Monday, December 28, 2015

AMDAL 6

FILTRASI


1.    PENGERTIAN FILTRASI

Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan dan partikel-partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat.

Proses filtrasi yang sederhana adalah proses penyaringan dengan dengan media filter kertas saring . Kertas saring kita potong melingkar jika masih bentuk lembaran empat persegi panjang atau kubus, jika telah berbentuk lingkaran lipat dua, sebanyak tiga atau empat kali. Selanjutnya buka dan letakkan dalam corong pisah sehingga tepat melekat dengan corong pisah. Tuangkan campuran heterogen yang akan dipisahkan, sedikit demi sedikit, kira-kira banyaknya campuran tersebut adalah sepertiga dari tinggi kertas. Lakukan berulang-ulang, sehingga kita dapat memisahkan partikel padat dengan cairannya. Hasil filtrasi adalah zat padat yang disebut residen dan zat cairnya disebut dengan filtrat.proses filtrasi ada 2 macam yaitu dengan sistim gravitasi dan dengan penggunaan pompa


2.    FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES FILTRASI


Dalam proses filtrasi terjadi reaksi kimia dan fisika, sehingga banyak faktor–faktor yang saling berkaitan yang akan mempengaruhi pula kualitas air hasil filtrasi, efisiensinya, dan sebagainya. Faktor–faktor tersebut adalah debit filtrasi, kedalaman media, ukuran dan material, konsentrasi kekeruhan, tinggi muka air, kehilangan tekanan, dan temperatur.       

1.
Debit Filtrasi

Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna, akibat adanya aliran air yang terlalu cepat dalam melewati rongga diantara butiran media pasir. Hal ini menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga antar butiran menyebabkan partikel–partikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos.


Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi. Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media atau akan terjadi clogging. Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi seberapa besar konsentrasi kekeruhan dari air baku (konsentrasi air influen) yang boleh masuk. Jika konsentrasi kekeruhan yang terlalu tinggi, harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu, seperti misalnya dilakukan proses koagulasi – flokulasi dan sedimentasi.


Adanya perubahan suhu atau temperatur dari air yang akan difiltrasi, menyebabkan massa jenis (density), viskositas absolut, dan viskositas kinematis dari air akan mengalami perubahan. Selain itu juga akan mempengaruhi daya tarik menarik diantara partikel halus penyebab kekeruhan, sehingga terjadi perbedaan dalam ukuan besar partikel yang akan disaring. Akibat ini juga akan mempengaruhi daya adsorpsi. Akibat dari keduanya ini, akan mempengaruhi terhadap efisiensi daya saring filter.


Pemilihan media dan ukuran merupakan keputusan penting dalam perencanaan bangunan filter. Tebal tipisnya media akan menentukan lamanya pengaliran dan daya saring. Media yang terlalu tebal biasanya mempunyai daya saring yang sangat tinggi, tetapi membutuhkan waktu pengaliran yang lama.        

Lagipula ditinjau daris segi biaya, media yang terlalu tebal tidaklah menguntungkan dari segi ekonomis. Sebaliknya media yang terlalu tipis selain memiliki waktu pengaliran yang pendek, kemungkinan juga memiliki daya saring yang rendah. Demikian pula dengan ukuran besar kecilnya diameter butiran media filtrasi berpengaruh pada porositas, laju filtrasi, dan juga kemampuan daya saring, baik itu komposisisnya, proporsinya, maupun bentuk susunan dari diameter butiran media.
           
Keadaan media yang terlalu kasar atau terlalu halus akan menimbulkan variasi dalam ukuran rongga antar butir. Ukuran pori sendiri menentukan besarnya tingkat porositas dan kemampuan menyaring partikel halus yang terdapat dalam air baku. Lubang pori yang terlalu besar akan meningkatkan rate dari filtrasi dan juga akan menyebabkan lolosnya partikel halus yang akan disaring. Sebaliknya lubang pori yang terlalu halus akan meningkatkan kemampuan menyaring partikel dan juga dapat menyebabkan clogging (penyumbatan lubang pori oleh partikel halus yang tertahan)terlalu cepat.



Keadaan tinggi muka air di atas media berpengaruh terhadap besarnya debit atau laju filtrasi dalam media. Tersedianya muka air yang cukup tinggi diatas media akan meningkatkan daya tekan air untuk masuk kedalam pori. Dengan muka air yang tinggi akan meningkatkan laju filtrasi (
bila filter dalam keadaan bersih). Muka air diatas media akan naik bila lubang pori tersumbat (terjadi clogging) terjadi pada saat filter kotor.

Untuk melewati
lubang pori, dibutuhkan aliran yang memiliki tekanan yang cukup. Besarnya tekanan air yang ada diatas media dengan yang ada didasar media akan berbeda di saat proses filtrasi berlangsung. Perbedaan inilah yang sering disebut dengan kehilangan tekanan (headloss). Kehilangan tekanan akan meningkat atau bertambah besar pada saat filter semakin kotor atau telah dioperasikan selama beberapa waktu. Friksi akan semakin besar bila kehilangan tekanan bertambah besar, hal ini dapat diakibatkan karena semakin kecilnya lubang pori (tersumbat) sehingga terjadi clogging.

FILTER  FISIKA
Filter fisika atau filter mekanis bisa menggunakan berbagai macam media tergantung kreatifitas dan anggaran biaya yang kita siapkan. Contohnya pakai dakron, pasir, brush, matras dan sebagainya, dengan kelemahan dan keunggulan masih – masing media. Sistim fisika ini tidak harus memakai media filter seperti sistim filter yang lain. Sistim filtrasi ini bisa kita buat tampa media, dengan mengintegrasikan kedalam rancangan kolam itu sendiri, sehingga rancangan kolam itu di buat sedemikian rupa sehingga sistim kolam itu sendiri berfungsi sebagai filter fisika.
FILTER KIMIA
Dalam sistim filter ini kita menggunakan media yang dapat meningkatkan kualitas air dengan proses kimiawi. Contoh media yang dapat dipakai misalkan, arang, batu zeloit, batu karang, memakai sinar ultraviolet, dll.
FILTER BIOLOGI
Dalam sistim ini proses penyaringan dengan proses biologis dengan bantuan bakteri pengurai. Sedangkan media yang digunakan sifatnya hanya sebagai tempat tinggal bakteri pengurai itu sendiri dan juga berguna sebagai filter mekanis / fisika. Media yang dapat dipakai misalkan bio ball, Matras, ring Keramik , atau dapat kita buat sendiri misalkan dari pipa PVC. Filter biologi dapat juga dengan menggunakan media tanaman air misalkan Teratai, enceng gondok, dan sebagainya, yang lebih dikenal dengan istilah vergie filter.
Dari penjelasan di atas mungkin dapat diambil kesimpulan bahwa membuat design kolam dan filter sangat flexsibel tergantung sisuasi dan kondisi.
Berikut beberapa media yang biasa digunakan hobbies dalam sistim filtrasi .
BEBERAPA MEDIA UNTUK FILTER KOLAM

MEDIA
FUNGSI
KELEBIHAN
KEKURANGAN
PASIR & BATU KECIL
-Penyaring kotoran ( fisika )
-Batu dapat sebagai tempat tinggal bakteri pengurai ( biologi )
- harga murah
- design filter sulit biasanya harus sistim Vertikal
- Batu sebagai tempat tinggal bakteri pengurai kurang efektif karena membutuhkan jumlah yg banyak.
BATU  ZELOIT
- menyerap zat – zat yang berbahaya misalkan ammonia ( kimia )
- harga relative murah
- bila terkena garam akan melepas kembali zat ammonia yang terserap.
IJUK
Sebagai penyaring kotoran ( fisika )
- Harga murah, utk di daerah mudah didapat
- mudah busuk, sehingga dapat berubah menjadi sumber penyakit.
DAKRON
Sebagai penyaring kotoran ( fisika )
- dapat menyaring kotoran sampai pada ukuran yang relative kecil.
- harus sering dibersihkan dan mudah rusak sehingga cukup merepotkan.
MATRAS
Sebagai penyaring kotoran ( fisika ) dan sebagai tempat tinggal bakteri pengurai ( biologi )
- dapat berfungsi ganda ( fisika & biologi ) sehingga cukup efektif dan hemat ruang.
-harga relative mahal
BIO BALL
Sebagai tempat tinggal bakteri pengurai ( biologi ), sebagai penyaring kotoran (fisika, walau kadang kurang efektif, tergantung modelnya )
- tidak memerlukan perawatan yang rumit
- harga satuan tidak terlalu mahal, tetapi perlu jumlah yang banyak.
SINAR ULTRA VIOLET
Sebagai pembunuh bakteri dengan proses penyinaran ( kimiawi )
- dapat membuat air menjadi jernih sehingga kita dapat maksimal menikmati koi
Selain harga relative mahal, bakteri yang menguntungkan juga ikut terbunuh dalam prosesnya.
TANAMAN AIR
Nyerap karbon dioksida dan ammonia
Harga dapat disesuaikan  dan dapat menambah keindahan kolam
Daun – daun dapat mengotori kolam.
ARANG
Menyerap racun
Dapat juga berfungsi sebagai penyaring kotoran
Harga relative murah dan mudah didapat



