaan budidaya yang berkelanjutan.
Mendorong Kebijakan
yang Pro-Enviromental
Sebuah pepatah
mengatakan “think globaly, act locally”, menurut penulis
sesungguhnya pepatah ini mempunyai makna yang mendalam terhadap bagaimana
pola-pola pengelolaan sumberdaya alam dilakukan dengan mempertimbangkan
nilai-nilai kearifan lokal. Dalam prinsip lingkungan pengelolaan perikanan
budidaya harus dilakukan secara bertanggungjawab. Budidaya harus juga pro aktif
dalam menjamin bahwa aktivitas telah dilakukan secara berwawasan lingkungan.
Perlu diketahui, seperti halnya sektor lain (industri, parawisata, pertanian),
aktivitas budidaya juga memberikan kontribusi teradap efek perubahan iklim
global. Penggunaan input produksi dan modernisasi teknologi, khususnya pada
usaha skala industri pada kenyataannya telah memicu penggunaan energi fosil
yang secara langsung berdampak pada peningkatan emisi karbon di atmosfer,
disamping itu penggunaan bahan-bahan lainnya yang tidak ramah lingkungan turut
menyumbangkan dampak terhadap pencemaran lingkungan.
Inilah yang pada
kenyataannya belum kita sadari, padahal dalam Undang-undang baik UU no 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup, maupun UU no 45
tahun 2009 tentang perikanan jelas mengatur bahwa pengelolaan sumberdaya alam
termasuk perikanan harus mengedepankan kelestarian lingkungan hidup. Kebijakan
industrialisasi maupun komersialisasi perikanan hendaknya dilakukan secara
terukur dengan mempertimbangkan batasan-batasan kemampuan alam dan linngkungan
hidup dalam menopang kebutuhan makluk hidup.
Dalam hal ini, ke
depan sub sektor perikanan budidaya sebagai bagian dari sumberdaya alam yang
strategis perlu didorong dengan menjamin implementasi pengelolaan dalam
kerangka pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan prinsip di atas, ada beberapa
hal yang perlu ditindaklajuti Pemerintah sebagai regulator yaitu :
Pertama, kaitannya dengan kebijakan pemanfaatan
potensi dan peningkatan produksi perikanan budidaya, maka Pemerintah dalam hal
ini kementerian Kelautan dan Perikanan seyogyanya perlu menyusun sebuah rencana
zonasi secara nasional yaitu dengan memetakan potensi kekinian dengan melakukan
kajian lingkungan (aspek ekologis), aspek sosial, dan aspek ekonomi secara
komprehensif pada seluruh kawasan potensial di Indonesia. Zonasi inilah yang
akan dijadikan patokan dalam menetapkan target/sasaran produksi perikanan
budidaya perkomoditas. Ini penting dalam upaya menjamin perikanan budidaya yang
berkelanjutan dan tetap memegang prinsip tanggungjawab terhadap lingkungan
hidup. Sasaran peningkatan produksi tersebut hendaknya terukur dan tidak cukup
dengan melihat perkembangan trend, namun harus mempertimbangkan 5 (lima)
dimensi di atas yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan infrastruktur,
dan kebijakan dan kelembagaan.
Kedua, Pemerintah harus segera menyusun regulasi
dengan mengeluarkan produk hukum (setingkat Peraturan Menteri) yang mengatur
norma hukum dalam pengelolaan budidaya yang bertanggungjawab dan berkelanjutan.
Produk hukum tersebut harus diselaraskan dengan produk hukum yang dikeluarkan
lintas sektoral lainnya sebagai bentuk sinergisitas, dalam hal ini regulasi
terkait pengelolaan lingkungan hidup. Penyelarasan regulasi multisektoral
menjadi penting sebagai bagian upaya menumbuhkan tanggungjawab bersama dalam
pengelolaan sumberdaya alam secara bertanggungjawab. Kita harus sudah mulai
merubah maindset ke hal-hal luas dan strategis jangka pangajng, dimana
lingkungan merupakan aspek multidisiplin yang harus menjadi fokus perhatian
pada masing-masing sektor terkait.
Produk hukum juga
harus mengikat secara umum dan berlaku terus menerus dan mengatur sebuah norma
yang didalamnya berisi perintah, larangan, ijin, pengecualian, pengawasan dan
pengendalian termasuk didalamnya pembangian kewenangan pada pemerintah daerah,
sehingga dapat dipakai sebagai innstrumen khususnya bagi Pemerintah Daerah
dalam melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terutama yang berkaitan
dengan pengelolaan lingkungan terhadap jenis usaha budidaya yang menerapkan
teknologi tinggi dan berdampak besar dan penting. Penulis menilai, saat ini
regulasi yang terkait perikanan budidaya masih berlaku secara sempit dan masih
terfokus pada detail teknis yang masih menitikberatkan hanya pada upaya
peningkatan produksi dan produktivitas, sementara bentuk peran budidaya
terhadap isu-isu strategis nasional seperti lingkungan hidup tidak di atur.