AERASI
1.      PENGERTIAN AERASI

Aerasi adalah pemambahan oksigen ke dalam air sehingga oksigen terlarut di dalam air semakin tinggi. Pada prinsipnya aersi itu mencampurkan air dengan udara atau bahan lain sehingga air yang beroksigen rendah kontak dengan oksigen atau udara. Aerasi merupakan proses pengolahan dimana air dibuat mengalami kontak erat dengan udara dengan tujuan meningkatkan kandungan oksigen dalam air tersebut. Dengan meningkatnya oksigen zat-zat mudah menguap seperti hiddrogen sulfide dan metana yang mempengaruhi rasa dan bau dapat dihilangkan. Kandungan karbondioksida dalam air akan berkurang. Mineral yang larut seprti besi dan mangan akan teroksidasi mementuk endapan yang dapat dihilangkan dengan sedimentasi dan filtrasi.
Proses aerasi merupakan peristiwa terlarutnya oksigen di dalam air. Efektifitas dari aerasi tergantung dari seberapa luas dari permukaan air yang bersinggungan langsung dengan udara. Fungsi utama aerasi adalah melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air dan melepaskan kandunngan gas-gas yang terlarut dalam air, serta membantu pengadukan air. Aerasi dapat dipergunakan untuk menghilangkan kandungan gas terlarut, oksidasi besi dan mangan dalam air, mereduksi ammonia dalam air melalui proses nitrifikasi.
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen ke dalam perairan contohnya pada proses aerasi. Sumber utama dalam peraairan adalah hasil difusi langsung dari udara yang terbawa oleh air hujan maupun air masuk dan hasil dari fotosintesis fitoplankton atau tanaman hijau. Daya larut oksigen juga dipengaruhi oleh suhu dan salinitas air. Pada aplikasinya dilapangan aerasi dan oksigenasi dapat dilihat pada earasi tambak pada kincir air.


Upaya untuk memberikan suplai oksigen secara terus menerus hingga memenihi kolom perairan tambak dapat digunakan alat kincir, namun pemakaian yang lebih baik harus memperhatikan flutuasi harian oksigen terlarut dalam tambak dan kondisi ikan atau udang pemeliharaan. Semakin banyak atau besar ukuran udang atau ikan peliharaan semakin besar pula kebutuhan oksigen. Aerasi dan oksigenasi banyak digunakan pada tambak-tambak atau kolam-kolam ikan dan udang untuk keperluan pemambahan oksigen. Selain untuk menyalurkan oksigen secara merata di perairan kolam atau tambak proses aerasi dan oksigenasi juga dapat meratakan suhu di perairan tersebut. Proses aerasi dan oksigenasi pada tambak sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup udang.

2. Fungsi Aerasi

Aerasi merupakan proses pengolahan air dengan cara mengontakkan ke udara. Pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi proses absorpsi (penyerapan gas) dan desorbsi (pelepasan gas). Sedangkan fungsi dari aerasi adalah:

-          Penambahan julah oksigen
-          Penurunan jumlah karbon dioksida
-          Menghilangkan hidrogen sulfida (Hws), metana (CH4), dan berbagai senyawa organik yang bersifat volatile (menguap) yang berkaitan dengan rasa dan bau.
-          Proses ini telah digunakan secara luas untuk pengolahan air yang mempunyai kandungan jumlah besi dan mangan terlalu tinggi (mengurangi kandungan konsentrasi zat terlarut). Zat-zat tersebut memberikan rasa pahit pada air, menghitamkan pemasakan beras, dan memberikan noda hitam kecoklat-coklatan pada pakaian yang dicuci.


3.Proses Aerasi

Oksigen yang ada di udara, melalui proses aerasi akan bereaksi dengan senyawa ferrous dan manganous terlarut merubahnya menjadi  ferri(FE) danmanganic oxide hydrates yang tidak bisa larut. Selain itu dilanjutkan dengan pengendapan (sedimentasi dan penyaringan (filtrasi). Oksigen terhadap senyawa besi dan mangan di dalam air tidak selalu terjadi dalam waktu cepat. Bila air mengandung zat organik, pembentukan endapan besi dan mangan melalui aerasi terlihat sangat tidak efektif.

Pada pengolahan air minum, kebanyakan dilakukan dengan  menyebarkan air agar kontak dengan udara di atas lempengan tipis atau melaui tetesan-tetesan air yang kecil (waterfall aerators? Aerator air terjun) atau dengan mencampur air dengan gelembung-gelembung udara(bubble aerator). Dengan kedua cara tersebut, oksigen pada air dapat dinaikkan sampai 60-80% (dari jumlah oksigen tertinggi,yakni air yang mengandung oksigen sampai jenuh. Pada aeraor air terjun, dapat cukup besar menghilangkan gas-gas yang terdapat dalam air dan cukup berarti menurunkan karbon dioksida, tetapi tidak memadai bila air yang diolah sangat korosif. Pengolahan selanjutnya seperti pembubuhan kapur atau dengan saringan marmer atau dolomite yang dibakar.


SEDIMENTASI


1.    PENGERTIAN SEDIMENTASI
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin. sedimentasi dapat dibedakan: a.sedimentasi air terjadi di sungai. b.sedimentasi angin biasanya disebut sedimentasi aeolis c.sedimentasi gletser mengahasilkan drumlin,moraine,ketles,dan esker.
hasil dari sedimentasi ini dapat berupa batuan breksi dan batuan konglomerat yang terendapkan tidak jauh dari sumbernya, batu pasir yang terendapkan lebih jauh dari batu breksi dan batuan konglomerat, serta lempung yang terendapkan jauh dari sumbernya.

2.Proses Terjadinya Sedimentasi

Sedimentasi ini terjadi melalui proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin. Proses tersebut terjadi terus menerus, seperti batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula daya angkutnya. pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin tadi membuat terjadinya sedimentasi.
Meningkatnya aktivitas manusia akhir-akhir ini di sepanjang aliran sungai telah memberi pengaruh terhadap ekosistem muara. Kegiatan yang memberikan dampak terhadap muara tersebut antara lain penebangan hutan di bagian hulu. Kegiatan ini menyebabkan meningkatnya pengikisan tanah di sepanjang aliran sungai. Sebagai dampaknya jumlah sedimen di dalam sungai (suspended solid) bertambah dan menyebabkan pendangkalan. Faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi yang terjadi di muara antara lain aktivitas gelombang dan pola arus.
Menurut Dibyosaputra (1997: 65) besar kecilnya sedimen di daerah sungai ditentukan melalui transportasi sungai yang disebabkan oleh adanya kekuatan aliran sungai yang sering dikenal dengan istilah kompetensi sungai (stream competency), yaitu kecepatan aliran tertentu yang mampu mengangkut sedimen dengan diameter tertentu. Dengan kata lain bahwa besarnya sedimen yang terangkat tergantung pada :
a. Debit sungai
b. Material sedimen
c. Kecepatan aliran.
Dengan kekuatan aliran dan faktor lainnya maka ada tiga bentuk/macam sedimen yang terangkut yaitu:
a.   Muatan terlarut (dissolved load)
b.   Muatan tersuspensi (suspended load)
c.   Muatan dasar (bed load)
Pada saat sungai banjir, maka hydraulic action dapat melepas dan mengangkut material sedimen dalam jumlah besar. Tidak hanya dari dasarnya saja tetapi juga menggerus material sepanjang tebing atau tanggul sungai. Akibatnya tanggul sungai mengalami kerusakan dan terjadila  slumping (Dibyosaputra,1997: 65) 
Menurut Anonim (2011) Sedimen yang dalam jangka waktu yang lama mengalami pembatuan atau disebut dengan istilah batuan sedimen, yaitu suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia dan organik. Proses terjadinya batuan sedimen dapat dijabarkan sebagai berikut:

a.    Secara mekanik Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan. Faktor-faktor yang penting yang mempengaruhi sedimentasi secara mekanik antara lain :

1)        Sumber material batuan sedimen

Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan jarak transportasi, tergantung dari presentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.
2)      ·Lingkungan pengendapan :
Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu: Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu.
3)      Pengangkutan (transportasi) :
Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness. Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan memberi berbagai macam bentuk dan sifat terhadap batuan sedimen.
4)      Pengendapan :
Pengendapan terjadi bilamana arus/gaya mulai menurun hingga berada di bawah titik daya angkutnya. Ini biasa terjadi pada cekungan-cekungan, laut, muara sungai, dll.
5)      Kompaksi :
Kompaksi terjadi karena adanya gaya berat/gravitasi dari material-material sedimen sendiri, sehingga volume menjadi berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi ke atas.
6)      Lithifikasi dan Sementasi :
Bila kompaksi meningkat terus menerus akan terjadi pengerasan terhadap material-material sedimen. Sehingga meningkat ke proses pembatuan (lithifikasi), yang disertai dengan sementasi dimana material-material semen terikat oleh unsur-unsur/mineral yang mengisi pori-pori antara butir sedimen.
7)      Replacement dan Rekristalisasi :
Proses replacement adalah proses penggantian mineral oleh pelarutan-pelarutan kimia hingga terjadi mineral baru. Rekristalisasi adalah perubahan atau pengkristalan kembali mineral-mineral dalam batuan sedimen, akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang relatif rendah.
8)      Diagenesis :
Diagenesis adalah perubahan yang terjadi setelah pengendapan berlangsung, baik tekstur maupun komposisi mineral sedimen yang disebabkan oleh kimia dan fisika.

b.   Secara Kimia dan Organik

Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau akumulasi dari sisa skeleton organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi pada kondisi darat, transisi, dan lautan, seperti halnya dengan sedimen mekanik.
Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan biologis parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimen dicirikan oleh tekstur, struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada badan-badan khusus seperti endapan dari batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah bentuk mengacu pada unit stratigrafik dibedakan oleh lithologic, struktural, dan karakteristik organik terdeteksi di lapangan. Sebuah bentuk sedimen dengan demikian unit batu itu, karena deposisi dalam lingkungan tertentu, memiliki pengaturan karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti warna, lithology, tekstur, dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan pada karakteristik palentologic dasar. Inti penekanan adalah bahwa lingkungan depositional menghasilkan bentuk sedimen. Karakteristik properti dari bentuk sedimen yang pada gilirannya merupakan refleksi dari kondisi lingkungan deposional.

Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda. Berikut adalah ciri bentang lahan akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.

a) Pengendapan oleh air sungai

Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain meander, oxbow lake, tanggul alam, dan delta.

(1) Meander

Meander, merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk karenaadanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu, volume airnya kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari jalan yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan.

Pada bagian tengah, yang wilayahnya datar maka aliran airnya lambat,sehingga membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baikbagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat, akanterjadi pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya, akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.


(2) Oxbow lake

Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, sebab pengikisan dan pengendapan terjadi secara terus-menerus. Proses pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, sehingga terbentuk oxbow lake, atau disebut juga sungai mati.


(3) Delta

Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut, kecepatan alirannya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan, sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-lapisan sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.


Pembentukan delta harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.

(4) Tanggul alam

Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan air meluap hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai.


Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul sungai. Selain itu, juga terdapat tanggul pantai sebagai hasil dari proses pengendapan oleh laut. Kedua tanggul tersebut merupakan tanggul alam, karena proses terbentuknya berlangsung alami hasil pengerjaan alam


b) Pengendapan oleh air laut

Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.


Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.

Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang-kadang spit terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar split terdapat pulau maka spit tersambung dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.

c) Pengendapan oleh angin

Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pasir terjadi akibat akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap, sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.


d) Pengendapan oleh gletser


Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni  lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.

Berdasar Tenaga Pengendap          
-       Sedimen yang terbentuk sebagai akibat dari aktivitas air disebut dengan sedimen akuatis.      
-  Sedimen yang terbentuk sebagai akibat dari aktivitas angin disebut dengan   sedimen aeolis.   
-  Sedimen yang terbentuk sebagai akibat dari aktivitas gletser disebut dengan sedimen glasial.

Berdasarkan Tempat Pengendapan          
-          Sedimen yang diendapkan di darat disebut dengan sedimen teristris
-          Sedimen yang diendapkan di sungai disebut dengan sedimen fluvial
-          Sedimen yang diendapkan di danau disebut dengan sedmen limnis     (lakustrin)
-          Sedimen yang diendapkan di laut disebut dengan sedimen marine.
-          Sedimen yang diendapkan di bawah lereng terjadinya gletser disebut dengan sedimen morain (glacial till).

Bentukan Alam Hasil Sedimentasi  
-          Di muara sungai yang besar sering terbentuk endapan-endapan pasir dan lumpur yang disebut dengan delta.         
-          Pada saat sungai banjir, maka banyak material yang diendapkan di sisi kanan-kiri dari sungai tersebut dan membentuk suatu tanggul yang disebut dengan tanggul alam.       
-          Endapan yang terjadi di tengah sungai dan muncul pada saat air sungai surut disebut dengan gosong sungai.         
-          Endapan yang terjadi di kaki-kaki bukit dan bentuknya seperti kipas, disebut dengan kipas aluvial.        
-          Endapan yang terjadi di daerah pantai atau gurun dapat berupa gumuk pasir (sand dune)



PENGAPURAN



1.  Pengertian Pengapuran
Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan (Hardjowigeno, 1992).
Menurut Ratnawati (2008), Pengapuran adalah salah satu bentuk dari remediasi selain pengoksidasian dan pembìlasan tanah Untuk mengatasi Permasalahan utama pada tambak tanah sulfat masam antara lain: pH rendah (S 3,5); kurang tersedia fosfor (P), kalsium (Ca), dan magnesium kandungan unsur molibdium (Mo) dan besi (Fe) serìng berlébihan sehingga dapat meracuni organisme; serta kelarutan aluminium (Al) sering tinggi sehingga merupakan penghambat ketersediaan P. Penambahan pupuk, terutama yang mengandung P sering tidak bermanfaat pada tanah masam ini bila unsur-unsur toksìk sepertì AI, Fe, dan Mn tidak diatasi.

2   Fungsi Pengapuran

Pengapuran berguna untuk memperbaiki keasaman (pH) dasar tambak. dasar tambak yang ber-pH rendah dapat menyebabkan rendahnya pH air tambak. oleh karena itu, perbaikan pH air tambak harus dimulai dari perbaikan pH tanah dasar tambak. selain untuk memperbaiki keasaman dasar tambak, kapur juga berfungsi sebagai desinfektan dan penyedia unsur hara (fosfor) yang dibutuhkan plankton. tanah dasar tambak yang mengandung pirit harus direklamasi terlabih dahulu selama kurang lebih 4 bulan sebelum diberi kapur sejumlah 2-2,5 ton/ha (Suyanto et.al 2009).
Kapur yang digunakan di tambak berfungsi untuk meningkatkan kesadahan dan alkalinitas air membentuk sistem penyangga (buffer) yang kuat, meningkatkan pH, desinfektan, mempercepat dekomposisi bahan organik, mengendapkan besi, menambah ketersediaan unsur P, dan merangsang pertumbuhan plankton serta benthos (Chanratchakool, 1995).
Menurut kordi et al (2010), fungsi pengapuran antara lain:      
1)      Meningkatkan pH tanah dan air
2)      Membakar jasad jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar
3)      Mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus
4)      Memperbaiki kualitas tanah
5)      Kapur yang berlebihan dapat mengikat fosfat yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankton
Manfaat pengapuran menurut murtidjo (1988) diantaranya:
1)      menormalkan asam-asam bebas dalam air, sehingga pH meningkat
2)      mencegah kemungkinan terjadinya perubahan pH air atau tanah yang mencolok
3)      mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik sehingga garam dan zat hara akan terbebas.
4)      mengendapkan koloid yang melayang layang dalam air tambak


3  Teknik-Teknik Pengapuran
Menurut Mahyudin (2008), Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar merata di permukaan tanah dasar kolam. setelah pengapuran selesai, tanah dasar kolam dibalik dengan cangkul sehingga kapur bisa lebih masuk ke dalam lapisan tanah dasar. pengapuran untuk kolam semen dan terpal dilakukan dengan cara dinding kolam dan dasar terpal dikuas dengan kapur yang telah dicampuri air .

Menurut kordi et al (2010). Sebelum mengapurnya, kita harus mengeringkan tambak terlebih dahulu. Tebarkan kapur secara merata di permukaan tambak dengan jumlah yang disesuaikan dengan luas tambak dan tekstur tanah. Kapur yang diperlukan adalah kapur pertanian atau kapur lain dengan takaran disesuaikan dengan pH tanah.
Menurut Ratnawati (2008), Pengapuran yang dilakukan dìbagi atas 2 tahap yaitu pengapuran dasar dan pengapuran susulan. Pengapuran dasar dìlakukan setelah pengerìngan tambak dengan dosis 1.000--1.875 kg/ha yang ditebaŕ secara merata ke permukaan tanah dasar tambak,‘tergantung pH tanah dasar tambak.


Adapun cara-cara pengapuran tambak agar memperoleh hasil yang baik, menurut murtidjo (1988) diantaranya:
1.      tanah dasar tambak setelah pengeringan digali dengan kedalaman sekitar 0,1 meter, selanjutnya dicampur dengan kapur dan diaduk
2.      pengadukan harus baik dan benar hingga merupakan adonan yang homogen serta sempurna
3.      setelah adonan sempurna, bisa dikembalikan dan diratakan pada dasar tambak
4.      pengapuran dilakukan setiap musim penebaran benur atau nener

Menurut Kholis  (2010), Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar merata dipermukaan tanah dasar kolam. setelah pengapuran selesai, tanah dasar kolam dibalik dengan menggunakan cangkul sehingga kapur bisa lebih masuk ke dalam lapisan tanah dasar, pengapuran untuk kolam semen dan terpal dilakukan dengan cara dinding kolam dan terpal dikuas dengan kapur yang telah dicampur air.

Cara Pengapuran Tambak menurut Tim Perikanan WWF Indonesia (2011) yaitu periksa pH tanah pada beberapa titik yang berbeda pada dasar tambak dengan menggunakan alat pengukur pH hingga sesuai dengan yang diharapkan.
       pH 4-5 digunakan kapur 500 - 1000 kg/ha.
       pH 5-6 digunakan kapur
       250 - 500 kg/ha.
       pH  > 6 digunakan dolomit 100 – 250 kg/ha.
Pemberian kapur harus disesuaikan dengan tekstur dan pH tanah. Kemudian dolomit/kapur ditebarkan ke seluruh dasar dan pematang tambak dan tambak siap diisi sampai ketinggian yang dinginkan.

4   Jenis-Jenis Kapur Yang Biasa Dipakai Dalam Pengapuran Tambak
Menurut Ratnawati (2008), jenis kapur yang digunakan pada kegiatan budidaya udang tradisional plus ini adalah kapur dolomite (Ca Mg(CO3)2, karena kapur ini memiliki pengaruh yang lebih lama, mudah diperoleh, meninggalkan residu dan kecepatan reaksìnya lebih lambat, sertajuga mengandung Mg selaìn Ca.

Menurut Kholis  (2010), Jenis kapur yang biasa digunakan untuk pengapuran kolam adalah kapur aktif atau kapur tohor (CaO) dan kapur pertanian (CaCO3) atau CaMg(CO3)2. Kapur tohor atau kapur sirih adalah kapur yang pembuatannya melaluin proses pembakaran. bahan penyusunnya berupa batuan tohor gunung dan kulit kerang. Kapur pertanian adalah kapur karbonat yang bahan penyusunnya berupa batuan kapur tanpa melaluin proses pembakaran, tetapi langsung digiling. terdapat dua macam kapur pertanian, yaitu kalit dan dolomit. kalsit bahan bakunya didominasi oleh kandungan karbonat dan sedikit magnesium (CaCO3), sementara dolomit bahan bakunya didominaso oleh kalsium karbonat dan magnesium karbonat (CaMg(CO3)2).

Jenis kapur yang dapat diaplikasikan di tambak TSM menurut Sammut et.al. (2011) yaitu kapur karbonat, kapur oksida dan kapur hidrat.
    Kapur karbonat : kapur karbonat diperoleh dengan menggiling batu kapur tanpa pemanasan. yang tergolong kapur karbonat adalah:Kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg(CO3)2)
    Kapur oksida : kapur ini diproduksi setelah pemanasan kapur karbonat. kapur oksida dikenal pula sebagai kapur bakar atau kapur tohor (CaO)
       Kapur hidrat : kapur ini diperoleh dengan menambahkan air pada kapur oksida. kapur hidrat dikenal pula dengan nama kapur bangunan atau kapur tembok Ca(OH)2

Kesesuaian jenis kapur untuk digunakan sebagai material penertal tergantung pada beberapa faktor antara lain kekuatan menetralisir, harga, tingkat reaksi dengan tanah, tingkat kehalusan butir, dan kemudahan untuk digunakan/tidak beresiko. Biasanya dolomit dan kalsit yang lebih umum digunakan oleh para petani tambak dengan alasan tersebut di atas. Kapur dolomit memiliki pengaruh lebih lama, mudah diperoleh, tidak meninggalkan residu dan kecepatan reaksi lebih lambat.

5  Dosis Kapur Dalam Pengapuran Tambak
Sebelum menentukan dosis kapur pada persiapan tambak, maka perlu diketahui cara pengukuran pH menggunakan pH meter. Setelah nilai pH tanah diketahui maka dosis kapur yang digunakan disesuaikan dengan tingkat keasaman tanah.

Menurut Amri (2002), kebutuhan kapur per hektar tambak tergantung dari derajat keasaman tanah tambak (pH). Umumnya, tambak yang sudah beberapa kali digunakan untuk pemeliharaan udang akan ber-pH rendah karena telah terjadi proses pembusukan bahan organik berupa sisa pakan dan kotoran udang sehingga menghasilkan asam dari proses oksidasi. semakin rendah pH tanah, jumlah kapur yang diperlukan juga semakin banyak. 

6  Metode Penentuan Dosis Kapur
Istilah kebutuhan kapur digunakan untuk menyatakan jumlah kapur yang harus diberikan pada tanah untuk pertanaman tertentu. Kebutuhan kapur juga digunakan untuk menyatakan jumlah kapur atau kesetaraannya yang harus diberikan pada tanah untuk menaikan pH tanah menjadi pH 5,5 dari pH 3,75. Angka-angka yang diperoleh dari suatu carapenentuan kebutuhan kapur harus dikalikan dengan indeks netralisasi, tergantung pada susunan serta kehalusan bahan yang digunakan dalam pengapuran dan jumlah yang mungkin dapat tercuci.(Kaderi,2001)

7  Faktor-Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengapuran Tambak
Kolam hendaknya dicangkul terlebih dahulu agar proses pengapuran menjadi lebih sempurna. tanah yang dicangkul kurang lebih mencapai kedalaman 20cm dan diberi air sehingga menjadi macak-macak (becek). selanjutnya kapur ditebarkan secara merata  (Afrianto 1992).
dan diratakan pada pelataran tambak

Untuk tambak yang bertanah asam, pengapuran tambak harus dilakukan setiap musim tanam. dengan demikian, produktivitas tambak tetap terjamin
Beberapa hal yang perlu diperhatikan menurut Soemarno 2012 :
1.      Idealnya paling lambat pengapuran dilakukan 2 minggu sebelum tanam, karena bahan kapur termasuk bahan yang lambat bereaksi dengan tanah.
2.    Setelah pengapuran sebaiknya tanah dicangkul (dibajak) agar kapur bisa merata masuk dekat zona perakaran.
3.        Pengairan setelah pengapuran sangat diperlukan.
4.        Peningkatan pH tidak bisa terjadi seketika, melainkan pelan dan bertahap.
5.        Dosis kapur disesuaikan pH tanahnya, tetapi sebagai pedoman praktis dosis berkisar 500 kg/Ha 2 ton/Ha.

Desinfektan

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.

Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya.

Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida.
Telah dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan glutaraldehid) dan halogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen yang dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol . Fenol digunakan sebagai kontrol positif, aquadest sebagai kontrol negatif dan larutan aldehid dan halogen dalam pengenceran 1 : 100 sampai 1 : 500 dicampur dengan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi resisten ampisilin yang telah diinokulum, keburaman pada tabung pengenceran menandakan bakteri masih dapat tumbuh. Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara membandingkan aktivitas suatu larutan fenol dengan pengenceran tertentu yang sedang diuji. Hasil dari uji koefisien fenol menunjukan bahwa disinfektan turunan aldehid dan halogen lebih efektif membunuh bakteri Staphylococcus aureus dengan nilai koefisien fenol 3,57 ; 5,71 ; 2,14 ; 2,14 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit, begitu juga dengan bakteri Salmonella typhi, disinfektan aldehid dan halogen masih lebih efektif dengan nilai koefisien fenol 1,81 ; 2,72 ; 2,27 dan 2,27 berturut-turut untuk formalin, glutaraldehid, iodium dan hipoklorit.

Disinfeksi dan antiseptik
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Macam-macam desinfektan yang digunakan:
  1. Alkohol
    Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
  2. Aldehid
    Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
  3. Biguanid
    Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
  4. Senyawa halogen. Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
  5. Fenol
    Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
  6. Klorsilenol
    Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).
Desinfeksi permukaan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan “tingkat tinggi” dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit :
  • Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari dengan akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang efektif bagi kain atau bahan plastik.
  • Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari. Keuntungannya adalah “efek tinggal” dan kurang menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.
  • Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 : 10 hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam renang.
Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas “tingkat menengah” bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit

BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan  untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.
2.    Sepuluh kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :
a)      Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
b)      Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
c)      Tidak toksik pada hewan dan manusia
d)     Tidak bersifat korosif
e)      Tidak berwarna dan meninggalkan noda
f)       Tidak berbau/ baunya disenangi
g)      Bersifat biodegradable/ mudah diurai
h)      Larutan stabil
i)        Mudah digunakan dan ekonomis
j)        Aktivitas berspektrum luas
3.    Variabel dalam desinfektan
  1. Konsentrasi (Kadar)
Konsentrasi yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang akan didesinfeksi dan pada organisme yang akan dihancurkan.
  1. Waktu : Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable
  2. Suhu : Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia

4.    Macam-Macam Desinfektan Dan Antiseptik

1.    Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat.
2.    Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.
3.    Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.
4.    Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.
5.    Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
6.    Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai pengawet).
7.    Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebagai formalin.
8.    Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
9.    Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.
10.              Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa.
11.              Senyawa Amonium Kuaterner
Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya mengandung karbon, terikat secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa – senyawa ini bakteriostatis atau bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif daripada organisme gram-negatif.
12.              Sabun dan Detergen
Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan;yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian.
13.    Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama bangsa kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamide.
14.              Antibiotik
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.


BAB 2 .AMDAL


1. AMDAL dan ANDAL
AMDAL atau analisa mengenai dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. Amdal dirumuskan sebagai suatu analisa suatu dampak lingkungan dari suatu proyek yang meliputi suatu pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak proyek dari bangunannya, prosesnya maupun sistim dari proyek terhadap lingkungan yang berlanjut kelingkungan hidup manusia, yang meliputi penyusunan PIL, TOR Andal, RKL dan RPL
Andal atau analisa dampak lingkungan adalah terjemahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan

2.      Dampak
Dampak atau impac dapat diartikan sebagai adanya suatu benturan antara dua kepentingan yaitu kepentingan pembangunan proyek dan kepentingan usaha melestarikan lingkungan.  Apabila diidentifikasikan dampak ialah setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya aktivitas manusia.
 




                                     DAMPAK



3.  Perlunya Amdal

mengapa Amdal harus dilakukan dan mengapa perlu Andal pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan dua argumentasi sebagai berikut:
a.       Amdal harus dilakukan untuk proyek yang akan diabangun karana UU dan PP menghendaki demikian. Apabila tidak melaksanakan kemungkinana perizinan untuk membangun proyek tidak didapat.
b.      Amdal harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak karena adanya proyek-proyek pembangunan. Disamping itu untuk menjamin tujuan proyek-proyek pembangunan yang bertujuan agar kesejahteraan masyarakat tercapai tanpa merusak lingkungan hidup.

4.  Siapa yang harus melakukan AMDAL

Pelaksanaan kegiatan Amdal dilakukan oleh Tim Amdal atas permintaan pemrakarsa proyek dalam hal ini adalah perusahaan yang akan menjalankan proyek. Oleh karena itu pemrakarsa haruslah membiayai dalam pelaksanaan Amdal.

Tanggung jawab pemilik proyek untuk menyelenggarakan Amdal bukan berarti bahwa pemrakarsa tersebut yang melakukan sendiri akan tetapi menyerahkan pelaksanaan Amdal kepada konsultan swasta atau pihak lain atas dasar pemerintah.

5.  Pendekatan Studi AMDAL
a.       Pendekatan AMDAL Kawasan, Yang dimaksud dengan AMDAL  kawasan  yakni penyusunan studi AMDAL bagi jenis usaha/kegiatan yang berlokasi di dalam suatu kawasan yang telah ditetapkan atau berada dalam kawasan/zona pengembangan wilayah yang telah ditetapkan pada kesatuan hamparan ekosistim.
b. Pendekatan AMDAL Terpadu yang dimaksud dengan AMDAL Terpadu yakni penyusunan studi AMDAL bagi jenis usaha/kegiatan terpadu, baik dalam perencanaan, proses produksinya maupun pengelolaannya dan melibatkan lebih dari satu instansi yang membidangi kegiatan tersebut serta berada dalam satu kesatuan hamparan ekosistim
c.   Pendekatan AMDAL Tunggal Yang dimaksud dengan AMDAL  tunggal yakni penyusunan atau pembuatan studi  AMDAL diperuntukkan bagi satu jenis usaha dan /kegiatan dimana kewenangan pembinaannya dibawah satu instansi yang mebidangi jenis usaha dan/atau kegiatan tersebut
2                                        KEGUNAAN ANDAL
1.       Peranan Dalam Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan lingkungan baru dapat dilaksanakan apabila rencana pengelolaan telah disusun. Rencana pengelolaan baru dapat disusun apabila telah diketahui dampak lingkungan yang akan terjadi akibat proyek pembangunan. Pendugaan biasa berbeda dengan kenyataan hal ini disebabkan:
a.       Penyusunan laporan Andal kurang baik
b.       Pemilik proyek tidak menjalan proyeknya sesuai dengan yang tertulis di dalam laporan. Terutama saran penanganan dampak negatif.

2.       Peranan Dalam Pengelolaan Proyek
Agar dapat diketahui peranan andal di dalam proyek terlebih dahulu harus diketahui fase-fase dari pengelolaan proyek. Fase tersebut sebagai berikut:
a.       Fase identifikasi
b.       Fase Studi kelayakan
c.       Fase desain kerekayasaan atau rancangan
d.      Fase pembangunan proyek
e.       Fase beroprasi
f.        Fase proyek berhenti.

3.       Peranan Dalam Pengembilan  Keputusan

Salah satu tugas dari pemerintah adalah mengawasi dan mengarahkan serta menghindarkan akibat-akibat yang dapat ditimbulkan dari suatu proyek terhadap lingkungan. Untuk itu proyek harus menyajikan PIL  sebagai alat pemerintah untuk memutuskan apakan proyek harus Andal atau tidak.
Dengan mempelajari Andal pengambilan keputusan mencoba melihat:
a.       Apakah akan ada dampak pada kualitas lingkungan hidup
b.      Apakah akan menimbulkan pertentangan dengan proyek yang lain
c.       Apakah akan timbul dampak negatif yang tidak dapat ditoleransi oleh masyarakat serta membahayakan keselamatan masyarakat
d.      Sejauh mana pengaruhnya pada pengaturan lingkungan yang lebih luas.
Keputusan yang dapat diambil oleh pemerintah ialah:
a.       proyek tidak boleh dibangun
b.       proyek bole dibangun sesuai usulan
c.       proyek boleh dibangun tetapi dengan saran-saran tertentu

4.       Sebagai Dokumen Yang Penting

Laporan Andal merupakan dokumen yang penting sebagai sumber informasi yang cukup detail mengenai keadaan lingkungan pada waktu penelitian, proyeknya dan gambaran keadaan lingkungan di masa yang akan datang meliputi:
a.       Dampak-dampak yang akan dapat dihindari
b.       Alternatif-alternatif aktifitas
c.       Dampak jangka panjang dan pendek
d.      Dampak yang dapat menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

5.       Kepentingan berbagai pihak
5.1. Kegunaan bagi Pemerintah
a.       Mencegahagar potensi alam yang dikelola tidak rusak
b.       Menghidarkan rusaknya sumber daya alam lain di luar lokasi proyek
c.       Menghindarkan perusakan lingkungan hidup seperti pencemaran dan kebisingan.
d.      Menjamin manfaat yang jelas bagi masyarakat

5.2.            Kegunaan Bagi Pemilik Proyek

a.       Melindung proyek agat tidak melanggar UU
b.       Melindungi proyek dari tuduhan pelanggaran suatu dampak negatif yang sebenarnya tidak dilakukan
c.       Melihat masalah yang akan dihadapi di masa akan datang
d.      Mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah yang akan di hadapi.
e.       Sebagai sumber informasi lingkungan di sekitar lokasi proyek.
f.        Sebagai bahan analisis pengelolaan dan sasaran proyek
g.       Menemukan keadaan lingkungan yang membahayakan proyeknya (banjir, longsor, gempa bumi
5.3.       Kegunaan Bagi Pemilik Modal

b.      Menjamin modal yang dipinjam dapat mencapai tujuan
c.       Menjamin bahwa modal yang dipinjam dapat dikembalikan
d.      Menentukaan prioritas pinjaman

5.4.            Kegunaan Bagi Masyarakat
a.       Dapat mengatahui pembangunan di daerahnya
b.      Mengathui perubahan lingkungan yang akan terjadi
c.       Turut serta dalam pembangunandi daerah sejak awal
d.      Pemahaman mengenai proyek mencegah salah paham
e.       Mengetahui hak dan kwajiban dalam mengelola kualitas lingkungan.

5.5.       Kegunaan Lainnya
a.       Kegunaan di dalam analisis, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.
b.       Penelitian
c.       Peningkatan keterampilan dan pengetahuan dalam penelitian
d.      Tumbuhnya konsultan ANDAL yang baik
e.       Pembangunan Iptek


PENAPISAN


Kegiatan proyek pembangunan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dampak dapat berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dan negatif dapat di kelompokkan menjadi dampak penting dan dampak tidak penting. Untuk itu sebelum proyek tersebut berjalan maka harus dilakukan penapisan untuk menentukan apakah proyek yang akan dilaksanakan memiliki dampak penting atau tidak penting. Kegiatan penapisan dilakukan oleh instansi yang membidangi proyek tersebut.Hasil penapisan diserahkan ke kantor Menteri Lingkungan Hidup untuk dibuatkan KEPMEN yaitu  KEPMENLH no. 39 tahun 1996 tentang prosedur dan tata laksana AMDAL, UKL dan UPL..
Proses Dalam Penapisan

         RENCANA PROYEK
                    Tidak Ada Dampak Penting                                                                                 Ada Dampak Penting            
PENAPISAN
                        UKL                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            AMDAL
                        UPL                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            KA ANDAL  
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                ANDAL         
                        INSTANSI                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             RKL
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                RPL
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            MENLH
                                                                                                                       
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    KOMISI AMDAL        


                                                SKOPING (PELINGKUPAN)


1.   Pengertian Skoping

Istilah skoping dalam Amdal dapat diartikan sebagai proses untuk menemukan atau menetapkan dampak penting atau disebut pula sebagai masalah utama dari suatu proyek terhadap lingkungan. Untuk mendapatkan hasil skoping yang lebih baik maka tim dapat mempelajari pustaka-pustaka, laporan Amdal dan hasil pemantuan proyek yang sama.

2.  Kegunaan Skoping

Pembatas dalam studi Amdal adalah waktu dan biaya. Waktu yang tersedia umumnya 6-12 bulan jarang sekali ada yang lebih dari itu. Berhubung adanya pembatasan waktu dan biaya maka perlu diadakan seleksi komponen yang akan diteliti, yaitu hanya yang mendapat dampak yang nyata atau penting. Dalam seleksi ini digunakan metode skoping. Sehingga kegunaan skoping dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.       Identifikasi dampak penting
b.      Menetapkan komponen lingkungan yang terkena dampak
c.       Menetapkan strategi penelitian pada komponen yang akan terkena dampak
d.      Menetapkan parameter atau indikator dari komponen yang akan diukur.
e.       Efesiensi waktu dan biaya


3.   Macam Skoping

a.       Skoping Sosial adalah proses skoping yang menetapkan dampak penting berdasarkan pandangan dan penelian masyarakat
b.       Skoping Ekologi adal;ah proses skoping yang menetapkan dampak penting berdasarkan pada nilai-nilai ekologi
c.       Skoping kebijaksanaan dan perencanaan adalah proses skoping untuk menetapkan secra cepat pilihan dari suatu pembangunan proyek, menganalisa masalah-masalah yang akan timbul sejak awal dan juga akan menghasilkan saran-saran strategi di dalam menjalankan suatu proyek. Skoping ini dilakukan oleh instansi pemerintah bukan tim Amdal.

KA- ANDAL

1. Pengertian
Kerangka Acuab Andal adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasli pelingkupan yang telah disepakati oleh pemrakarsa, penyusun AMDAL dan Komisi AMDAL.

2.  Tujuan dan Fungsi Ka Andal
Tujuan penyusunan Ka Andal adalah :
a.       Merumuskan ruang lingkup dan kedalaman studi ANDAL
b.      Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efesien sesuai dengan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia.

Fungsi dokumen KA ANDAL adalah:

a.       sebagai rujukan penting bagi pemrakarsa, instansi yang membidangi rencana usaha atau kegiatan, dan penyusunan  studi AMDAL  tentang lingkup dan kedalaman studi ANDAL yang akan dilakukan.
b.      Sebagai salah satu bahan rujukan bagi penilai dokumen ANDAL untuk mengevaluasi hasil studio ANDAL.

3. Dasar pertimbangan penyusunan KA-ANDAL
3.1. Keanekaragaman
Rencana usaha dan kegiatan terhadap lingkungan hidup pada umumnya sangat beranekaragam. Keanekaragaman rencana usaha dan atau kegiatan dapat berupa keanekaragaman bentuk, ukuran, tujuan, sasaran. Demikianpula rona lingkungan hidup akan berbeda menurut letak geografis, keanekaragaman faktor lingkungan, pengaruh manusia. Karena itu tata kaitan antara keduanya tentu akan sangat bervareasi pula. Dengan demikian  KA-ANDAL diperlukan  untuk memberikan arahan tentang komponen usaha atau kegiatan manakah yang harus ditelaah dan komponen lingkungfan hidup manakah yang harus diamati selama menyusun ANDAL.

3.2. Keterbatasan Sumber Daya
Penyusunan KA-ANDAL acap kali dihadapkan dengan keterbatasan sumber daya, seperti: keterbatasab waktu, dana, tenaga, metode dsb. Dalam KA-ANDAL ditonjolkan upaya untuk menyusun prioritas  manakah yang harus diutamakan agar tujuan  ANDAL terpenuhi meski sumber daya terbatas.

3.3 Efesien
Pengumpulan data dan informasi untuk kepentingan ANDAL perlu dibatasi pada faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan kebutuhan. Dengan cara ini ANDAL dapat diperlakukan secar efesien.

4. Pihak yang Terlibat dalam Penyusunan KA-ANDAL
Pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam penyusun KA-ANDAL adalah pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab , dan penyusun studi ANDAL. Namun dalam pelaksanaan penyusun KA-ANDAL  harus senantiasa melibatkan para pakar dan masyarakat.

5. Wawasan KA-ANDAL
a.       Dokumen KA-ANDAL harus menampung berbagai aspirasi tentang hal-hal yang dianggap penting untuk ditelaah dalam studi ANDAL menurut pihak –pihak yang terlibat.
b.      Dalam studi AMDAL perlu ditelaah dan dievaluasi  masing-masing alternatif dari rencana usaha  yang dipandang layak/baik dari segi lingkungan hidup, teknis, maupun ekonomis sebagai upaya untuk mencegah timbulnya dampak negatif yang lebih besar.
c.       Perlu memperhatikan beberapa komponen dibawah ini :
1)      Komponen lingkungan hidup yang ingin dipertahankan dan dijaga serta dilestraikan fungsinya: hutan lindung, hutan konservasi, sumber daya air, keanekaragaman hayati, kualitas udara, warisan alam dan Budaya.
2)      Komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara mendasar dan perubahan tersebut dianggap penting oleh masyarakat sekitar, seperti: Pemilik dan penguasaan lahan, kesempatan kerja dan saha, taraf hidup masyarakat dan kesehatan masyarakat.
d.      Pada dasarnya  dampak lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu rencana memiliki hubungan sebab akibat.








Sistematika Penyusunan KA-ANDAL
 BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berisi uraian secara singkat latar belakang dilaksanakannya  studi ANDAL ditinjau dari :
a.       Tujuan dan Kegunaan proyek
b.      Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rencana kegiatan, rona lingkungan yang terkena isu-isu pokok.
c.       Kebijakan Regional, lokal dan perusahaan terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup.

2. Tujuan dan Kegunaan Studi
Tujuan dilaksanakannya studi ANDAL adalah:
a.       Mengidentifikasi rencana usaha atau kegiatan yang akan dilakukan terutama yang menimbulkan dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup.
b.       Mengidentifikasikan  rona lingkungan hidup terutama yang akan terkena dampak besar dan penting.
c.       Memprakirakan dampak dan mengevaluasi dampak besar dan penting terhadap lingkungan.
Kegunaan studi ANDAL adalah:
a.       Membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak dari segi lingkungan hidup, teknis dan ekonomis.
b.      Mengitergrasikan pertimbangan lingkungan hidup dalam tahap perencanaan rinci dari suatu usaha.
c.       Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

BAB II. RUANG LINGKUP STUDI

1. Lingkup Rencana Usaha yang akan ditelaah.
a.       Berisi uraian secara singkat mengenai rencana usaha atau kegiatan penyebab dampak yang sesuai dengan jenis rencana usaha yang akan dilaksanakan.
b.      Komponen usaha atau kegiatan yang akan ditelaah yang berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan.
c.       Uraian secara singkat mengenai kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar rencana usaha berserta dampak-dampak yang akan ditimbulkanya terhadap lingkungan hidup.
Dalam penjelasan ini dilekngapi dengan peta yang dapat menggambarkan lokasi rencana usaha berserta kegiatan-kegiatan lain yang ada di sekitar lokasi.

2. Lingkup rona lingkungan hidup awal
a.       Uraian secara singkat mengenai rona lingkungan hidup yang terkena dampak
b.      Komponen lingkungan hidup yang ditelaah karena terkena dampak



3. Isu-Isu pokok
Uraian secara singkat isu-isu pokok yang dapat ditimbulkan akibat rencana usaha dan/atau kegiatan sesuai hasil pelingkupan. Data cara pelingkupan agar mengacu pada serangkain proses  pelingkupan.

4. Lingkup  Wilayah Studi
Wilayah studi ini merupakan resultante dari batas wilayh proyek, ekologis, social dan administratif setelah mempertimbangkan Kendal teknis yang dihadapi 9 dilengkapi dengan peta batas wilayh studi yang dapat menggambarkan batas wilayah proyek, ekologis, social dan administratif.


 BAB III. METODE STUDI

1.       Metode pengumpulan dan Analisis Data
Pada bagian ini  dijelaskan metode pengumpulan data baik primer maupun data sekunder yang sahih yang dapat dipercaya. Data primer diperoleh langsung dari lapangan dengan melakukan kegiatan observasi, wawancara, kuisioner, sampling. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari data-data pada instansi terkait, studi literatur dll.
Untuk mendapatkan data sekunder dapat diperoleh dari :
a.       Iklim diperoleh dari kantor Metereologi dan Giofisika
b.      Topografi diperoleh dari Direktorat Geologi dan Tata Ruang
c.       Hidrologi diperoleh dari Dinas PU
d.      Sosekbud Masyarakat diperoleh dari Biro pusat Statistik
e.       Status lahan diperoleh dari Badan Pertanahan  Nasional


2. Metode Prakiraan Dampak
Pada bagian ini dijelaskan metode yang digunakan dalam metode ANDAL untul memprakirakan besaran dampak dan penentuan tingkat kepentingan dampak. Metode formal dan non formal digunakan dalam memprakirakan besaran dampak. Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan bersifat terpadu dan berada dalam suatu kawasan, maka pengukuran terhadap besaran dampak kumulatif akibat berbagai usaha dan/atau kegiatan tersebut mutlak diperhitungkan. Sementara untuk memprakirakan tingkat kepentingan dampak akan digunakan Pedoman Penentuan Dampak Besar dan Penting.
Dalam hal ini, uraikan secara jelas untuk setiap komponen lingkungan hidup yang diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting.

3. Metode evaluasi dampak
Pada bagian ini diuraikan metode yang lazim digunakan dalam studi  ANDAL untuk mengevaluasi dampak besar dan penting yang ditiimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup secara holistik (seperti a.1: matrik, bagan alir, overlay) untuk digunakan sebagai:
a.       dasar untuk menelaah kelayakan lingkungan hidup dari berbagai alternatif usaha dan/atau kegiatan;
b.      identifikasi dan perumusan arah pengelolaan dampak besar dan penting lingkungan hidup yang ditimbulkan
Evaluasi dampak besar dan penting secara holistik tersebut diatas harus mencakup baik dampak yang tergolong besar dan penting maupun tidak sebagaimana telah dihasilkan dalam bab prakiraan dampak sebelumnya.
BAB IV. PELAKSANA STUDI
1. Pemrakarsa
Pada bagian ini dicantumkan nama dan alamat lengkap instansi/perusahaan sebagai pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan, nama dan alamat lengkap penanggung jawab pelaksanaan rencana usaha dan/atau kegiatan.

2. Penyusunan studi AMDAL
Pada bagian ini dicantumkan nama dan alamat lengkap lembaga/perusahaan, nama dan alamat lengkap penanggung jawab penyusun AMDAL, nama dan keahlian masing-masing anggota penyusun AMDAL. Perlu diketahui bahwa ketua tim penyusun studi AMDAL harus bersertifikat AMDAL B sedangkan anggota penyusun lainnya harus mempunyai keahlian yang sesuai dengan lingkup studi AMDAL yang akan dlakukan.

3. Biaya studi
Pada bagian ini diuraikan prosentase jenis-jenis biaya yang dibutuhkan dalam rangka penyusun studi ANDAL.

4. Waktu studi
Pada bagian ini diungkapkan jangka waktu pelaksanaan studi ANDAL sejak tahap persiapan hingga penyerahan laporan ke instansi yang bertanggung jawab.

      DAMPAK LINGKUNGAN



Dampak  penting lingkungan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh suatu komponen lingkungan pada ruang dan waktu tertentu sebagai akibat kegiatan tertentu.



1.       Dampak Fisik Kimia

Dampak fisik dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan pada lahan misalnya: penambangan emas, batu bara, timah dll. Lahan tanah yang subur diaduk-aduk dengan mesin untuk mendapatkan serpihan emas dengan menyemprotkan air secara besar-besaran
Dampak kimia dapat diartikan perubahan yang terjadi akibat penggunaan bahan-bahan kimia pada suatu kegiatan misalnya penggunaan zat air raksa atau merkuri untuk memisahkan biji emas, pembuangan gas dari industri mobil, motor dll. Yang berpeluang dapat menimbulkan pencemaran udara dan air

2.       Dampak Biologi

Dampak biologi adalah dampak yang terjadi pada ekosistin air,  tanah maupuun udara akibat kegiatan proyek.  Secara umum adanya perubahan yang terjadi pada air, tanah dan udara lambat laun akan membawa pengaruh nyata dari segi pertumbuhan, pembiakan dan tingkat kehidupan.

3.       Dampak Sosial Ekonomi

a.      Aspek Produksi
Dengan adanya kegiatan lingkungan dipacu dengan teknologi untuk menghasilkan jasa atau barang tanpa memperhtikan rona lingkungan, maka dalam waktu singkat akam mempengaruhi sistem lingkungan yang pada akhirnya dapat menurunkan mutu produksi, jumlah produksi dan daya dukung lingkungan.

b.      Aspek Konsumsi
Adanya tuntutan permintaan dari masyarakat akibat dampak sosial yang terjadi maka pola konsumsi masyarakat meningkat yang pada akhirnya  produksi dipacu besar-besaran untuk memproduksi berbagai jenis barang untuk mendapatkan keuntungan tanpa pembatas hingga norma-norma lingkungan terus merana.

c.       Aspek daur ulang
Dari perkembangan kegiatan ekonomi saat ini hanya memusatkan pada aspek keuntungan tanpa melihat aspek lingkungan .untuk itu perlu upaya menekan jumlah kerusakan dengan melakukan kajian daur ulang. Limbah-limbah industri sebelum dibuang ke alam bebas terlebih dahulu harus di endapkan serta diberi bahan-bahan yang dapat menetralkan limbah tersebut sehingga limbah tersebut aman untuk dibuang.

4.       Dampak Sosial Budaya
a.      Kesehatan Lingkungan
Ditandai dengan tingginya penyakit menular (batuk, pilek, gatal-gatal, alegi dan penyakit dalam misalnya jantung, paru-paru, tekanan darah tinggi stres dll. Hal ini disebabkan perubahan pola pikir msyarakat yang masih terbelakang.

b.      Sosial
Dampak sosial dengan adanya pembangunan adalah peningkatan pendapatan serta peluang tenaga kerja namun pada perkembangannya pembangunan terus meningkat sehingga penggunaan tenaga manusia banyak digantikan oleh mesin-mesin yang pada akibatnya dapat menimbulkan PHK, persaingan tidak sehat, kriminal miningkat dan pengangguran bertambah.
Jenis-Jenis Masalah Lingkungan Hidup Di Indonesia :
Masalah Lingkungan hidup di Indonesia saat ini:
1)      penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan;
2)      polusi air dari limbah industri dan pertambangan;
3)      polusi udara di daerah perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan   udara paling kotor ke 3 di dunia);
4)      asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan;
5)      penghancuran terumbu karang
6)      pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju;
7)      pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur
8)      hujan asam yang merupakan akibat dari polusi udara.



UPAYA-UPAYA MENGATASI MASALAH LINGKUNGAN HIDUP

Usaha Mengatasi berbagai Masalah Lingkungan Hidup Pada umumnya permasalahan yang terjadi dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut:
1)        Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan pada pengelolaan sumber daya alam baik yang dapat maupun yang tidak dapat diperbaharui dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampungnya.
2)      Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan sumber daya alam maka diperlukan penegakan hokum secara adil dan konsisten.
3)      Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
4)      Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara bertahap dapat dilakukan dengan cara membudayakan masyarakat dan kekuatan ekonomi.
5)      Untuk mengetahui keberhasilan dari pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan penggunaan indicator harus diterapkan secara efektif.
6)      Penetapan konservasi yang baru dengan memelihara keragaman konservasi yang sudah ada sebelumnya.
7)      Mengikut sertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan global.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa upaya penanganan terhadap permasalahan pencemaran terdiri dari langkah pencegahan terhadap permasalahan pencemaran terhadap permasalahan pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian.
Upaya pencegahan adalah mengurangi sumber dampak lingkungan yang lebih berat. Ada pun penanggulangan atau pengendaliannya adalah upaya pembuatan standar bahan baku mutu lingkungan, pengaweasan lingkungan dan penggunaan teknologi dalam upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan. Secara umum, berikut ini merupakan upaya pencegahan atas pencemaran lingkungan.
1.             Mengatur sistem pembuangan limbah industri sehingga tidak mencemari lingkungan
2.             Menempatkan industri atau pabrik terpisah dari kawasan permukiman penduduk
3.             Melakukan pengawasan atas penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida dan bahan kimia lain yang berpotensi menjadi penyebab dari pencemaran lingkungan.
4.             Melakukan penghijauan.
5.             Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku kegiatan yang mencemari lingkungan
6.             Melakukan penyuluhan dan pendidikan lingkungan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti dan manfaat lingkungan hidup yang sesungguhnya.

Prinsip Budidaya yang Bertanggungjawab



Demikian halnya sub sektor perikanan budidaya sebagai bagian dari sumberdaya alam harus dipandang bukan hanya sebagai sebuah sumber ekonomi semata, namun harus dimaknai sebagai sumberdaya yang perlu dikelola secara bertanggungjjawab, karena faktanya aktivitas budidaya juga tidak terlepas dalam memberiikan kontribusi terhadap perubahan lingkungan, sama halnya dengan sektor lain sejenis seperti pertanian terutama pada aktivitas budidaya sebagai sebuah industri.



Disamping itu sub sektor perikanan budidaya juga menjadi startegis karena berpotensi besar dalam upaya menopang ketahanan pangan nasional, bukan hanya untuk generasi saat ini tapi menjamin ketersediaan bagi antar generasi. Jika pola pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya dilakukan secara  ekspolitatif, maka akan ada ketimpangan antara kebutuhan pangan yang semakin besar sementara daya dukung lingkungan menurun secara drastis, dan memunculkan sebuah sistem yang negatif, imbasnya tak ada jaminan bagi masa depan generasi selanjutnya.



Melihat dari perkembangan aktivitas budidaya selama beberapa dekade misalnya budidaya udang, kita bisa amati adanya sebuah trend yang menunjukan adanya penurunan kualitas, penyebabnya adalah pengelolaan yang tidak mengindahkan prinsip keberlanjutan, dimana sikap anthroposentris masih mendominasi para pelaku usaha. Timbulnya berbagai masalah dalam budidaya terutama hama penyakit yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan serius yang mengancam dunia bisnis budidaya adalah hanya bagian kecil efek domino atas pola pengelolaan sumberdaya alam yang mengindahkan prinsip keberlanjutan. Aktivitas budidaya tidak boleh mengindahkan prinsip eco-sentris, karena dalam pengelolaan sumberdaya alam tidak bisa lepas dari pengaruh sistem alamiah yang membangun sebuah ekosistem yang saling mempengaruhi. Munculnya berbagai masalah di atas tadi adalah sebagai akibat hilangnya mata rantai sistem yang pada akhirnya menyebabkan ketidak seimbangan ekosisitem yang ada. Kita juga seringkali hanya memfokuskan pada upaya - upaya penanggulangan secara terus menerus, sementara upaya preventif terhadap sumber dengan memperbaiki dan memulihkan ekosisitem seringkali diindahkan.



Para pelaku usaha juga masih terjebak pada dominasi tujuan kepentingan pada aspek bisnis, sehingga salah dalam menterjemahkan prinsip berkelanjutan. Kita seringkali memandang bahwa prinsip keberlanjutan hanya pada tataran sempit yaitu sistem usaha yang menitikberatkan pada tujuan aspek ekonomi, sehingga apapun effort yang ada  didorong dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas setinggi-tingginya, melalui rekayasa dan manipulasi lingkungan. Padahal itu pandangan yang keliru, bahwa prinsip budidaya berkelanjutan harusnya dilihat dalam perspektif pembangunan berkelanjutan yang menitikberatkan pada 5 (lima) dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan infrastruktur, dan kebijakan dan kelembagaan. Ke-lima dimensi inilah yang sejatinnya menjadi bahan acuan bagi pola pengelolaan budidaya yang berkelanjutan.



Mendorong Kebijakan yang Pro-Enviromental



Sebuah pepatah mengatakan “think globaly, act locally”, menurut penulis sesungguhnya pepatah ini mempunyai makna yang mendalam terhadap bagaimana pola-pola pengelolaan sumberdaya alam dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai kearifan lokal. Dalam prinsip lingkungan pengelolaan perikanan budidaya harus dilakukan secara bertanggungjawab. Budidaya harus juga pro aktif dalam menjamin bahwa aktivitas telah dilakukan secara berwawasan lingkungan. Perlu diketahui, seperti halnya sektor lain (industri, parawisata, pertanian), aktivitas budidaya juga memberikan kontribusi teradap efek perubahan iklim global. Penggunaan input produksi dan modernisasi teknologi, khususnya pada usaha skala industri pada kenyataannya telah memicu penggunaan energi fosil yang secara langsung berdampak pada peningkatan emisi karbon di atmosfer, disamping itu penggunaan bahan-bahan lainnya yang tidak ramah lingkungan turut menyumbangkan dampak terhadap pencemaran lingkungan.



Inilah yang pada kenyataannya belum kita sadari, padahal dalam Undang-undang baik UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup, maupun UU no 45 tahun 2009 tentang perikanan jelas mengatur bahwa pengelolaan sumberdaya alam termasuk perikanan harus mengedepankan kelestarian lingkungan hidup. Kebijakan industrialisasi maupun komersialisasi perikanan hendaknya dilakukan secara terukur dengan mempertimbangkan batasan-batasan kemampuan alam dan linngkungan hidup dalam menopang kebutuhan makluk hidup.



Dalam hal ini, ke depan sub sektor perikanan budidaya sebagai bagian dari sumberdaya alam yang strategis perlu didorong dengan menjamin implementasi pengelolaan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan prinsip di atas, ada beberapa hal yang perlu ditindaklajuti Pemerintah sebagai regulator yaitu :



Pertama, kaitannya dengan kebijakan pemanfaatan potensi dan peningkatan produksi perikanan budidaya, maka Pemerintah dalam hal ini kementerian Kelautan dan Perikanan seyogyanya perlu menyusun sebuah rencana zonasi secara nasional yaitu dengan memetakan potensi kekinian dengan melakukan kajian lingkungan (aspek ekologis), aspek sosial, dan aspek ekonomi secara komprehensif pada seluruh kawasan potensial di Indonesia. Zonasi inilah yang akan dijadikan patokan dalam menetapkan target/sasaran produksi perikanan budidaya perkomoditas. Ini penting dalam upaya menjamin perikanan budidaya yang berkelanjutan dan tetap memegang prinsip tanggungjawab terhadap lingkungan hidup. Sasaran peningkatan produksi tersebut hendaknya terukur dan tidak cukup dengan melihat perkembangan trend, namun harus mempertimbangkan 5 (lima) dimensi di atas yaitu ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan infrastruktur, dan kebijakan dan kelembagaan.



Kedua, Pemerintah harus segera menyusun regulasi dengan mengeluarkan produk hukum (setingkat Peraturan Menteri) yang mengatur norma hukum dalam pengelolaan budidaya yang bertanggungjawab dan berkelanjutan. Produk hukum tersebut harus diselaraskan dengan produk hukum yang dikeluarkan lintas sektoral lainnya sebagai bentuk sinergisitas, dalam hal ini regulasi terkait pengelolaan lingkungan hidup. Penyelarasan regulasi multisektoral menjadi penting sebagai bagian upaya menumbuhkan tanggungjawab bersama dalam pengelolaan sumberdaya alam secara bertanggungjawab.  Kita harus sudah mulai merubah maindset ke hal-hal luas dan strategis jangka pangajng, dimana lingkungan merupakan aspek multidisiplin yang harus menjadi fokus perhatian pada masing-masing sektor terkait.



Produk hukum juga harus mengikat secara umum dan berlaku terus menerus dan mengatur sebuah norma yang didalamnya berisi perintah, larangan, ijin, pengecualian, pengawasan dan pengendalian termasuk didalamnya pembangian kewenangan pada pemerintah daerah, sehingga dapat dipakai sebagai innstrumen khususnya bagi Pemerintah Daerah dalam melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan terhadap jenis usaha budidaya yang menerapkan teknologi tinggi dan berdampak besar dan penting. Penulis menilai, saat ini regulasi yang terkait perikanan budidaya masih berlaku secara sempit dan masih terfokus pada detail teknis yang masih menitikberatkan hanya pada upaya peningkatan produksi dan produktivitas, sementara bentuk peran budidaya terhadap isu-isu strategis nasional seperti lingkungan hidup tidak di atur.



Ketiga, terkait regulasi perijinan usaha budidaya, akan lebih baik jika regulasi ini direvisi dengan mempertimbangkan kebutuhan kekinian. Misalnya penetapan kriteria jenis usaha, dan mekanisme/persyaratan perijinan. Regulasi terkait perijinan seyogyaanya juga mempertimbangkan regulasi lingkungan hidup (UU no 32 tahun 2009 dan turunannya). Dalam UU no 32 tahun 2009 misalnya di atur adanya kriteria jenis usaha budidaya tambak yang wajib amdal, mengatur tentang bagaimana perijinan usaha harus diilengkapi ijin lingkungan bagi usaha yang mempunyai potensi dampak penting terhadap lingkungan dan lain sebagainya. Ini penting sebagai bagian bentuk tanggungjawab budidaya dalam memegang teguh prinsip pembangunan berkelaanjutan.



Keempat, KKP dalam hal Ditjen Perikanan Budidaya perlu membuat sebuah acuan/pedum yang berisi indikator terkait analisis budidaya berkelanjutan. Kita seringkali bicara budidaya berkelanjutan tapi belum mempunyai pemahaman yang sama tentang prinsip budidaya berkelanjutan. Acuan/pedum analisis budidaya berkelanjutan tersebut berpatokan pada 5 (lima) dimensi di atas, dimana masing-masing dimensi perlu ditetapkan atribut-atribut indikator yang mempengaruhinya. Ini penting sebagai bahan acuan khususnya bagi daerah dalam memperhitungkan tingkat keberlanjutan suatu pengelolaan budidaya pada kawasan tertentu.



Merujuk pada apa yang dihasilkan dalam konperensi PBB tentang lingkungan dan pembangunan di Rio de Jenairo pada tahun 1992, terkait prinsip utama pembangunan berkelanjutan, maka dapat dimaknai bahwa pengelolaan perikanan budidaya harus mampu menindaklanjuti beberapa prinsip yaitu : (1) Prinsip keadilan intra dan antar generasi, prinsip ini menjamin bahwa sebuah pengelolaan perikanan budidaya harus dilakukan secara bijaksana dan tidak boleh mengorbankan masa depan generasi yang akan datang yaitu dengan memberikan jaminan ketersediaan sumberdaya baik kualitas maupun kuantitas. (2) Prinsip kehati-hatian, bahwa setiap perencanaan pengelolaan maupun aktivitas usaha budidaya harus terukur dan mengedepankan analisis resiko sebagai bentuk pencegahan dini terhadap potensi dampak yang ditimbulkan dari aktivitas usaha budidaya, sehingga tidak berdampak jangka panjang terhadap keberlanjutan sumberdaya itu sendiri. (3) Pengelolaan budidaya harus menjamin keanekaragaman hayati tetap terjaga, disamping itu peran budidaya juga cukup strategis dalam mengembalikan keanekaragaman hayati yang mulai hilang yaitu dengan mendorong penerapan bioteknologi akuakultur yang ramah lingkungann. (4) Pengelolaan industri budidaya seyogyannya juga memasukan biaya lingkungan (valuasi ekonomi lingkungan) ke dalam biaya produksi, dimana selama ini biaya lingkungan hanyalah faktor eksternal (external cost). Kedepan sudah saatnya dilakukan internalisasi biaya lingkungan kedalam proses produksi, ini penting sebagai bentuk tanggungjawa lingkungan (kompensasi jasa lingkungan).

Penyusunan kebijakan perikanan budidaya baik dalam Rencana Strategis maupun dalam RPJMN sudah harus memasukan bentuk tanggungjawab budidaya terhadap lingkungan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan beserta rencana-rencana yang bersifat konkrit.

 Mulai saat ini, kita harus sudah mulai berfikir holistik betapa hubungan manusia dengan alam adalah suatu keniscayaan. Manusia adalah bagian dari sebuah sistim kompleks bukan sentral atas penguasaan alam, maka prinsip eco-developmentalism yang menempatkan alam dan manusia dalam hubungan horisontal yang sejajar harus menjadi dasar dalam pengelolaan sumberdaya alam khususnya pada sumberdaya perikanan budidaya, itulah makna keberlanjutan.


1 comment:

  1. Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
    Terjangkau
    Cost saving
    Solusi
    Penawaran spesial
    Hemat biaya Energi dan listrik
    Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut


    Salam,
    (Tommy.k)
    WA:081310849918
    Email: Tommy.transcal@gmail.com
    Management
    OUR SERVICE
    1.
    Coagulan, nutrisi dan bakteri
    Flokulan
    Boiler Chemical Cleaning
    Cooling tower Chemical Cleaning
    Chiller Chemical Cleaning
    AHU, Condensor Chemical Cleaning
    Chemical Maintenance
    Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
    Garment wash
    Eco Loundry
    Paper Chemical
    Textile Chemical
    Degreaser & Floor Cleaner Plant

    2.
    Oli industri
    Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
    Rust remover
    Coal & feul oil additive
    Cleaning Chemical
    Lubricant
    3.
    Other Chemical
    RO Chemical
    Hand sanitizer
    Evaporator
    Oli Grease
    Karung
    Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
    Zinc oxide
    Thinner
    Macam 2 lem
    Alat-alat listrik
    Packaging
    Pallet
    CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
    Almunium

    ReplyDelete