Ketiga, terkait regulasi perijinan usaha budidaya,
akan lebih baik jika regulasi ini direvisi dengan mempertimbangkan kebutuhan
kekinian. Misalnya penetapan kriteria jenis usaha, dan mekanisme/persyaratan
perijinan. Regulasi terkait perijinan seyogyaanya juga mempertimbangkan
regulasi lingkungan hidup (UU no 32 tahun 2009 dan turunannya). Dalam UU no 32
tahun 2009 misalnya di atur adanya kriteria jenis usaha budidaya tambak yang
wajib amdal, mengatur tentang bagaimana perijinan usaha harus diilengkapi ijin
lingkungan bagi usaha yang mempunyai potensi dampak penting terhadap lingkungan
dan lain sebagainya. Ini penting sebagai bagian bentuk tanggungjawab budidaya
dalam memegang teguh prinsip pembangunan berkelaanjutan.
Keempat, KKP dalam hal Ditjen Perikanan Budidaya
perlu membuat sebuah acuan/pedum yang berisi indikator terkait analisis
budidaya berkelanjutan. Kita seringkali bicara budidaya berkelanjutan tapi
belum mempunyai pemahaman yang sama tentang prinsip budidaya berkelanjutan.
Acuan/pedum analisis budidaya berkelanjutan tersebut berpatokan pada 5 (lima)
dimensi di atas, dimana masing-masing dimensi perlu ditetapkan atribut-atribut
indikator yang mempengaruhinya. Ini penting sebagai bahan acuan khususnya bagi
daerah dalam memperhitungkan tingkat keberlanjutan suatu pengelolaan budidaya
pada kawasan tertentu.
Merujuk pada apa yang
dihasilkan dalam konperensi PBB tentang lingkungan dan pembangunan di Rio de
Jenairo pada tahun 1992, terkait prinsip utama pembangunan berkelanjutan, maka
dapat dimaknai bahwa pengelolaan perikanan budidaya harus mampu menindaklanjuti
beberapa prinsip yaitu : (1) Prinsip keadilan intra dan antar generasi, prinsip
ini menjamin bahwa sebuah pengelolaan perikanan budidaya harus dilakukan secara
bijaksana dan tidak boleh mengorbankan masa depan generasi yang akan datang
yaitu dengan memberikan jaminan ketersediaan sumberdaya baik kualitas maupun
kuantitas. (2) Prinsip kehati-hatian, bahwa setiap perencanaan pengelolaan
maupun aktivitas usaha budidaya harus terukur dan mengedepankan analisis resiko
sebagai bentuk pencegahan dini terhadap potensi dampak yang ditimbulkan dari
aktivitas usaha budidaya, sehingga tidak berdampak jangka panjang terhadap
keberlanjutan sumberdaya itu sendiri. (3) Pengelolaan budidaya harus menjamin
keanekaragaman hayati tetap terjaga, disamping itu peran budidaya juga cukup
strategis dalam mengembalikan keanekaragaman hayati yang mulai hilang yaitu
dengan mendorong penerapan bioteknologi akuakultur yang ramah lingkungann. (4)
Pengelolaan industri budidaya seyogyannya juga memasukan biaya lingkungan
(valuasi ekonomi lingkungan) ke dalam biaya produksi, dimana selama ini biaya
lingkungan hanyalah faktor eksternal (external cost).
Kedepan sudah saatnya dilakukan internalisasi biaya lingkungan kedalam proses
produksi, ini penting sebagai bentuk tanggungjawa lingkungan (kompensasi jasa
lingkungan).
Penyusunan kebijakan
perikanan budidaya baik dalam Rencana Strategis maupun dalam RPJMN sudah harus
memasukan bentuk tanggungjawab budidaya terhadap lingkungan dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan beserta rencana-rencana yang bersifat konkrit.
Mulai saat ini,
kita harus sudah mulai berfikir holistik betapa hubungan manusia dengan alam
adalah suatu keniscayaan. Manusia adalah bagian dari sebuah sistim kompleks
bukan sentral atas penguasaan alam, maka prinsip eco-developmentalism yang
menempatkan alam dan manusia dalam hubungan horisontal yang sejajar harus
menjadi dasar dalam pengelolaan sumberdaya alam khususnya pada sumberdaya
perikanan budidaya, itulah makna keberlanjutan.
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
ReplyDeleteTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
1.
Coagulan, nutrisi dan bakteri
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Degreaser & Floor Cleaner Plant
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium